Home / Romansa / Pasutri Jadi-jadian / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pasutri Jadi-jadian: Chapter 161 - Chapter 170

185 Chapters

161. Ingat-Ingat Status

Menyenangan sekali bisa memukui sesuatu, meskipun itu palu yang dihantamkannya ke sebuah paku. Dengan begitu, Ningtyas bisa mencegah dirinya memukul orang yang sudah membuatnya cemburu. Untungnya, engahan napas Ningtyas yang sejak tadi saling memburu teredam baik oleh bunyi aneka ketukan peralatan dari tangan para pengrajin layang-layang dalam area studio Jaka.Ningtyas tak bisa berhenti melirik ke arah teras rumah Jaka yang bersebelahan dengan studionya. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat Jaka sedang tertawa dan tersenyum lebar sepanjang Nuning berbicara di depannya. Entah apa saja yang sedang mereka bicarakan sejak 2 jam yang lalu. Sepertinya kedua orang itu tak pernah kehabisan bahan pembicaraan saja.“Aww!” Ningtyas memekik sambil melempar palu yang malah mementung jempolnya sendiri. Dia pun melompat-lompat seperti kanguru, meringis memegangi jempolnya yang memerah dan tersengat sakit. Ah. Tapi ini tak ada apa-apa dibanding sakitnya cemburu dalam
Read more

162. Panick Attack

Sepulangnya dari panti asuhan, Jaka ikut menuju ‘De’ Alessio Home Stay & Cafe’. Nuning sudah mempersiapkan dua kamar penginapannya untuk Jaka dan Ningtyas.Helda sudah mempersiapkan pesta kecil untuk ulang tahun Dennis di rumah mereka. Dan Jaka sangat ingin menghadirinya sebab Dennis pun sangat menginginkannya. Bahkan Dennis sampai pindah ke mobilnya demi memastikan Uncle Jack betulan menuju rumahnya.Nuning tersenyum puas melihat dekorasi ulang tahun yang sudah dipersiapkan Helda dalam rumah mungilnya. Riuhnya tepuk tangan Nuning, Jaka, Helda, dan Ningtyas bersama nyanyian ‘Happy Birthday to You’ mereka, membuat bibir Dennis terus-terusan mengembangkan senyumnya yang indah, seindah  senyum sang ayah. Jaka mendampingi Dennis saat memotong kue tart lucu berkarakter Toy Story, usai bocah itu meniup lilinnya yang berangka tujuh.Di tengah gelak tawanya, tiba-tiba saja telepon Nuning berdering. Nuning buru-buru menerim
Read more

163. Mencapai Ketinggian Kasih

Vincent menelan ludahnya dengan susah payah mendengar jerit histeris dan tangis Nuning melalui video callnya tadi. Dennis yang semula tertawa riang seketika tersentak dan memucat takut dalam pelukan Helda yang sigap menguasai keadaan seperti biasa. Sambungan video call pun terputus.Tubuh Vincent melemas, tidak tahu harus berbuat apa. Dia membisu. Berharap bumi menelan dirinya saat itu juga ketika di ujung benaknya terngiang rintihan Nuning dulu yang memohon-mohon padanya,“Mau apa kamu? Jangan Vin, jangan ...!” Namun dia tetap mencabik pakaian terakhir yang melekat di atas tubuh lemah wanita itu demi melampiaskan nafsunya.Seketika Vincent memejamkan mata serapat-rapatnya dengan kepala tertunduk diberati sesal.“Ampunilah dirimu dengan sadar. Ampuni setiap kejadian di masa lalumu, yang menyakitimu maupun orang lain yang terlibat denganmu,” kata-kata Master Irman seketika terlintas dalam pikirannya.“Kesadaran adalah
Read more

