Home / Romansa / Pesona Duda Manja / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pesona Duda Manja: Chapter 41 - Chapter 50

124 Chapters

Insting

“Tuan, kenapa bengong? Em … jika tuan tidak keberatan, boleh saya memberi saran?” ”APA?!” ’Dia marah lagi! Kerjanya marah mulu.’ Meski Raya berbicara dalam hati, dari raut wajahnya yang terlihat cemberut, Rizal mampu membaca sesuatu. ”Kenapa? Aku marah terus! Kamu yang selalu membuatku marah. Beberapa menit membuatku melambung tinggi, sedetik kemudian kau membantingku ke dasar bumi. Kau selalu mampu merusak moodku!” ”Maaf,” ucap Raya menunjukkan wajah memelas. ”Tak perlu tunjukan wajah memelasmu itu, moodku masih belum berubah! Apa, kau akan memberi saran apa?” Mobil masih dalam keadaan berhenti, Rizal menatap Raya serius. “Bagaimana jika tuan mencari tau tentang perasaan tuan, tuan lakukan pendekatan pada keduanya. Dinner bareng, jalan ke mall, ikuti kegiatan mereka, em … atau sekalian liburan. Mungkin dengan kedekatan itu tuan akan lebih mengenali mereka dan tuan akan menemukan sisi positif keduanya yang tuan belum tau.” ”Nga
Read more

Ruang Guru

Raya diam terpaku, menggigit pelan kulit jarinya sambil sesekali menatap Andika, menganggap pria di hadapannya saat ini bisa juga serius dalam berbicara. ”Ayo, ngomong!” seru Andika tak sabar. ”Aku beneran abis ke dokter, Mas.” “Bener kata Rizal, kadang loe ngeselin. Loe tuh udah ketangkep basah, masih aja ngeles. Jangan sampe gue mikir macem-macem tentang loe, ya!” Raya tundukan kepala menatap lantai rumah sakit mempertimbangkan keputusannya. “Tapi janji, jangan bilang tuan Rizal.” ”Hm, apaan!?” ”Janji yaa …” ”Iyaa … cerewet banget si neh bocah!” omel Andika tak sabar. ”Saya kemarin kecelakaan dan tadi habis ke dokter ortopedi.” ”Oh my GOD! Salah lagi ‘kan gue!” keluh Andika sambil menepuk keningnya. ”Terus, keadaan loe gimana? Apa yang luka!?” tanya Andika cepat sambil memperhatikan fisik Raya. ”Aman, rusuk saya hanya retak dan butuh waktu untuk pemulihan.” ”Terus, apa hubungannya sama Rizal, b
Read more

10 Juta

Merasa tidak ada etikat baik dari pihak Raya, beberapa wali murid menerobos masuk ke ruang guru. "Iya benar, harus bertanggung jawab! Pak Anderas, pokoknya kami tidak mau tau, Fayed harus dikeluarkan dari sekolah. Sikapnya itu akan memberi pengaruh buruk pada anak-anak kami, benar gak Ibu-ibu?" ucap salah seorang wali murid memprofokasi. "Benar!" "Benar!"  "Betul banget!" Jawab para wali murid. "Belum lagi orang tuanya yang bawa laki-laki selalu beda, makin menambah kekhawatiran kami dengan citra sekolah ini," tambah seorang wali murid, sambil melihat Andika dari atas ke bawah. Andika yang diam sejak tadi kini di bawa-bawa, ia pun merasa tak terima. "Apa maksud omongan ibu tadi? Suka-suka Raya dong, mau bawa siapa! Gak ngegodain laki orang, gak ngaruh juga sama gaji laki loe, terus apa masalahnya!?" sewot Andika sambil membenarkan posisi gendongannya. "Saya tinggal gak jauh dari rumahnya, kerja apaan ampir tiap hari pulang
Read more

