Beranda / Romansa / Pesona Duda Manja / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Pesona Duda Manja: Bab 81 - Bab 90

124 Bab

Terlihat Bodoh

'Apa orang tua itu menyuruh untuk menikahi anaknya?' Tidak berani menerima sebuah kenyataan Raya hanya mampu bertanya dalam hati. [Jika tidak bisa cerita sekarang jangan dipaksakan, mungkin besok ketika kita bertemu kamu bisa cerita semuanya ke aku.] [Aku menjadi pewaris satu-satunya seluruh kekayaan Dewantara, dan dia memintaku untuk bertanggung jawab penuh atas Rosa.] [Kayanya aku paham ke mana arah kalimat terakhir.] [Aku sayang kamu.] [Aku tau.] [Aku tidak akan melakukan hal bodoh.] Raya tidak mengeluarkan kata. [Aku tahu sesaat lagi apa yang akan terjadi, aku meminta persetujuan kamu. Boleh aku mengadakan resepsi pernikahan kita untuk yang kedua kali? Kita sounding berita pernikahan kita, undang teman-teman dan relasi. Kita adakan acara besar menujukan pada dunia bahwa kita bahagia. Bagaimana?] ucap Rizal cepat menawarkan pemecahan masalah. [Menurutku saat ini cara itulah yang paling tepat, atau mungkin kamu ada cara?] tidak ada kata ataupun kalimat dari lisan Raya, ia ha
Baca selengkapnya

ROSALIA!

”Malu,” ucap Raya menyadari seluruh pasang mata memperhatikannya di ambang pintu. Seluruh orang di sana melihat aksi Rizal, terkecuali Rosa. Wanita itu masih membelakangi Rizal yang kini memamerkan kemesraan pada seluruh dewan direksi dan para pemegang saham. Seorang gadis sederhana mampu membuat duda itu terlihat begitu bahagia, hal yang kini ada dalam benak orang yang melihat wajah Rizal tersenyum begitu lebar. ”Yuk, masuk. Kita sarapan. Setelah dokter Richard datang, aku akan mengantarmu kuliah.” Menyematkan jemari di sela jari Raya kemudian melangkah bersama menuju ruang makan. Rizal menari sebuah kursi untuk Raya duduki, Raya mulai menghidangkan masakannya tanpa menghiraukan Rosa di hadapannya. Ia berniat hanya mendengarkan apa yang Rizal perintahkan. ”Sa, aku berharap kamu bisa bersikap dewasa,” ucap Rizal yang telah duduk di kursinya. ”Lupakan aku, aku janji akan mengurus perusahaan dengan baik jika kamu mau melupakanku. Tetapi jika kamu tetap
Baca selengkapnya

90 %

Menyusuri lorong kampus, langkah Raya seperti tak bernyawa, sesekali menunduk dan mengarah ke depan dengan hati tak karuan. beberapa teman yang mengenalnya menyapa dan sebagian iseng menggoda, namun sayang kali ini ia tak memberi senyuman dan tak membalas sapaan. Fokus pikirannya hanya ia tujukkan pada perasaan dan ujian dalam rumah tangganya."Janda kalau sudah ketahuan gak perawan begini, nih. Belagu, banyak tingkah, sok cantik!" ucap seorang mahasiswa melangkah ke arah Raya, kesal karena sapaannya tidak dibalas. Mahasiswa itu ingin menarik lengan Raya dan mengajaknya ke sebuah tempat sepi, namun belum sempat menyentuh pergelangan tangan Raya, Baim sudah lebih dulu memberi tendangan kuat pada belakang tubuhnya.BUGH!Tubuh mahasiswa itu terhempas cukup jauh. "AH!" Para mahasiswa yang melihat kejadian, langsung berkerumun ingin mengetahui keadaan temannya, termasuk Raya yang kaget dengan apa yang baru saja terjadi."Nona, anda tid
Baca selengkapnya

Cantiikk ...

