Beranda / Romansa / Pasutri Jadi-jadian / 166. Impian Itu Tak Pernah Berganti

Share

166. Impian Itu Tak Pernah Berganti

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nuning buru-buru menarik pergelangan tangannya dari genggaman Jaka dengan gugup.

“A-aku ... tiba-tiba teringat Vincent,” katanya sambil mengusap air matanya yang mengalir tanpa izin. Vincent malaikat penolongnya, tapi kemudian menjelma bagai iblis yang menyerangnya. Nuning tak tahu seperti apa rupa asli pria itu sesungguhnya. Dan truma atas segala sakit yang pernah ditancapkan Vincent ke hatinya, membuat Nuning tak punya energi lebih untuk mengorek tentang sifat sejati pria itu lebih jauh. Sebab dia sendiri pun sibuk menjilati lukanya seorang diri.

Jaka membisu sejenak. Hampir saja dia lupa jika wanita yang dicintainya ini sudah bersuami. Dan air mata Nuning cukup menunjukkan kerinduannya pada Vincent yang sedang jauh darinya. Sepelik apapun masalah rumah tangganya, Jaka bisa melihat tentang cinta yang masih mengikat hati wanita itu pada suaminya. Dengan cepat, Jaka pun mengubah dirinya ke dalam mode sahabat.

Jaka mengambil tisu dari sebuah

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pasutri Jadi-jadian   167. Kabar yang Membingungkan

    Opa Daniel tak kuasa menyimpan air mata bahagianya, kala Master Irman menyampaikan bahwa kondisi sang cucu sudah membaik dan sangat stabil. Dia juga bisa melihatnya sendiri. Aura Vincent berubah menjadi sangat teduh semenjak tinggal di padepokan Master Irman untuk melakukan terapi buka hati. Secara perlahan tapi pasti, Vincent mulai dapat menerima dirinya sendiri dan berdamai dengan segala kekecewaannya. Juga, berani mengunjungi luka batin yang selama ini ia pendam jauh-jauh di dasar hatinya sendiri dan terikat dalam jiwanya, kemudian mengobatinya dengan bantuan Master Irman. “Terima kasih atas semua bantuanmu terhadap cucuku selama ini, Irman.” “Luka batin hanya bisa disembuhkan oleh diri mereka sendiri. Melalui kesadaran tertinggi saat bersedia mengakui jika luka itu memang ada, kemudian mengampuni siapapun yang telah menorehkan luka itu pada mereka, entah itu dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan. Aku hanya membantu menyelaraskan energi mereka atas izin Tuha

  • Pasutri Jadi-jadian   168. Terjebak Nostalgia

    Sekarang, jadwal liburan menjadi sesuatu yang berbeda bagi Jaka. Tak lagi seperti dulu, di mana saat liburan justru digunakannya untuk memproduksi sebanyak-banyaknya layangan, dan menciptakan desain-desain baru demi menarik minat lebih banyak pelanggan. Kini, waktu liburan ia manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengunjungi Nuning dan Dennis, atau berwisata bersama mereka di suatu tempat. Bahkan sampai menginap. Tentu saja Ningtyas ikut serta, sebab Nuning menolak jika mereka pergi menginap hanya bertiga saja. Jaka memakluminya. Mereka selalu memesan 2 kamar, Nuning akan tidur sekamar dengan Ningtyas dan Jaka bersama Dennis.Sungguh, tak terbayangkan bagi Jaka jika dia bakal kembali bisa dekat lagi dengan Nuning, meskipun melalui jalur pertemanan tidaklah mengapa. Ditambah dengan keberadaan Dennis yang seakan menjadi lem bagi hubungan keduanya.Namun berbeda dengan yang dirasakan Ningtyas dalam liburan mereka kali ini di sebuah vila di Ubud. ‘Huh! Kadang aku merasa ja

  • Pasutri Jadi-jadian   169. Topeng yang Terlepas

    “Kalian menjijikkan!” pekik Ningtyas dengan mata terbelalak.Darah gadis itu mendidih oleh kemarahan. Ningtyas pikir suara erangan erotis yang dia dengar dari dalam kamar tadi berasal dari televisi. Tapi begitu mendengar nama Jaka beberapa kali disebut-sebut dalam erangan itu, dia sadar kalau ada yang tidak benar!Untuk sesaat, dia mati berdiri melihat kedua orang itu tengah bergulat nikmat di atas sofa. Dadanya bergemuruh hebat melihat Jaka begitu asyik meremas-remas sambil menciumi buah dada wanita yang haram baginya. Sementara Nuning justru mengerang tiada habisnya seperti kucing liar.“Kalian menjijikkan!” maki Ningtyas dengan tatapan membara. Hatinya sakit bukan main. Dia tahu Jaka masih mencintai mantan istrinya itu. Dia juga tahu Nuning juga menyimpan perasaan yang sama untuk Jaka. Ningtyas bisa membaca gelagat keduanya dengan sangat jelas. Tapi sungguh berbeda rasanya kala melihat keduanya betulan bergulat di depan mata!Ni