164. Hukum Tak Berkitab

“Apa yang sebenarnya terjadi, Helda?” desak Jaka setelah Nuning tertidur usai menelan obatnya.Jaka baru tahu jika Nuning sampai harus mengkonsumsi obat penenang dari psikiaternya. Mengetahuinya, dada Jaka bagai ditinju dengan kecemasan bertubi-tubi. Dia tak menyangka Nuning sampai harus menyembunyikan hal seserius ini darinya. Padahal Jaka berpikir mereka sudah saling nyaman. Namun nyatanya Nuning tetap saja pilih menyembunyikan luka sebesar itu darinya, bahkan juga dari keluarganya sendiri di kampung yang mengira Nuning baik-baik saja selama ini.Lalu, apa arti persahabatan mereka? Jaka merasa sedih karena belum berhasil meraih  kepercayaan wanita itu seutuhnya.“Helda, tolong beritahu aku. Apa yang terjadi? Kenapa dia sampai sehisteris tadi? Apa benar karena Vincent? Tapi, kenapa?”Helda diam.Jaka menyeret kaki mendekatinya. Hatinya dipenuhi ingin tahu yang mencubiti rasa penasarannya. Dia begitu lapar akan jawaban
Read more

165. Ayah Dennis

“Selamat pagi, Ayah Dennis?” sapa para guru yang menyambut kedatangan siswa mereka di dekat pintu gerbang sekolah setiap harinya. Kemiripan keduanya memang tak dapat disangkal oleh mata siapapun yang melihatnya. Lagipula Jaka pun pernah ikut kegiatan ‘Father Day’ bersama Dennis. Tanpa sepengetahuan Nuning, diam-diam Jaka membuat kesepakatan dengan Dennis agar selama hari itu Dennis memanggilnya Ayah saja. Tak disangka Dennis menyambutnya dengan suka cita.Jaka memeluk dan mencium Dennis dengan sepenuh rasa sayangnya. Lalu menatap bangga kepada si anak semata wayang. “Selamat bersenang-senang, Sayang! Baik-baik sama teman dan guru. Oke?” pesannya sambil mengangkat kedua tangannya menghadap bocah tampan itu, dan Dennis pun menyambut ‘hi five’-nya dengan tertawa riang.“Siap, Un---“ Tiba-tiba Dennis terdiam, lalu mengoreksi ucapannya,”Siap, Ayah!” Kemudian nyengir sambil mengedipkan sebelah matanya ke
Read more

166. Impian Itu Tak Pernah Berganti

Nuning buru-buru menarik pergelangan tangannya dari genggaman Jaka dengan gugup.“A-aku ... tiba-tiba teringat Vincent,” katanya sambil mengusap air matanya yang mengalir tanpa izin. Vincent malaikat penolongnya, tapi kemudian menjelma bagai iblis yang menyerangnya. Nuning tak tahu seperti apa rupa asli pria itu sesungguhnya. Dan truma atas segala sakit yang pernah ditancapkan Vincent ke hatinya, membuat Nuning tak punya energi lebih untuk mengorek tentang sifat sejati pria itu lebih jauh. Sebab dia sendiri pun sibuk menjilati lukanya seorang diri.Jaka membisu sejenak. Hampir saja dia lupa jika wanita yang dicintainya ini sudah bersuami. Dan air mata Nuning cukup menunjukkan kerinduannya pada Vincent yang sedang jauh darinya. Sepelik apapun masalah rumah tangganya, Jaka bisa melihat tentang cinta yang masih mengikat hati wanita itu pada suaminya. Dengan cepat, Jaka pun mengubah dirinya ke dalam mode sahabat.Jaka mengambil tisu dari sebuah
Read more

167. Kabar yang Membingungkan

Opa Daniel tak kuasa menyimpan air mata bahagianya, kala Master Irman menyampaikan bahwa kondisi sang cucu sudah membaik dan sangat stabil. Dia juga bisa melihatnya sendiri. Aura Vincent berubah menjadi sangat teduh semenjak tinggal di padepokan Master Irman untuk melakukan terapi buka hati. Secara perlahan tapi pasti, Vincent mulai dapat menerima dirinya sendiri dan berdamai dengan segala kekecewaannya. Juga, berani mengunjungi luka batin yang selama ini ia pendam jauh-jauh di dasar hatinya sendiri dan terikat dalam jiwanya, kemudian mengobatinya dengan bantuan Master Irman. “Terima kasih atas semua bantuanmu terhadap cucuku selama ini, Irman.” “Luka batin hanya bisa disembuhkan oleh diri mereka sendiri. Melalui kesadaran tertinggi saat bersedia mengakui jika luka itu memang ada, kemudian mengampuni siapapun yang telah menorehkan luka itu pada mereka, entah itu dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan. Aku hanya membantu menyelaraskan energi mereka atas izin Tuha
Read more

