Beranda / Romansa / Pesona Duda Manja / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Pesona Duda Manja: Bab 21 - Bab 30

124 Bab

Bad Mood

"Saya paham dan sangat tau apa yang harus saya lakukan, Tuan. Saya permisi, masih banyak aktivitas yang harus saya kerjakan." Raya meninggalkan Bimo dengan rasa heran. 'Tuan sih terlalu baik, orang jadi salah paham, kan! Huft. Masa iya aku resign, mana ada tempat yang mau ngegajiku dengan nominal sebanyak itu.' Genap dua minggu hari berganti, Rizaldi Takki masih setia menemani Rosa dan merawat sang ayah angkat, di rumah sakit. Meski raga sang duda di tempat itu namun terkadang pikiran dan fokusnya terpecah, pecahan yang menghasilkan gambar-gambar gadis bernama Rayana Livina berkativitas di dalam rumahnya, hingga pancaran kebahagiaan tampak di wajah sang duda tanpa dipinta. 'Rizal kenapa, sih? Emang ada apa di laptopnya, mengapa dengan laptop saja aku cemburu!? Mengapa aku merasa dia sedikit berubah!' keluh Rosa pada dirinya sendiri. Niat bertanya tapi ia urungkan, karena bingung harus mulai bertanya dari mana.Gelagat anak semata wayangnya terbaca. 'Pa
Baca selengkapnya

Ingin Terlihat Muda

"Zal ... sudah selesai ya kerjanya, bisa kita bicara? Aku sudah menunggumu sejak tadi, a-aku berharap kamu mau bicara denganku," terang Ardila sambil mensejajarkan langkah dengan Rizal. Rizal mulai menambah kecepatan langkahnya, pandangan mata ia fokuskan pada Mecedes Benz bertipe G-Class di luar lobi, berharap raga segera tiba dalam kendaraan gagahnya. "Tidak ada lagi yang harus dibicarakan! Dan saya harap, anda tidak perlu lagi datang ke kantor ini!" "Zal, mungkin in-ini adalah hukuman untukku. Tapi ini bukan sepenuhnya salahku, maka dari itu aku ingin menjelaskannya padamu." Mata indah wanita itu mulai berkaca-kaca. "Tidak perlu menampakan kesedihan, karena itu sama sekali tidak berpengaruh bagiku!" BREG! Rizal menutup pintu mobil dengan kasar dan mobil itu langung melaju kencang meninggalkan Ardila sendirian.Ardila terdiam, percaya tak percaya dengan apa yang baru saja Rizal lakukan. 'Semarah dan sebenci itu kam
Baca selengkapnya

Dewasa dan Terbuka

"Atau tuan memiliki perasaan lebih terhadap saya? Jika benar seperti itu, saya harap tuan bisa rubah perasaan itu." 'Gila neh cewek, jujur bener!' Gumam Andika dalam hati. 'Cewek bego!" giliran para pengunjung ikut komentar tanpa terdengar. "Saya tidak cukup baik untuk tuan, sayapun sama sekali tidak memiliki perasaan pada tuan. Saya hanya ingin fokus pada keluarga dan bekerja. Adapun perhatiaan yang saya berikan, itu semua semata-mata karena kebaikan tuan, jadi tuan jangan salah mengartikan," jelas Raya tanpa jeda. "Maaf jika kata-kata saya membuat tuan tersinggung. Saya berharap, tebakan saya ini salah," tegas Raya. "Ya, tebakanmu salah! Kamu terlalu percaya diri!" Bentak Rizal, kesal. "Lagi pula, apa salah jika seorang majikan memberi perhatian? Salah, jika majikan takut pekerjanya patah hati dan berakhir resign dari kerjaannya? Salah, jika majikan suka sama pekerja di rumahnya? Salah, jika majikan ingin memiliki hubunga
Baca selengkapnya

Tekad

Wanita itu berjalan penuh percaya diri, pakaian casual ala wanita kantoran dilengkapi high heels dan tas berwarna senada menunjukan kelas berbeda atas dirinya. Tampak dalam jangkauan penglihatannya para karyawan yang berlalu-lalang coba mencari simpati Rizal. Menyapa grogi, memanggil dengan suara dilembutkan, dan tak sedikit dari mereka memperlihatkan senyuman termanis demi memikat hati sang atasan. Wanita itu tak tinggal diam, pemandangan yang baru saja ia lihat membuat tekatnya semakin kuat 'Zal, dulu aku begitu menyukaimu saat inipun masih sama, tak berubah. Jangan pedulikan mereka, aku yang akan selalu ada untukmu, hanya aku yang kaubutuhkan.' Hentakan dari high heels wanita itu begitu nyaring membuat orang di sekitarnya menoleh dan reflek membuka jalan. "Zal," panggil wanita itu elegan dengan suara begitu lembut dilengkapi senyuman termanis yang ia miliki. Rizal langsung mengarahkan pandangan pada wanita yang memanggilnya. "Hai, Sa. Papah menyuru
Baca selengkapnya

Trauma Kedua

Entah apa yang dibicarakan Bimo dan orang tua itu namun yang pasti pembicaraan serius itu berkaitan dengan nasib Rosalia, kisah bertepuk sebelah tangan yang menurut mereka begitu memprihatinkan. Rizal membawa mobil menuju lingkungan bersejarah dalam hidupnya. Lingkungan kumuh, padat penduduk, bergang sempit, lengkap dengan kisah kelam yang belum hilang. Mobil telah terparkir cukup lama namun gadis yang ditunggunya tak juga tiba. Ratusan pertanyaan berlalu-lalang membuat duda itu tak sabar dan gelisah, dengan rasa penasaran Rizal pun mengambil keputusan mendatangi kontrakan gadis itu.Satu-persatu sapaan ramah warga ia balas dengan terpaksa demi menutupi amarah. Langkahnya terhenti, tatkala melihat kontrakan itu masih terkunci.'Apa dia masih dengan dokter itu? Apa mereka mulai menjalani hubungan? Apa Raya menyukainya? Gak, gak, itu gak boleh terjadi. Zaal ... tenang, loe harus tetep di sini, tunggu dia sampe datang, dan minta penjelasan." Berdia
Baca selengkapnya