  • Pasutri Jadi-jadian   170. Bencana Itu Bagian dari Kasih Tuhan

    Helda menggenggam tangan Nuning erat-erat. Dia tahu beban berat yang tengah dipanggul wanita itu. Tapi saat ini Nuning tak punya pilihan selain melangkah maju, menghadapi kenyataan yang tengah mempertontonkan taringnya. Bayangan tentang sosok Pak Priyo yang tengah menanti kehadiraannya bersama Vincent sebagai suami-istri yang utuh, jauh lebih menggigit nyalinya ketimbang rasa takutnya sendiri pada mantan suami yang pernah melukainya itu.Rasa takutnya kepada Vincent tak setajam rasa takutnya jika melihat kekecewaan dalam sorot mata tua Pak Priyo yang tengah sakit. Dia tak ingin menancapkan kesedihan kedua kali pada hati sang bapak, yang pernah berduka karena perceraiannya yang pertama dengan Jaka. Nuning sudah biasa menerima kekalahan akan cinta dalam hidupnya, tapi dia tidak ingin membagi kekalahannya itu dengan keluarga yang dicintainya. Dia tak sanggup mengakui rasa sakitnya itu kepada orang-orang yang ia sayangi. Dia tak sanggup melihat kekecewaan itu membebani emak-bapak

  • Pasutri Jadi-jadian   171. Sumpah Dari Masa Lampau

    Vincent mengambil cuti kerja selama mendampingi Nuning di rumah sakit. Wanita itu bergulat dalam kecemasan selama menunggui bapaknya menjalani operasi besarnya karena kondisi jantungnya yang harus dipasangi ring. Namun secara ajaib genggaman Vincent yang membungkus tangannya sanggup mengalirkan ketenangan yang dia butuhkan. “Cemas tak akan membantumu, Ning. Ayo ... berdoalah dengan hatimu. Pintalah yang terbaik, namun tetap pasrahkan apapun yang terjadi pada Tuhan,” bisik Vincent dengan suaranya yang tak hanya merdu, tapi juga berbalut kesejukan. Hingga Nuning tak punya pilihan selain mengangguk dan menurutinya. Sedangkan Bambang tak henti-hentinya menggoyang-goyangkan kakinya sebagai wujud kegelisahannya yang terpendam. Namun kakinya sontak terdiam kala tatapannya bersiborok dengan mata elang Helda yang tajam menatapnya, kemudian tatapan gelap itu beralih ke kakinya. Membuat kaki Bambang mematung bagai kena hipnotis wanita aneh itu. ‘Kenapa sih wanita itu?’

  • Pasutri Jadi-jadian   172. Harapan Vs Kenyataan

    Jaka terkejut kala bibinya di kampung mengabari tentang kondisi Pak Priyo yang sedang menjalani operasi jantung. “Tengoklah Pak Priyo ke Jakarta, Jak. Mewakili keluarga kita. Beliau kan sudah seperti keluarga kita sendiri,” kata bibinya. Padahal tanpa diminta pun Jaka bakal pergi menjenguk sosok orang tua yang sudah dianggapnya seperti ayah sendiri itu.Lalu Jaka menelepon Bambang, “Mas Bambang kenapa nggak ngasih tahu aku? Tahu begini kan aku bisa lekas datang, biar bisa membantu Mas merawat Bapak.”“Terima kasih atas perhatianmu, Jak. Tapi aku sudah cukup dapat banyak bantuan kok dari Nuning dan suaminya. Jangan khawatir, operasinya berjalan lancar, sekarang Bapak masih di ruang ICU, mungkin butuh waktu 1-2 minggu baru bisa dipindahkan ke kamar perawatan biasa, tergantung kondisi Bapak nanti gimana. Tapi sejauh ini kondisi beliau baik dan stabil. Doakan saja, Jak. Nanti saja kalau mau ke sini pas Bapak sudah dipindah ke kamar perawatan b