168. Terjebak Nostalgia

Sekarang, jadwal liburan menjadi sesuatu yang berbeda bagi Jaka. Tak lagi seperti dulu, di mana saat liburan justru digunakannya untuk memproduksi sebanyak-banyaknya layangan, dan menciptakan desain-desain baru demi menarik minat lebih banyak pelanggan. Kini, waktu liburan ia manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengunjungi Nuning dan Dennis, atau berwisata bersama mereka di suatu tempat. Bahkan sampai menginap. Tentu saja Ningtyas ikut serta, sebab Nuning menolak jika mereka pergi menginap hanya bertiga saja. Jaka memakluminya. Mereka selalu memesan 2 kamar, Nuning akan tidur sekamar dengan Ningtyas dan Jaka bersama Dennis.Sungguh, tak terbayangkan bagi Jaka jika dia bakal kembali bisa dekat lagi dengan Nuning, meskipun melalui jalur pertemanan tidaklah mengapa. Ditambah dengan keberadaan Dennis yang seakan menjadi lem bagi hubungan keduanya.Namun berbeda dengan yang dirasakan Ningtyas dalam liburan mereka kali ini di sebuah vila di Ubud. ‘Huh! Kadang aku merasa ja
Read more

169. Topeng yang Terlepas

“Kalian menjijikkan!” pekik Ningtyas dengan mata terbelalak.Darah gadis itu mendidih oleh kemarahan. Ningtyas pikir suara erangan erotis yang dia dengar dari dalam kamar tadi berasal dari televisi. Tapi begitu mendengar nama Jaka beberapa kali disebut-sebut dalam erangan itu, dia sadar kalau ada yang tidak benar!Untuk sesaat, dia mati berdiri melihat kedua orang itu tengah bergulat nikmat di atas sofa. Dadanya bergemuruh hebat melihat Jaka begitu asyik meremas-remas sambil menciumi buah dada wanita yang haram baginya. Sementara Nuning justru mengerang tiada habisnya seperti kucing liar.“Kalian menjijikkan!” maki Ningtyas dengan tatapan membara. Hatinya sakit bukan main. Dia tahu Jaka masih mencintai mantan istrinya itu. Dia juga tahu Nuning juga menyimpan perasaan yang sama untuk Jaka. Ningtyas bisa membaca gelagat keduanya dengan sangat jelas. Tapi sungguh berbeda rasanya kala melihat keduanya betulan bergulat di depan mata!Ni
Read more

170. Bencana Itu Bagian dari Kasih Tuhan

Helda menggenggam tangan Nuning erat-erat. Dia tahu beban berat yang tengah dipanggul wanita itu. Tapi saat ini Nuning tak punya pilihan selain melangkah maju, menghadapi kenyataan yang tengah mempertontonkan taringnya. Bayangan tentang sosok Pak Priyo yang tengah menanti kehadiraannya bersama Vincent sebagai suami-istri yang utuh, jauh lebih menggigit nyalinya ketimbang rasa takutnya sendiri pada mantan suami yang pernah melukainya itu.Rasa takutnya kepada Vincent tak setajam rasa takutnya jika melihat kekecewaan dalam sorot mata tua Pak Priyo yang tengah sakit. Dia tak ingin menancapkan kesedihan kedua kali pada hati sang bapak, yang pernah berduka karena perceraiannya yang pertama dengan Jaka. Nuning sudah biasa menerima kekalahan akan cinta dalam hidupnya, tapi dia tidak ingin membagi kekalahannya itu dengan keluarga yang dicintainya. Dia tak sanggup mengakui rasa sakitnya itu kepada orang-orang yang ia sayangi. Dia tak sanggup melihat kekecewaan itu membebani emak-bapak
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status