Merasa penasaran dengan siapa yang menembaknya. Bimo pun memutar tubuh sambil mendekap luka di bahunya, BRUK! Belum sempat mengetahui siapa yang telah menembaknya, sebuah tendangan keras langsung mendarat di rusuk kirinya, membuat Bimo terhempas beberapa langkah menjauhi posisi Raya berdiri. BUGH! Sebuah pukulan keras kembali melukai Bimo dan kali ini pukulan itu mendarat tepat mengenai wajah, seketika itu juga darah segar mengalir dari bibirnya. "Rizal?!" Kaget mendapati Rizal secepat itu tahu keberadaan istrinya. Tanpa memberi kesempatan pada Bimo untuk bicara dengan brutal Rizal kembali memukuli Bimo yang membuat seluruh orang di sana tidak ada yang berani mencegahnya. BUGH! BUGH! DUGH! BUGH! ... "Sialan!" Rizal tampak seperti kesetanan. "Cari mati!" "Sialan!" "Gak tau diri!" "Selama ini gue diam!" "Loe apain Raya!" "Apa yang udah loe lakuin sama istri gue, BANGSAT!"
Baca selengkapnya

Tenang

Masih merasa tak ada interaksi dari sang istri, Rizal pun mencoba memasukkan indra pengecapnya ke dalam rongga mulut Raya, bermain di dalam sana sambil menyalurkan apa yang ia rasakan ‘Sayang, berikan semua rasa sakitmu padaku, biar aku yang merasakan semuanya. Aku sayang kamu. please jangan seperti ini, aku akan baik-baik saja selama kamu dalam keadaan baik.’Hembusan nafas dan aroma darah menyengat dalam hidungnya, namun Rizal sama sekali tidak terganggu. Ia masih terus memberikan sensasi kenikmatan demi mengembalikan kesadaran istrinya, memberitahu padanya bahwa saat ini ia dalam keadaan aman, tidak sendirian, dan sebentar lagi rasa sakitnya akan hilang.Berniat memberi sensasi kenikmatan pada Raya, justru saat ini dialah yang merasakan kenikmatan itu sendiri. Hormon testosteron dalam tubuhnya meningkat berkali-kali lipat membuat pusaka di antara kedua paha menegang dan tubuhnya mulai berkeringat.”Mulai parah, nikmatilah. Ada apa-apa, bangu
Baca selengkapnya

Keluhan Yang Mendalam

[Para direksi tidak akan membiarkan Dewantara Grup hancur begitu saja, mereka pasti akan membantumu. Oh ya, bagaimana keadaan papah?] [Tapi tetap aku mau kamu yang membantuku. Papah masih dalam keadaan yang sama, dokter Morgan hanya memeriksanya sebentar kemudian pergi lagi. Kamu kapan akan ke sini lagi?] [Aku tidak tau. Ya sudah, Sa. Sudah dulu ya. Aku ada urusan.] Merasa baru sebentar ia menghubungi Rizal, dengan cepat Rosa kembali bertanya dan memberikan perhatian. [Kamu sibuk? Ada pekerjaan baru? Kamu lagi di mana?] Tidak suka dengan keingintahuan Rosa, Rizal pun menjawab dengan singkat. [Aku bersama istriku, di Singapur. Sudah dulu ya, Sa.] KLIK Pembicaraan mereka berakhir dengan Rizal yang lebih dulu menutup panggilan. Hanya Rizal yang mampu melakukan itu pada Rosa, dan hanya sikap Rizal yang tak pernah membuat wanita itu merasa sakit hati. Sebuah kenyataan yang begitu pahit lagi-lagi harus Rosa terima dengan lapa
Baca selengkapnya

Favorit

Mendengar sebuah ide yang belum sempat ia pikirkan Rosa pun langsung melepas dekapan Bagus, senyumnya seketika terkembang ketika membayangkan Rizal akan mengangkat panggilannya. Dengan ribuan rasa senang, Rosa mulai merapihkan rambut yang terlihat berantakan, seolah pria pujaan hati akan melihat penampilannya, menarik nafas menatap ponsel canggihnya kemudian mencari sebuah nama indah yang selalu menghiasi hatinya.Namun naas, panggilannya sama sekali tidak mendapat jawaban, hanya terdengar nada sibuk dan sesekali nada terjeda menandakan panggilan itu dialihkan oleh orang yang bersangkutan.***“Hai, Cantik. Kamu sudah sadar? Kamu hanya boleh mengangguk dan menggelengkan kepala. Sebenarnya dokter hanya melarang banyak bicara demi cepatnya proses penyembuhan pipimu, tapi demi penyembuhannya berjalan lebih cepat dan lancar, aku mau kamu tidak berbicara sama sekali.””Aneh, emang kamu dokte_””Stop!” Rizal menaruh ja
Baca selengkapnya