  • Pasutri Jadi-jadian   173. Buah-Buah Kehidupan

    “Permisi?” Jaka menyapa sambil melongok masuk ke dalam sebuah kamar rawat inap VIP.“Eh, Jaka? Masuk, Jak!” Bambang menyambut seraya mengulurkan tangan, menerima uluran parcel buah dari tangan Jaka. “Repot-repot amat sih, Jak. Tapi, makasih loh ya?”Jaka tertegun demi mendapati sosok Daniel Sutomo juga tengah berada di dalam ruang ini, tempat Pak Priyo tengah dirawat usai dipindahkan dari ruang ICU. Jaka buru-buru menyapa dengan sepenuh hormatnya. Dan Tuan Daniel pun membalasnya dengan begitu rendah hati.Jaka menyapa Pak Priyo, mereka mengobrol untuk sejenak, kemudian Jaka duduk di sisi Tuan Daniel Sutomo, sosok konglomerat yang dia hormati dan menjadi salah satu tokoh panutannya selama ini. Jaka tak menyangka bisa bertemu beliau lagi setelah sekian tahun lamanya.“Saya dulu pernah bertemu dengan Bapak di acara kampus, saat itu Bapak menjadi pembicara di sana,” kata Jaka bernostalgia sejenak saat Tuan Danie

  • Pasutri Jadi-jadian   174. Membahagiakan Orang Lain Bukan Kewajibanmu

    Diam-diam Bambang bersyukur dengan keberadaan Jaka yang dengan ringan tangan mau bergantian menjaga Pak Priyo selama dirawat di rumah sakit. Sehingga Bambang punya waktu untuk memulihkan tubuhnya dari kelelahan. Selain mengurusi Pak Priyo, Bambang juga rutin menelepon Bu Parmi di kampung untuk mengecek kondisinya. Emaknya tak bisa ikut serta ke Jakarta mendampingi pengobatan si bapak karena kondisi fisik yang tak memungkinkan. Kalau diajak pergi dengan jalur darat, Bu Parmi mabuk laut dan suka migrain kalau naik mobil lama-lama. Apalagi lewat jalur udara dan harus naik pesawat, bisa-bisa malah stroke karena takut. Emaknya memang sepayah itu.Untunglah ada bibinya Jaka, yang kerap menginap menemani Bu Parmi di rumah selama Bambang dan Pak Priyo di Jakarta. Kedua perempuan tua itu sangat cocok berteman dan berghibah, alias ngomongin orang. Meskipun orang yang diomongin dia-dia lagi. Kalau lagi nggak membahas Nuning ..., pasti Jaka yang dibahas. Bukan Bambang yang sepertinya ngg

Bab terbaru

  • Pasutri Jadi-jadian   Epilog

    Jaka menyematkan cincin, yang dikeluarkannya dari kotak Tiffany Blue, ke jari manis Nuning. Kemudian keduanya saling memandang penuh cinta. “Menikahlah denganku, Ning?” pinta Jaka. Nuning mengangguk cepat. Tiada keraguan lagi yang menggelayuti hatinya. Segala kegalauannya tentang pernikahan pupus sudah. Tak perlu menunduk takut menghadapi pernikahannya yang ketiga kali ini. Dia siap menikahi Jaka, pria yang sejak kecil sudah menunjukkan loyalitas persahabatannya pada Nuning. Lelaki itu menyenangkan dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Nuning sudah memahaminya luar-dalam, demikian pula sebaliknya, Jaka pun memahami Nuning. Mereka hanya perlu mengikat lebih erat hatinya dengan saling percaya. Kenyamanan dan kedamaian dalam jiwa yang tenang, adalah wujud nyata dari cinta sejati yang mereka rasakan. Tuan Rain dan Nyonya Rose yang mendengar rencana pernikahan mereka, berbesar hati menerimanya. Nyonya Rose menjadikan momen itu sebagai latihan

  • Pasutri Jadi-jadian   184. Harga Mahal Sebuah Pengampunan

    Akhirnya Nuning dapat tertidur pulas. Kesedihan, duka, dan tangis telah menguras energinya sejak kemarin. Tidur akan sangat membantu proses pemulihannya nanti.Dan ditengah tidur lelapnya, Nuning memimpikan sosok Jaka. Lelaki itu duduk di tepi ranjangnya sambil tersenyum. Mengamati dirinya sambil membelai-belai wajahnya yang bersimbah tangis.Dia masih sesosok Jaka yang tampan, tiada sedikitpun luka yang tampak dalam dirinya. Jaka tampak sehat dan baik-baik saja.“Ning? Sudah bangun?” sapanya dengan teramat lirih. Senyum tak lepas dari wajah indahnya.Nuning terdiam dan menatap lelaki itu cukup lama. Dan dalam mimpinya ini, Nuning teringat Jaka sudah mati.Nuning mengulurkan tangan. “Jak?” panggilnya. Kemudian Lelaki itu menundukkan wajahnya.Nuning membelai-belai ketampanan yang terpampang di depannya. Nuning tak peduli ini nyata atau bukan. Tak peduli lelaki itu mati atau tidak. Dia hanya ingin tetap bisa menyentuhn

