Share

64. Guncangan

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 01:15:25

"Ada apa dengan istri saya, Dok? Kenapa dia sebenarnya? Apa sakitnya parah dan berbahaya?" desak Vincent saat sudah berdua saja dalam ruangan dokter Jinot. Vincent was-was, ada apa sampai dokter itu menyuruh perawatnya keluar dulu dari ruangan agar mereka bisa bicara empat mata saja.

"Vin," panggil dokter Jinot seraya memandanginya dengan senyum, yang sanggup bikin perempuan tergila-gila melihatnya, untungnya Vincent bukan perempuan. Dia laki-laki normal. Dan laki-laki ini sedang gelisah memikirkan Nuning yang ia temukan pingsan setibanya Vincent di rumah. Mengacaukan kejutan yang sudah direncanakannya.

"Katakan saja, Kak," jawab Vincent mengubah panggilannya kepada dokter Jinot menjadi Kakak, sebab mereka memang pernah sedekat itu. Calon kakak ipar tapi nggak jadi...

Dokter Jinot berdeham sejenak. Lalu melipat tangannya di meja. Menatap Vincent dengan sorot keseriusan. "Dalam sebulan ini, apakah kau pernah menemui Nuning?" tanyanya membingungkan.

"Ka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shifa chibii
hadeh Jaka..malah nikahin Erna,bukanny nyari Nuning,,gmna sih,bikin greget aja..si Nuning lagi hamil noh..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pasutri Jadi-jadian   65. Terkhianati

    Vincent memandangi wajah pucat Nuning yang tengah tertidur pulas. Wanita itu terlihat kurus, wajahnya pun tampak tirus. Menggilas sosok Nuning yang selama ini menancap dalam memorinya. Nuning yang selalu diingatnya selama di Milan, bukanlah seperti ini. Seketika, tangannya terkepal. Rahangnya mengeras dengan tatapan murka menyala-nyala. Entah mengapa, ia merasa seperti dikhianati. Meski tiada ikatan jelas di antara mereka, setidaknya jangan sampai seperti ini. 'Apa yang harus kulakukan kepadamu, Ning?' batin Vincent bimbang. Dia bukanlah lelaki dalam cerita roman, yang rela begitu saja menampung wanita yang telah dihamili pria lain. Tidak, dia bukan pendeta atau pria suci pemaaf yang rendah hati. Dia lelaki yang juga berego tinggi jika menyangkut harga diri. Terlebih, Nuning hanyalah wanita biasa dan juga dari kalangan biasa saja. Sementara, dia adalah Vincent Alessio, pria yang sejak lahir sudah tajir. Terkenal cerdas, tampan, dan banyak uang. Latar belakang keluar

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Pasutri Jadi-jadian   66. Mendampingimu Dalam Doa

    "Vin, maafin aku. Aku nggak tahu tentang ini, sungguh. Apa kau akan mengusirku? Kumohon jangan, demi bayi ini. Izinkan aku tinggal. Aku, ... tak punya tempat lain lagi." Vincent tercekat mendengarnya. "Kau, ... sungguh to the point," desisnya, antara takjub sekaligus kesal, seraya menatap Nuning lekat-lekat. Dan kali ini, wanita itu tiada sekejap pun memalingkan tatapannya. Justru membalas tatapan Vincent dengan lebih tenang dari sebelumnya. Seteguh tekadnya untuk tetap bertahan. Vincent membuang napasnya yang terasa berat. Haruskah ia mengusirnya? Dan, nuraninya yang pertama kali menggeleng pelan. Bagaimanapun, ada bayi tak berdosa dalam rahimnya. Hati seperti apa yang sanggup melakukan pengusiran sekeji itu? Saat ia memiliki tempat tinggal yang layak untuk menampungnya. Atas dasar kemanusiaan, Vincent mencoba berbesar hati menerimanya. "Lagipula, kau kalah taruhan, jadi pembantuku selama setahun," jawabnya acuh tak acuh. Nuning mendesah lega

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • Pasutri Jadi-jadian   67. Koki Cap Kaleng