LAGI

Menyimak apa yang Rizal utarakan, seketika itu juga Raya kerutkan keningnya, memutar otak harus dengan cara apa ia memberikan penolakan.”Aku akan menginap di rumahmu.” Duda itu kembali mengulang kalimatnya.”Setau saya, Tuan punya rumah dan rumah Tuan jauh lebih nyaman.””Tapi aku ingin tidur di rumahmu. Anggap saja sebagai rasa terima kasih,” balas Rizal sambil menggendong Fayed dan langsung berjalan cepat mendahului Raya.‘Idih, minta imbalan!’“Ya, gak bisa gitu!” Raya berjalan cepat berusaha menyamakan langkah. ”Nanti apa kata tetangga, lagian sejak kapan kita punya hubungan?”’Duh, salah ngomong ’kan!’”Kamu, yang tidak mau punya hubungan denganku! Kamu yang selalu menolakku! Apa susahnya sih, terima aku kemudian menikah denganku!” Rizal kembali kesal. ”Buka mata hatimu, kamu akan beruntung dicintai orang sepertiku. Aku se
Read more

Menikmati Sebuah Keputusan

Rosa langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa, tempat sama yang sempat Rizal duduki tadi pagi. Memainkan ujung rambut dengan kedua mata tertutup. Sambil menghirup dalam aroma tubuh Rizal yang masih tertinggal, membuat hayalan dan lamunannya kian berkembang. Senyumnya tersimpul indah ketika membayangkan hari-hari ke depan ia akan sering bertemu dengan sang pujaan hati, bercengkerama, bercanda, berujung memadu cinta kemudian statusnya berubah. ”Zal, aku akan berusaha menjadi apa yang kamu mau. Aku akan selalu ada untukmu, dan aku akan selalu mendukung apapun yang kau lakukan. Hal yang tak pernah Ardila berikan, dan aku sangat mampu melakukannya, aku yakin kamu tau itu.” Masih dengan senyum yang sama. Sedang asik dengan pikiran masa depan, wanita itu teringat sesuatu. Sesuatu yang mampu membuatnya besar kepala dan berpikiran kelak dirinyalah yang akan menjadi sang pemenang. Rosa langsung terduduk kemudian melangkah ke kamar Rizal. Setibanya di kamar itu ia langsung
Read more

Kangen VS Cocok

Setelah acara ulang tahun sang papah, Rizal dan Rosa makin intens bertemu, semakin dekat, dan Rizal mulai sering menginap. Seperti saat ini Rosa meminta Rizal untuk diantarkan ke kantor, beralasan sekalian jalan dan malas bawa mobil sendirian, dengan terpaksa Rizal menuruti kemauan wanita itu. ”Papah senang melihat kedekatan kalian, semoga ini bertanda baik dan kebahagiaan akan selalu menyertai keluarga besar kita.” ”Rasa senang Rosa melebihi apa yang Papah rasakan!” balas Rosa berbisik pada sang papah. ”Sa, ayo cepat! Aku ada rapat dengan para direksi.” Rizal tak menanggapi ucapan sang papah angkat, ia hanya terlihat buru-buru duduk di kursi pengemudi. ”Ok-ok, sebentar.” Wanita itu dengan segera mencium kening dan jemari sang papah. Di dalam mobil, seperti biasa Rizal sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya fokus pada kemudinya dan planing-planing pekerjaan yang akan dia kembangkan. Sedangkan Rosa kembali mulai mencari cara, mengikis jara
Read more

Bella Jovanka

”Zal, maaf mengganggumu. I-ini, a-aku, punya hutang dengan peminjaman online dan aku kesulitan bayar, mereka memaksaku untuk melunasi semua hutang plus bunganya. Aku gak punya uang, gajiku kerja udah habis untuk kebutuhan sehari-hari.” “Tidak ada hubungannya dengan saya!” ”A-ada, ada hubungannya denganmu.” Rizal tampak mengerutkan kening. “Beberapa kali aku membawakan makan siang dan beberapa kali aku memakai baju yang kubeli untuk ke kantormu, oh ya, dan ongkos juga. Kesemua uangnya aku dapatkan dari pinjaman online, kulakukan itu untuk kamu.” Seketika itu juga rasa iba menjalar dalam hatinya. Mantan istri yang dulu sangat ia cintai kini bernasib menyedihkan dan membutuhkan belas kasihan. ”Berapa yang kau butuhkan? Saya akan melunasi dan tak perlu kau ganti! Kirim nomor rekening, sekarang!” ”Sebelas juta, Zal. Dan sekarang aku di mall. Aku niat membeli baju, untuk aku pakai pas ke kantormu dan ternyata uangnya kurang. Kamu bis
Read more