  • Pasutri Jadi-jadian   183. Kasih yang Membebaskan

    Jaka meninggal.Cuma dua kata. Tapi butuh waktu dua puluh jam bagi Nuning untuk sanggup mencerna maknanya, di sela-sela pingsannya yang tak berkesudahan.Wanita itu mengedarkan pandang di saat sadarnya, dia menemukan Vincent yang tak lepas menggenggam tangannya. “Dennis lagi sama opa dan omanya. Mereka sedang menenangkan Dennis. Papa dan Mama langsung terbang ke sini begitu mengetahui kabar itu dari berita. Mereka mencemaskanmu dan Dennis. Mereka turut berduka sedalam-dalamnya, termasuk Opa Daniel,” bisik Vincent dengan kelembutan yang biasanya menenangkan, tetapi tidak dalam situasi Nuning saat ini.Ungkapan belasungkawa itu justru menambah luka dalam dada Nuning yang kian menganga lebar. Tentu semua orang bisa begitu mudah menerima kematian Jaka. Karena mereka tak terlibat emosi sedalam ini dengan lelaki yang teramat berarti baginya.Nuning menggeleng. Tidak. Dia belum siap dengan ini!Akan tetapi, siapa yang betul-betul siap menghada

  • Pasutri Jadi-jadian   182. Dia Tak Boleh Pergi

    “Kamu nggak mau nungguin Dennis pulang dulu nih, Jak?”Jaka menggeleng sambil memaksakan diri menarik segaris senyum di bibirnya. Dia enggan bertemu dan berbasa-basi dengan Vincent saat suasana hatinya sedang seburuk ini. Dia masih merasa kesal dan kecewa lelaki itu menggeser posisinya di acara Father Day hari ini, momen pentingnya bersama Dennis, darah dagingnya. Meskipun dia juga paham, Vincent berhak berada di sana.Bagaimanapun Vincent juga ayah Dennis. Vincent juga malaikat mereka. Jaka tak sanggup membayangkan apa jadinya jika Nuning menghadapi kehamilannya seorang diri dengan segala kesulitannya kala itu, tanpa lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas janin yang tengah dikandungnya, yaitu dirinya!Berkat kebaikan Vincent pula Nuning dan Dennis bisa merasakan hidup yang lebih dari sekadar layak. Lelaki itulah yang telah memuliakan wanita yang dicintainya ini. Vincent mengangkat status sosial Nuning setinggi langit, sesuatu yang tak dapat J

  • Pasutri Jadi-jadian   181. Dalam Keheningan

    “Ayah, besok ada acara Father Day. Ayah mau ikut nggak?” tanya Dennis disela-sela makan siangnya di sebuah hotel bersama Nuning dan Vincent yang baru saja tiba dari Jakarta.“Ayah kan masih capek, Sayang. Dennis ajak Uncle Jack aja, ya?” sahut Nuning sambil mengusap-usap sayang rambut Dennis.“Tapi kan Ayah belum pernah ikut acara Father Day sama Dennis?” bocah tampan itu tampak merajuk.Vincent terlihat ingin mengalah dan menjawab ‘baiklah’. Namun Nuning dengan cepat menangkap kelelahan yang memenuhi wajah tampan pria itu.“Dennis, Uncle Jack pasti sedih kalau Dennis menggantikan posisinya dengan tiba-tiba kayak gini. Padahal Dennis sudah jauh-jauh hari bikin janji sama Uncle tentang acara ini. Uncle pasti sudah bersiap-siap sekarang. Dennis tega bikin Uncle Jack kecewa?”Namun Vincent dengan cepat menyanggahnya, “Nggak apa-apa, Ning. Dennis benar, kok. Aku perlu ikut acara itu seka

