Semua Bab DILEMA KARENA CINTA: Bab 1 - Bab 10

32 Bab

Minta Cerai

"Mas Adam, aku mau kita bercerai!" seru Fani dengan santai tanpa beban. Adam yang tengah memainkan tangan mungil putrinya terkejut, ditatapnya wajah istrinya yang baru pulang dari kemarin. Adam mencium kening Sasa putrinya yang baru berumur satu bulan itu. "Maksud kamu apa, Yang. Sebaiknya kamu istirahat dulu," ucap Adam lembut memapah istrinya untuk duduk di tepi ranjang. "Aku serius, Mas. Aku mau pisah!" kata Fani sambil menatap Adam. "Yang, kalau ada masalah kita bicarakan baik-baik tidak seperti ini. Apa karena aku enggak mentransfer uang kemarin kamu marah terus minta pisah sama aku," ujar Adam dengan mencoba tenang menghadapi wanita yang begitu dicintainya. Fani menatap pria yang sudah hampir dua tahun itu menjadi
Baca selengkapnya

Talak

Nadia menatap Adam dengan mata yang sudah sembab karena menangis sedari tadi, dia langsung berhambur di pelukan Omnya. Adam membalas pelukan ponakannya dan berharap putrinya baik-baik saja. Sedangkan Rangga hanya bisa menghela napas panjang, tak lama dokter keluar dari ruang UGD sambil tersenyum menatap Rangga rekan sejawatnya. "Bagaimana?" tanya Rangga langsung. "Demamnya terlalu tinggi, dan dia alergi protein sapi makanya keluar ruam merah di tubuhnya," ujar Maya sambil menepuk bahu Rangga. Adam diam terpaku, ia menatap lekat Rangga. Devan yang melihat sahabatnya hanya diam mematung mengajaknya untuk duduk sedangkan Nadia mengikuti dokter untuk mengurus kepindahan ruang rawat Sasa si bayi mungil. Setelah Sasa di pindahkan ke ruang rawat semuanya masuk ke ruangan, hati Adam begitu pedih saat melihat tangan mungil bayi berumur satu bulan itu harus dipasang jarum Infus. "Om, coba hubungi Tante Fani. Sasa butuh asinya sekarang," jelas Nadia yang
Baca selengkapnya

Sasa kejang

Adam mondar mandir di depan pintu rawat putrinya, terlihat dari wajahnya lelaki itu begitu Khawatir. Devan semakin pusing melihat sahabatnya yang tak mau duduk. Tak lama dokter keluar sambil tersenyum menatap Adam, sambil berucap. "Mari ikut ke ruangan saya."  Adam langsung berjalan mengikuti dokter yang sudah merawat anaknya itu, saat sampai di ruangan dokter ia dipersilahkan untuk duduk. "Bagaimana Dok?" tanya Adam yang sudah tidak sabar mendengarkan penjelasan dokter mengenai putrinya. Dokter wanita itu hanya bisa menarik napas panjang, ia juga terkejut saat mendengar kalau ibunya sang bayi tidak mau memberikan asinya kepada anaknya. Apa lagi sekarang balita mungil itu sedang alergi protein sapi. Semua itu ia dengan sendiri dari rekannya Nadia.
Baca selengkapnya

Rencana Fani

Selama dirawat selama tiga hari kondisi Sasa sudah semakin baik, bayi berumur satu bulan lebih itu terlihat lebih menggemaskan sekarang, ruam merah di tubuhnya juga sudah mulai memudar. Adam begitu antusias saat tahu kalau siang ini putrinya di perbolehkan pulang. Devan juga sudah mengurus surat perceraian Adam ke pengadilan agama, Ayah beranak satu ini mulai lagi fokus untuk mengajar lagi. Nadia yang kini masih di ruang rawat Sasa, tak hentinya tersenyum menatap sepupunya itu. Tak lama Devan dan Adam datang untuk menjemputnya. Pria itu mengambil alih menggendong putrinya dari dekapan ponakannya. "Apa semua sudah siap, Nad?" tanya Adam tak henti-hentinya mencium pipi gembul Sasa. "Sudah Om," jawabnya sambil mengambil tas kecil tempat keperluan Sasa. Ketiganya berjalan melewati lorong rumah sakit, Devan hanya menggelengkan kepala melihat Adam yang berjalan cool sambil menggendong putrinya, Sedangkan Nadia mengikuti dari belakang Adam. K
Baca selengkapnya

Dosen Baru

Pagi ini Adam sudah bersiap untuk menuju ke salah satu kampus yang ada di ibu kota, dia akhirnya menerima tawaran Devan. Adam merasa ini mungkin ini rezeki untuk putrinya. Tanpa ragu pria berbadan tegap itu melangkahkan kakinya menyelusuri lorong untuk mencari ruang Devan. Sedangkan pria yang dicarinya sedang berdiri santai di tengah pintu ruangannya sambil berucap, "Anda telat lima belas menit." Adam tak menjawab, ia langsung masuk ke ruangan sahabatnya itu. Devan hanya menatap jengah rekannya yang main masuk saja sebelum di suruhnya. "Ruangan mu di sebelahku, tapi ingat jangan minta pindah ke lantai dua. Itu ruangan khusus dosen wanita," jelas Devan "Apa hanya untuk wanita?" tanya Adam sambil memperhatikan ruangan Devan yang tetap rapi seperti biasa. "Aku tahu kamu seorang yang tak suka diganggu, makanya saat dekan menyuruh menyiapkan ruangan di lantai dua langsung aku cegah," kata Devan "Terimakasih sayang, jadi makin cinta," goda A
Baca selengkapnya