Pencarian

Ardila menjatuhkan seluruh belanjaan di atas lantai, berlanjut menuju dapur mengambil secangkir air kemudian duduk di meja makan sambil mengeluarkan ponsel dari kantung celana. Ia membuka galeri fotonya, menikmati maha karya tuhan yang dulu sempat ia miliki. ”Zal, kamu makin keren. Makin ganteng.” Menatap Rizal di ponselnya. ”Setelah hari ini kuharap kamu akan sering ke rumah ini. Aku gak masalah tidak tinggal di apartemen mewah, tidak punya supercar canggih atau tidak pernah keluar negeri, yang penting kita balikan lagi. Serba kecukupan, tinggal di rumah gak kebocoran, punya kendaraan yang bisa bawa kita ke mana-mana, dan sesekali belanja beberapa pakaian yang kusuka. Aku rasa itu sudah cukup, aku gak akan lagi banyak nuntut.” ”Zal, jangan buka hati kamu untuk Rosa, ya … dia gak akan bisa bikin kamu nyaman. Meski sekarang kamu sudah kaya, tetap saja dunia kita dan dunianya berbeda. Aku yakin ketika kamu di sampingnya kamu akan merasa jenuh dan tertekan. Dia
Read more

Penthouse

Raya melangkah memasuki ruang kerjanya, ruang para marketing mengupdate pekerjaan sekaligus tempat pertemuan marketing dengan para calon penyewa dan pembeli. Merasa penasaran dengan sang tuan yang menghilang. Setelah berganti pakaian dan menaruh tas ransel di loker, Raya melangkah mendatangi meja resepsionis, dan sangat kebetulan pengelola gedung sedang berada di sana. ”Siang, Mba.” ”Siang!” jawab seorang resepsionis, sinis. “Kenapa?” Raya langsung mengarahkan wajah dan pandangannya pada wanita berjas hitam, kemudian membuka pembicaraan. “Mba Nisa saya tau, kami tidak diperbolehkan menanyakan perihal para menghuni bangunan.” “Nah, itu tau!” Resepsionis itu kembali berbicara sinis. “Em … mba Nisa, kebetulan saya adalah marketing yang melakukan transaksi dengan pemilik Sky Penthouse,” ucap Raya pada salah seorang pengelola bangunan, tanpa menghiraukan si resepsionis. “Bolehkan saya tau, apa tuan Rizal ada di huniannya saat ini?” ”Ada keperluan apa, Ya?” tanya wanita yang dipanggil
Read more

Si Tuan Yang Banyak Diam

Setelah kamera melaksanakan tugasnya, dengan lembut dan perlahan duda itu memutar tubuh Raya. Gadis cantik, dengan rambut terkunci rapih, kemeja putih berbalut blazer navy lengkap dengan rok di bawah lututnya, terlihat grogi. 'Ingin sekali memelukmu, tapi aku takut kamu tak mau dan akhirnya aku menyakitimu.' Hanya mampu ungkapkan dalam hati, sambil menatap gadis itu, pilu. Posisi keduanya berhadapan. Entah angin apa dan naluri dari mana, Rizal mulai membungkukkan badan kemudian mencium lembut kening Raya. Menghirup aroma khas kulit gadis itu sambil pejamkan mata. 'Maaf." Hembusan nafas Rizal begitu terasa di kening Raya, seperti menyalurkan sebuah rasa. Perlahan Rizal melepas ciumannya dan kembali menatap gadis itu. melihat gadisnya menundukkan kepala, Rizal pun mengangkat wajah Raya agar tatapan mereka bertemu. Mendapati sikap sang tuan tanpa dugaan, Raya pun mengikuti apa yang Rizal inginkan. Kedua jemari Rizal kini berada di bahu Raya denga
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status