  • Pasutri Jadi-jadian   180. Jatuh Cinta dan Konsekuensinya

    Jaka mulai frustrasi. Tak enak makan dan tak nyenyak tidur. Tenggelam dalam kekecewaan yang menggerusnya dengan sesak yang menyakitkan.Ningtyas geram melihatnya!“Kamu tahu konsekuensinya sejak awal kan, Mas? Jatuh cinta itu harus siap-siap sakit. Namanya aja jatuh cinta. ‘Jatuh’ yang artinya bisa saja nyungsep, ngglepar, nyusruk ... dan semuanya itu pasti berujung sakit. Kamu nggak bisa cuma menginginkan cinta dengan mengabaikan kemungkinan sakitnya. Sampai kapan kamu mau terus begini?” Ningtyas mengomelinya. Melihat Jaka senelangsa ini, membuat hatinya ikut nelangsa juga.Jaka menimang-nimang kotak Tiffany Blue di tangannya, yang telah begitu lama ia simpan untuk Nuning dengan segaa kesabaran dan penantiannya. “Kau betul, aku harus tahu kapan saatnya menyerah dan melepaskan mimpiku ini, dan menggantinya dengan mimpi lain yang lebih mungkin,” desahnya sambil mengecup kotak itu, kemudian membukanya.Ningtyas terbelalak

  • Pasutri Jadi-jadian   179. Kado Permintaan Dennis

    Hari ini, Jaka sedang mewujudkan kado permintaan Dennis. Bocah itu rupanya sedang belajar mendesain layangannya sendiri, tapi dia belum bisa mengeksekusi idenya tersebut menjadi sebuah layangan seperti harapannya. Kemudian meminta Jaka menciptakan untuknya sebagai kado spesial. Tentu dengan senang hati Jaka mengabulkannya.Mereka berdua pun membuat layangan di teras belakang rumah Jaka, di dekat area kolam renang pribadinya. Sebab studionya sedang dipenuhi para pekerja yang sedang memproduksi layangan untuk dijual, maupun untuk memenuhi pesanan para pelanggan.Ayah dan anak itu merakit layangan sambil berbincang santai.“Memangnya, apa sih kado yang Dennis minta dari Ayah Vincent kemarin?” selidik Jaka penasaran.“Cincin.”“Cincin?” Jaka mengerutkan kening. Permintaan yang tak lumrah.“Bukan buat Dennis kok, tapi buat Bunda.”“Loh, kok buat Bunda?”Dennis tertawa kecil

  • Pasutri Jadi-jadian   178. Cinta Pertama Mengukir Cerita

    Saat mendengar bunyi langkah kaki di belakangnya, Nuning menoleh dengan cepat. Jaka tampak tersenyum dengan buket bunga mawar merah di tangannya. Nuning mencebik saat menerimanya, tapi sambil mengendusi wanginya yang khas.“Cantik.”“Secantik kamu.”“Gombal.”“Digombalin aja aku masih aja ditolak, apalagi kalau nggak?” goda Jaka sambil mengambil alih pekerjaan Nuning mendekorasi ruang tamu yang akan digunakan untuk perayaan ulang tahun Dennis yang ke-11 secara kecil-kecilan, yang hanya dihadiri keluarga saja.“Dennis mana?” tanya Jaka sambil memompa beberapa balon.“Pergi sama Vincent.”“Ke mana?”“Beli kado.”“Beli kado?”“Dia menolak kado yang dibawa Vincent jauh-jauh dari Amerika, dan bilang mau memilih sendiri kadonya, lalu menyeret Vincent ke kota untuk membeli kado pilihannya sendiri.”

  • Pasutri Jadi-jadian   177. Untuk yang Terakhir

    Dua tahun yang lalu,Ningtyas mungkin bukan satu-satunya orang yang merasa terkejut saat mendengar kabar perceraian Nuning. Tetapi, dia adalah orang yang paling ditekan rasa bersalah kala mendengarnya. Saat itu, Jaka dan Nuning masih berada di Lampung, mengurus Pak Priyo yang baru menjalani operasi jantung.Ningtyas merasa bosan dan menelepon Jaka.“Mas, kapan sih pulangnya? Lama banget? Banyak PR desain yang belum kamu beresin nih. Lagipula, nggak ada kamu di sini nggak seru!”“Main aja ke rumah Dennis.”“Loh, Dennis di Buleleng?”“Iya, dia udah balik duluan sama Helda. Soalnya dia harus sekolah.”“Wah, kalau gitu aku main ke sana deh. Kangen juga aku sama lasagna di cafenya.”“Kalau kamu lagi senggang, tolong bantuin Helda antar –jemput Dennis sekolah.”“Mas, kerjaanku di studio kita tuh udah banyak. Ini m

DMCA.com Protection Status