    Pembantu. Ah, sompret! Perempuan itu jadi mengingatkan Nuning soal taruhannya, tepat di saat ia kepingin rebahan. Mau nggak mau, Nuning kudu melakoni taruhannya mulai sekarang. Untung sarapannya sudah kelar. Sudah minum obat dan vitamin, juga asam folat yang sangat penting bagi janinnya. Sesuai nasihat dokter Viona. "Selamat pagi." Nuning menyapa tamunya. Memaksa bibirnya tersenyum meski sebenarnya ogah. Apalagi perempuan cantik di depannya itu malah membalasnya dengan tatapan mencela. "Tolong bikinin aku lemon tea, tanpa gula. Aku sedang diet," jawab perempuan itu tanpa benar-benar menatapnya. Sebab rumah Vincent lebih indah untuk dikagumi dan dilihat-lihat daripada repot-repot memperhatikan seorang pembantu. "Baik. Lalu, Anda ingin minum apa, ... Pak?" tanya Nuning kepada Vincent yang lekas mengalihkan tatapannya saat pandangan mereka beradu. 'Sombong amat!'pikir Nuning yang cuma bisa mencebik dalam hatinya. "Ayo," ajak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Pasutri Jadi-jadian   68. Salah Inisiatif

    Nuning menguap panjang lalu melirik jam digital di atas nakas yang menunjukkan angka dua belas. "Wah, aku tertidur dua jam. Lumayanlah," gumamnya sambil menendang selimut yang menutup tubuhnya. "Eh, kayaknya aku tadi tidur nggak pakai selimut deh," gumamnya lagi dengan kening berkerut. Tapi, kalau bukan dia sendiri, memang siapa yang kurang kerjaan menyelimutinya? Vincent? Ah, nggak mungkin! Lalu mengedikkan bahunya acuh tak acuh. Pasti dia tak sadar menyelimuti dirinya sendiri di tengah tidurnya tadi.Nuning menuruni tangga dengan hati-hati, nggak bisa pecicilan kayak dulu lagi. Sebab, ada janin yang harus dilindunginya sekarang. "Vin?" panggilnya saat merasakan suasana rumah yang sepi. Ia pikir, Vincent masih sibuk di ruang kerjanya. Jadi dia tak memanggil lagi, takut mengganggu."Ah, capek-capek masak malah nggak dihabisin. Dasar, ngerjain orang hamil aja," gerutunya sambil membawa dua piring nasi goreng yang cuma disentuh sedikit saja. "Bikin mubazir aj

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Pasutri Jadi-jadian   69. Demi Cari Muka

    Nuning garuk-garuk kepala. Duh, ternyata inisiatifnya keliru! Dia ingin menjelaskannya kepada Vincent, tapi pria itu keburu menelepon Siska. Dan dari caranya menatap, Nuning lekas tahu kalau Siska pasti sudah mengadukan soal pengusirannya tadi."Maaf, ... aku salah." Nuning bicara sebelum Vincent sempat menegurnya."Mestinya kau telepon aku dulu sebelum melakukannya. Dia rekan kerjaku. Kami sedang ada pekerjaan yang sangat penting. Mulai hari ini, dia akan sering-sering ke sini.""Apakah, ... memangku perempuan yang menjadi rekan kerjamu itu hal yang biasa? Gara-gara itu, kupikir dia perempuan nakal yang hanya ingin menggodamu demi tujuan dan keuntungan pribadi. Memangnya kamu nggak lihat, tatapannya tadi yang melihat isi rumahmu seperti rujak segar yang sangat nikmat disantap siang-siang begini?" ujar Nuning begitu tiba-tiba dan membuat Vincent menyipitkan mata memandanginya."Kamu ... ingin makan rujak?" sahut Vincent terdengar antara meneba

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Pasutri Jadi-jadian   70. Bunga Peoni

    Nuning keluar dari komplek perumahannya, menuju sebuah pusat kuliner yang cukup jauh dari rumah Vincent. Di tempat itu tersedia aneka kuliner legendaris khas peranakan. Tempatnya luas dan ramai. Semacam Chinatown, yang berdiri di lahan sekitar lima ribuan hektare. Ada puluhan tenant yang mengisi tempat ini. Nuning pun menyusuri setiap tempat dengan tatapan kagum. Melupakan misi utamanya mencari es kelapa. Terlebih karena suasana khas negeri Tiongkok yang semakin terasa dengan adanya banyak ornamen, mural, dan diorama yang sangat kental oleh sentuhan budayanya. Kawasan ini juga menyuguhkan hiburan khas, seperti barongsai, tarian seribu tangan, musik Guzheng, dan masih banyak lagi. Membuat Nuning terperangah senang dan tak bisa berhenti tersenyum."Hoek!" Nuning menutup hidung. Tak tahan mencium aroma makanan yang memenuhi udara. Jika dalam kondisi normal, pasti selera makannya yang terangsang. Berhubung sedang hamil muda, aroma itu justru merangsang rasa mualnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-08
  • Pasutri Jadi-jadian   71. Cinta dan Logika