Hak Asuh Sasa

Malam harinya Adam dan keluarganya sedang berkumpul di ruang keluarga, walau hanya bertiga saja mereka terlihat bahagia, terkadang Mang Ujang dan istrinya juga ikut bergabung. Adam sibuk dengan laptopnya. Pria itu tidak terasa sudah hampir dua minggu mengajar di kampus barunya, tidak jarang dia menemukan kado dari para mahasiswanya. Namun, duda anak satu itu selalu mengabaikannya. Tak lama Nadia menghampirinya, gadis itu dengan manja bergelayut manja di lengan kekar Adam, hal itu membuat Neneknya hanya bisa menggeleng, terkadang Rangga saja mencibir ulah calon istrinya itu. "Ada apa?" tanya Adam yang hafal betul dengan tingkah Nadia pasti ada maunya. Gadis itu tersenyum girang saat Omnya begitu hafal keinginannya, Nadia membetulkan posisi duduknya. "Om, tadi Nadia me
Baca selengkapnya

Bertemu Mantan Mertua

Pagi harinya di ruangan seorang dosen yang selalu menjadi perbincangan mahasiswa wanita, Adam yang sedang memeriksa tugas  karena jam sepuluh nanti baru ada kelas, pria itu terlalu fokus hingga tak mendengar saat pintu ruangannya terbuka oleh seseorang yang hanya menatapnya heran. Devan melemparkan amplop coklat ke meja Adam membuat yang empunya terperanjat. "Kebiasaan ketuk dulu napa!" kata Adam kesal. Adam menyingkirkan amplop coklat itu ke lacinya, hal itu membuat Devan hanya mencibirnya. "Kamu enggak mau lihat apa isinya, Dam?" tanya Devan sambil menatapnya intens. "Untuk apa?" tanya Adam dingin. "Siapa tahu mau minta rujuk lagi," balas Devan yang langsung kena lempar pena oleh Adam.
Baca selengkapnya

Sosok Ibu Sambung

Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, tanpa terasa sekarang Sasa sudah berumur tiga tahun, bocah kecil itu sedang berlari-lari di taman belakang rumah Neneknya. Adam yang baru pulang langsung mencari putri kecilnya di kamar hingga ia bertemu dengan Bik Imah. "Bik, Sasa mana?" tanya Adam sambil melihat sekeliling ruang keluarga. "Sedang di taman sama Ibu, Den." Jawab bik Imah sambil tersenyum. Adam dengan langkah cepat menuju taman belakang, melihat Ayahnya datang gadis kecil itu berlari ke arah Adam. "Hoe ... hoe.... Ayah sudah pulang!" teriak Sasa sambil berlari. Adam langsung berjongkok mensejajarkan dengan tubuh putrinya. Pria itu begitu games langsung mencium kedua pipi gembul Sasa.
Baca selengkapnya

Gara-gara Tokek

Sore pun tiba di mana mereka mempunyai tugas masing-masing yang sudah dibagi oleh bapak, Ririn harus menyiapkan makan malam. Rini bagian mencari rumput buat makan kambing sedangkan Reno dan Rey memasukkan kambing ke kandang. Tadi saat pulang dari sekolah, Ririn melihat ada terong ungu rencana akan di kukus nanti makanya di colek pakai sambal saja. Keluarganya berjumlah enam orang sedangkan ayamnya bertelur cuma dua butir hari ini Ririn ingat pesan mamak nanti goreng saja telurnya buat adikmu, tapi gadis itu tidak tega kalau bapak dan mamak makannya hanya pakai sayur dan sambal. Ririn memecahkan telur ayam yang hanya dua butir itu, kemudian segera menggorengnya buat lauk malam ini. Tidak lupa sambal korek pesanan bapak dan pucuk ubi rebus untuk pelengkapnya di tambah terong.
Baca selengkapnya

Terpaksa Menjauh

Hany terkejut saat melihat jam sudah pukul sebelas lewat, ia takut besok pagi kesiangan, karena jam enam pagi harus sudah ke dermaga menunggu speedboat. Dilihatnya suaminya sudah tertidur nyenyak, Hany segera ikut naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Halim. Namun, matanya enggan terpejam. Halim yang merasa terganggu dengan ulah istrinya yang tidak mau diam, akhirnya membalikan badan menghadap sang istri. "Kalau enggak bisa tidur kasih tahu," ucap Halim sambil memeluk sang istri. Hany hanya tersipu malu, dia tidak akan bisa tidur kalau tidak berada di pelukan suaminya, hal itu yang membuatnya selalu mengikuti kemana Halim pergi. Tak lama keduanya kembali terlelap, hingga alarm membangunkan Hany. Wanita itu melihat jam di dinding sudah menunjukan pukul empat t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status