Menghandle

Dibalik telapak tangan suaminya Raya tersenyum begitu bahagia. Perhatian dan kemanjaan Rizal membuatnya terlihat sempurna di mata Raya. ”Aku kepingin. Dekat dengan kamu bikin aku terangsang,” ucap Rizal begitu jujur. ‘Kok malah ngomongin gituan sih, ’kan tadi lagi ngomongin nona Rosa.’ Ucap Raya dalam hati, kemudian memperagakan jemarinya seperti orang menerima panggilan dan Rizal langsung paham dengan apa yang dimaksud Raya barusan. ”Aku bisa mengeceknya dan itu nanti, tidak sekarang.” Rasa takut dan khawatir langsung mendominasi dalam diri Raya. Sekilas bayangan pelecehan yang ia alami berkelebat dalam pikirannya dan Rizal sangat tahu apa yang kini ada di pikiran istrinya. ”Kamu takut, hm?” tanya Rizal begitu lembut sambil menatap istrinya. Raya anggukan kepala pelan, seolah mewakili permintaan maafnya. ”Ok, peluk aku. aku tidak akan melakukan apapun padamu. Akan tetapi, jika kamu ingin melakukan sesuatu pada tubuhku, dengan senang h
Baca selengkapnya

Harga Diri

“Kamu cari orang lain saja, aku tidak mau orang salah paham dengan kedekatan kita. Dan istriku masih sakit.” Rosa memajukan langkah. ”Aku tidak peduli dengan tanggapan orang. Namun sekarang aku sudah paham. Kamu sudah menikah, kamu hanya menyukai Raya, saat ini kamu adalah seorang suami yang sangat mencintai istrinya. Aku paham semua itu, aku akan memposisikan diri layaknya partner kerja, tidak lebih.” Rosa berusaha meyakinkan Rizal. ”Aku tidak bisa, perusahaanku sudah cukup menyita waktuku. Aku tidak ingin disibukkan dengan urusan dunia yang tidak ada habisnya, aku ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama Raya,” ucap Rizal kemudian mengecup pipi istrinya. Rosa sedikit kerutkan kening. ”Ke mana Rizal yang dulu kukenal? Rizal yang ambisius, gila kerja, rela berhari-hari tidak makan demi menyelesaikan pekerjaan. Kamu sudah berubah, Zal.” ”Ya, manusia kapan saja bisa berubah,” jawab Rizal terlihat begitu santai, sambil mengusap lembut kulit tangan i
Baca selengkapnya

Penguasa Dibalik Pengusaha

“Ada aku, jangan takut,” bisik Rizal, coba menumbuhkan keberanian dalam diri istrinya.Raya kembali gelengkan kepala pelan, namun suaminya tidak menghiraukan. Rizal justru melepas genggaman menggantinya dengan dekapan di bahu Raya, sambil membenarkan posisi mikrofon. “Perkenalkan, ini Raya. Istriku.”Mendengar ucapan Rizal sontak membuat ruangan itu gaduh, pasalnya Dirga Dewantara menuturkan duda itu akan bersanding dengan Rosalia. Dan tidak hanya pembuktian dari penuturan Dirga, bahasa tubuh Rosa pun mengartikan hal yang sama. Belum lagi sikap baik, penurut dan perhatian yang selalu Rizal tampakkan, membuat seluruh orang di ruangan itu yakin bahwa Rizal dipastikan bersanding dengan Rosa dan akan menggantikan kepemimpinan Dirga jika ia tiada.Mendapati ekspresi berlebihan dari seluruh orang Raya pun mulai panik, ia langsung meremas kencang sisi celana suaminya. ‘Mereka tidak menerima keberadaanku. Aku mohon jangan berteriak. Aku moh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status