    Nuning lekas mengganti baju Cheongsam dengan bajunya begitu waktu sewa sudah habis. Lalu melanjutkan pencariannya yang belum pasti dengan tatapan bingung, sambil menutupi hidungnya dengan satu tangan. Menghalau aroma di sekitarnya yang bisa kembali merangsang mual. Tanpa menyadari Vincent selalu mengikutinya di belakang, sambil memperhatikan semua yang dia lakukan. Saat bahu Nuning bersenggolan keras dengan seorang pengunjung, tangan Vincent refleks terulur, namun ditariknya kembali saat Nuning terlihat tak bermasalah dengan itu. Wanita itu melanjutkan jalan-jalannya dengan santai. Sesekali Nuning melipir ke pinggir hanya untuk memijiti kakinya. Vincent menghela napas mengawasinya.Langkah Nuning terhenti begitu mendengar musik Ghuzeng sedang diputar di sebuah tenant. Dia tersenyum seraya bersedekap. Lalu matanya terpejam, seakan begitu menikmati alunan musiknya yang terasa syahdu. Sambil mengelusi perutnya dengan sepenuh sayang. Melihatnya, hati Vincent terasa dicubit-cubit.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-09
  • Pasutri Jadi-jadian   72. Sang Perencana

    Sesuai dugaannya, Siska terbelalak melihat Nuning memasuki kamar Vincent seperti memasuki kamarnya sendiri. Setelah Nuning keluar dengan membawa kunci, perempuan itu lekas memepetnya ke tembok dengan setengah mendorongnya. Secara refleks, Nuning memegangi perutnya. Menjaganya dari benturan yang tak diinginkan. "Memangnya Vincent mengizinkanmu sampai seperti ini?" desak Siska dengan sorot ketidaksukaan yang kian menyala."Saya cuma disuruh, kok. Nggak percaya, tanya langsung Pak Vincent aja," sahut Nuning enggan diintimidasi.Siska bisa melihat sorot melawan dalam tatapan Nuning. Dia mulai sadar, Nuning tak selugu yang ia pikir. Entah kenapa ia sudah tak menyukai pembantu Vincent satu ini sejak awal bertemu. Mungkin ia tak suka terhadap cara Nuning menatapnya, seakan si pembantu ini bisa begitu jelas menangkap maksud terselubungnya mendekati Vincent. Ya, selain untuk bekerja sama, Siska memang ingin menjadikan Vincent sebagai kekasih. Apa salahnya, mereka kan sama-sama

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11

Bab terbaru

  • Pasutri Jadi-jadian   Epilog

    Jaka menyematkan cincin, yang dikeluarkannya dari kotak Tiffany Blue, ke jari manis Nuning. Kemudian keduanya saling memandang penuh cinta. “Menikahlah denganku, Ning?” pinta Jaka. Nuning mengangguk cepat. Tiada keraguan lagi yang menggelayuti hatinya. Segala kegalauannya tentang pernikahan pupus sudah. Tak perlu menunduk takut menghadapi pernikahannya yang ketiga kali ini. Dia siap menikahi Jaka, pria yang sejak kecil sudah menunjukkan loyalitas persahabatannya pada Nuning. Lelaki itu menyenangkan dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Nuning sudah memahaminya luar-dalam, demikian pula sebaliknya, Jaka pun memahami Nuning. Mereka hanya perlu mengikat lebih erat hatinya dengan saling percaya. Kenyamanan dan kedamaian dalam jiwa yang tenang, adalah wujud nyata dari cinta sejati yang mereka rasakan. Tuan Rain dan Nyonya Rose yang mendengar rencana pernikahan mereka, berbesar hati menerimanya. Nyonya Rose menjadikan momen itu sebagai latihan

  • Pasutri Jadi-jadian   184. Harga Mahal Sebuah Pengampunan

    Akhirnya Nuning dapat tertidur pulas. Kesedihan, duka, dan tangis telah menguras energinya sejak kemarin. Tidur akan sangat membantu proses pemulihannya nanti.Dan ditengah tidur lelapnya, Nuning memimpikan sosok Jaka. Lelaki itu duduk di tepi ranjangnya sambil tersenyum. Mengamati dirinya sambil membelai-belai wajahnya yang bersimbah tangis.Dia masih sesosok Jaka yang tampan, tiada sedikitpun luka yang tampak dalam dirinya. Jaka tampak sehat dan baik-baik saja.“Ning? Sudah bangun?” sapanya dengan teramat lirih. Senyum tak lepas dari wajah indahnya.Nuning terdiam dan menatap lelaki itu cukup lama. Dan dalam mimpinya ini, Nuning teringat Jaka sudah mati.Nuning mengulurkan tangan. “Jak?” panggilnya. Kemudian Lelaki itu menundukkan wajahnya.Nuning membelai-belai ketampanan yang terpampang di depannya. Nuning tak peduli ini nyata atau bukan. Tak peduli lelaki itu mati atau tidak. Dia hanya ingin tetap bisa menyentuhn

