Tatapan sinis Nara mengartikan sesuatu yang Raya sama sekali tidak tahu. Demi menutupi kekhawatiran Rizal pun mendatangi kakak beradik itu, namun ketika kakinya melangkah untuk yang ketiga kalinya, Nara berubah menjadi panik. ”Ah! Lah! La! A! la!” ucap Nara memeluk Raya sambil menggerakan tangan seperti mengusir. Riza tetap mendekat, ingin menyapa, namun Nara masih saja mengibaskan tangannya. ”AAA, UUHH … AUH, UUHH.” Kali ini ungkapnya dengan nada keras. Raya dalam pelukannya semakin ia dekap dan kepalanya masih terus menggeleng. ”Ah, La! A! UH! LA! LA!” Wanita itu terus saja mengoceh tidak jelas. Andika yang melihat sikap Nara, ikut angkat suara. ”Nara, itu Rizal yang suka aku cerikan, dia sabahatku. Itu dia si duda manja yang haus kasih sayang dan perhatian, kamu lupa?” Nara sempat diam mencerna ucapan Andika, namun setelah itu, ia kembali panik masih memeluk sang adik. ”La! HAH! GHAaaa …” ”Ka, kakak tenang ya … semua yang ada di sin
Magbasa pa