  • Pasutri Jadi-jadian   183. Kasih yang Membebaskan

    Jaka meninggal.Cuma dua kata. Tapi butuh waktu dua puluh jam bagi Nuning untuk sanggup mencerna maknanya, di sela-sela pingsannya yang tak berkesudahan.Wanita itu mengedarkan pandang di saat sadarnya, dia menemukan Vincent yang tak lepas menggenggam tangannya. “Dennis lagi sama opa dan omanya. Mereka sedang menenangkan Dennis. Papa dan Mama langsung terbang ke sini begitu mengetahui kabar itu dari berita. Mereka mencemaskanmu dan Dennis. Mereka turut berduka sedalam-dalamnya, termasuk Opa Daniel,” bisik Vincent dengan kelembutan yang biasanya menenangkan, tetapi tidak dalam situasi Nuning saat ini.Ungkapan belasungkawa itu justru menambah luka dalam dada Nuning yang kian menganga lebar. Tentu semua orang bisa begitu mudah menerima kematian Jaka. Karena mereka tak terlibat emosi sedalam ini dengan lelaki yang teramat berarti baginya.Nuning menggeleng. Tidak. Dia belum siap dengan ini!Akan tetapi, siapa yang betul-betul siap menghada

  • Pasutri Jadi-jadian   182. Dia Tak Boleh Pergi

    “Kamu nggak mau nungguin Dennis pulang dulu nih, Jak?”Jaka menggeleng sambil memaksakan diri menarik segaris senyum di bibirnya. Dia enggan bertemu dan berbasa-basi dengan Vincent saat suasana hatinya sedang seburuk ini. Dia masih merasa kesal dan kecewa lelaki itu menggeser posisinya di acara Father Day hari ini, momen pentingnya bersama Dennis, darah dagingnya. Meskipun dia juga paham, Vincent berhak berada di sana.Bagaimanapun Vincent juga ayah Dennis. Vincent juga malaikat mereka. Jaka tak sanggup membayangkan apa jadinya jika Nuning menghadapi kehamilannya seorang diri dengan segala kesulitannya kala itu, tanpa lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas janin yang tengah dikandungnya, yaitu dirinya!Berkat kebaikan Vincent pula Nuning dan Dennis bisa merasakan hidup yang lebih dari sekadar layak. Lelaki itulah yang telah memuliakan wanita yang dicintainya ini. Vincent mengangkat status sosial Nuning setinggi langit, sesuatu yang tak dapat J

  • Pasutri Jadi-jadian   181. Dalam Keheningan

    “Ayah, besok ada acara Father Day. Ayah mau ikut nggak?” tanya Dennis disela-sela makan siangnya di sebuah hotel bersama Nuning dan Vincent yang baru saja tiba dari Jakarta.“Ayah kan masih capek, Sayang. Dennis ajak Uncle Jack aja, ya?” sahut Nuning sambil mengusap-usap sayang rambut Dennis.“Tapi kan Ayah belum pernah ikut acara Father Day sama Dennis?” bocah tampan itu tampak merajuk.Vincent terlihat ingin mengalah dan menjawab ‘baiklah’. Namun Nuning dengan cepat menangkap kelelahan yang memenuhi wajah tampan pria itu.“Dennis, Uncle Jack pasti sedih kalau Dennis menggantikan posisinya dengan tiba-tiba kayak gini. Padahal Dennis sudah jauh-jauh hari bikin janji sama Uncle tentang acara ini. Uncle pasti sudah bersiap-siap sekarang. Dennis tega bikin Uncle Jack kecewa?”Namun Vincent dengan cepat menyanggahnya, “Nggak apa-apa, Ning. Dennis benar, kok. Aku perlu ikut acara itu seka

  • Pasutri Jadi-jadian   180. Jatuh Cinta dan Konsekuensinya

    Jaka mulai frustrasi. Tak enak makan dan tak nyenyak tidur. Tenggelam dalam kekecewaan yang menggerusnya dengan sesak yang menyakitkan.Ningtyas geram melihatnya!“Kamu tahu konsekuensinya sejak awal kan, Mas? Jatuh cinta itu harus siap-siap sakit. Namanya aja jatuh cinta. ‘Jatuh’ yang artinya bisa saja nyungsep, ngglepar, nyusruk ... dan semuanya itu pasti berujung sakit. Kamu nggak bisa cuma menginginkan cinta dengan mengabaikan kemungkinan sakitnya. Sampai kapan kamu mau terus begini?” Ningtyas mengomelinya. Melihat Jaka senelangsa ini, membuat hatinya ikut nelangsa juga.Jaka menimang-nimang kotak Tiffany Blue di tangannya, yang telah begitu lama ia simpan untuk Nuning dengan segaa kesabaran dan penantiannya. “Kau betul, aku harus tahu kapan saatnya menyerah dan melepaskan mimpiku ini, dan menggantinya dengan mimpi lain yang lebih mungkin,” desahnya sambil mengecup kotak itu, kemudian membukanya.Ningtyas terbelalak

  • Pasutri Jadi-jadian   179. Kado Permintaan Dennis

    Hari ini, Jaka sedang mewujudkan kado permintaan Dennis. Bocah itu rupanya sedang belajar mendesain layangannya sendiri, tapi dia belum bisa mengeksekusi idenya tersebut menjadi sebuah layangan seperti harapannya. Kemudian meminta Jaka menciptakan untuknya sebagai kado spesial. Tentu dengan senang hati Jaka mengabulkannya.Mereka berdua pun membuat layangan di teras belakang rumah Jaka, di dekat area kolam renang pribadinya. Sebab studionya sedang dipenuhi para pekerja yang sedang memproduksi layangan untuk dijual, maupun untuk memenuhi pesanan para pelanggan.Ayah dan anak itu merakit layangan sambil berbincang santai.“Memangnya, apa sih kado yang Dennis minta dari Ayah Vincent kemarin?” selidik Jaka penasaran.“Cincin.”“Cincin?” Jaka mengerutkan kening. Permintaan yang tak lumrah.“Bukan buat Dennis kok, tapi buat Bunda.”“Loh, kok buat Bunda?”Dennis tertawa kecil

  • Pasutri Jadi-jadian   178. Cinta Pertama Mengukir Cerita

    Saat mendengar bunyi langkah kaki di belakangnya, Nuning menoleh dengan cepat. Jaka tampak tersenyum dengan buket bunga mawar merah di tangannya. Nuning mencebik saat menerimanya, tapi sambil mengendusi wanginya yang khas.“Cantik.”“Secantik kamu.”“Gombal.”“Digombalin aja aku masih aja ditolak, apalagi kalau nggak?” goda Jaka sambil mengambil alih pekerjaan Nuning mendekorasi ruang tamu yang akan digunakan untuk perayaan ulang tahun Dennis yang ke-11 secara kecil-kecilan, yang hanya dihadiri keluarga saja.“Dennis mana?” tanya Jaka sambil memompa beberapa balon.“Pergi sama Vincent.”“Ke mana?”“Beli kado.”“Beli kado?”“Dia menolak kado yang dibawa Vincent jauh-jauh dari Amerika, dan bilang mau memilih sendiri kadonya, lalu menyeret Vincent ke kota untuk membeli kado pilihannya sendiri.”

  • Pasutri Jadi-jadian   177. Untuk yang Terakhir

    Dua tahun yang lalu,Ningtyas mungkin bukan satu-satunya orang yang merasa terkejut saat mendengar kabar perceraian Nuning. Tetapi, dia adalah orang yang paling ditekan rasa bersalah kala mendengarnya. Saat itu, Jaka dan Nuning masih berada di Lampung, mengurus Pak Priyo yang baru menjalani operasi jantung.Ningtyas merasa bosan dan menelepon Jaka.“Mas, kapan sih pulangnya? Lama banget? Banyak PR desain yang belum kamu beresin nih. Lagipula, nggak ada kamu di sini nggak seru!”“Main aja ke rumah Dennis.”“Loh, Dennis di Buleleng?”“Iya, dia udah balik duluan sama Helda. Soalnya dia harus sekolah.”“Wah, kalau gitu aku main ke sana deh. Kangen juga aku sama lasagna di cafenya.”“Kalau kamu lagi senggang, tolong bantuin Helda antar –jemput Dennis sekolah.”“Mas, kerjaanku di studio kita tuh udah banyak. Ini m

DMCA.com Protection Status