Ketakutan

'Tuhan tolong aku, selamatkan dan lindungi aku, aku mohon pada-Mu,' gumam Raya dalam hati penuh ketakutan. 'Aku tak mau tuhan ... aku memohon pertolongan-Mu.' Gadis itu menekan kuat pintu di belakang tububnya. Dalam lirih memohon pertolongan sang pencipta suara langkah kaki tertangkap pendengarannya, langkah tergesa itu semakin jelas terdengar seolah ingin menerkam tubuhnya yang kini merasa lelah. "Raya, buka." Rizal berusaha mengatur emosi. "Kau belum memberi penjelasan padaku." Permukaan mulut bersimbah darah bahkan kini mulai menetes di permukaan bajunya namun gadis yang diajak bicara sama sekali tak mengeluarkan suara. "Buka pintunya, atau kudobrak!" ucap Rizal mulai kesal. "Raya! Kautidak menurut padaku?" DUK DUK DUK Hunian mungil, mengakibatkan suara gedoran pintu terdengar menggelegar membuat Raya semakin yakin pelecehan yang pernah dialaminya dulu akan terulang kembali hari ini. Ketakutan mendalam, gadis itu pun merapatkan bibi
Baca selengkapnya

Kontras

Seharian perut tak masuk makanan di tambah lagi indra pengecapnya mengalami luka sobekan, mau tidak mau Rizal harus menghabiskan malam di rumah sakit. Merebahkan tubuh di atas ranjang pasien, dengan pergelangan tangan kanan ia letakan diatas kedua mata yang terpejam adalah cara ternyaman baginya saat ini. "Nyosor aja si loe, kena batunya, 'kan!" goda Andika, membanting tubuh di sofa panjang. "Apa perlu gue ngecek dia?" ucap Rizal tampak tenang. "Cek aja, biar lega." "Gak, gak, gak, gue percaya sama dia. Dia gak mungkin macem-macem, dia beda. Dia bukan Ardila." Gelengkan kepala, seolah meyakinkan diri. "Gak usah di cek, gue percaya sama Raya.” “Serah loe daah … gue ngantuk!” Andika langsung memejamkan matanya. Rizal masih tak bisa tidur, mengirim puluhan pesan teks pada gadis yang dituju namun sayang gadis itu sama sekali tak membalas. Bahkan pesan terakhirnya kini berstatus tak terkirim, dan ia sangat paham apa penyebabnya. Mas
Baca selengkapnya

Berubah

Senja mulai berganti warna, ibu kota kembali berbisik klakson dan erangan kendaraan yang tak sabar ingin segera tiba di tempat tujuan. Duda itu sama sekali tak beranjak, masih saja di ruangan kerjanya ditemani kelima layar datar yang masih menyala. Otak cerdas dan raganya saling bekerja sama, jemari asik menari-nari di atas keyboard dan sesekali mengusap layar lebar di hadapannya, mengganti, mengalihkan gambar dan tulisan di layar datar yang ia perhatikan. Dua buah benda bulat pipih berukuran kecil ia letakan dalam sebuah box tembaga berlapis titanium, box yang tampak elit itu mengalirkan energi listrik membuat benda pipih di dalamnya mulai mencharger dan menyempurnakan fungsi dirinya sendiri. Tubuh letih itu ia regangkan, senyuam manisnya tersimpul sempurna melukiskan gambaran hati yang senang karena benda ciptaannya selesai sesuai dengan fungsi yang diinginkan. ”Ah … lelahnya …” ”Heh dud
Baca selengkapnya

Anggukan Kepala

Rizal turun dari kendaraan, ponsel dalam genggaman bergetar menandakan sebuah email masuk, memberi kabar dalam huniannya ada seseorang. Merasa penasaran, Rizal pun langsung menekan gambar berlogo kamera di layar ponselnya, seketika wajah gadis yang dirindu terlihat begitu jelas, tegas dan sangat dekat. ‘Cantik,’ kata pertama yang Rizal keluarkan ketika melihat wajah Raya yang tampak begitu dekat. Ya, teknologi motion track yang ada pada benda pipih itu berputar 180 derajat secara apik mengikuti pergerakan Raya yang langsung tertangkap kamera dan secara otomatis benda itu langsung mengirimkan berita pada pemiliknya. Dilengkapi lensa fish eye canggih dan kamera beresolusi 3.200 megapixel benda pipih itu dengan mudahnya mengatur jarak, fokus, bahkan gadis itu masih dapat dikenali meski berada dalam tempat gelap sekalipun. Dan tanpa pikir panjang, demi kenyamanan dan keamanan Raya, Rizal pun memasang fitur licence plate recognition teknologi, hingga membu
Baca selengkapnya

Calon Nyonya Bos

"Rizal!" panggil Rosa kaget dihinggapi malu, mendapati duda itu melihat dirinya berbicara begitu kasar.   "Apa yang kalian lakukan!?" tanya Rizal pada para karyawan yang sedang sibuk dengan posel mereka yang bermasalah. "LANJUTKAN PEKERJAAN KALIAN!"   Rizal yang dikenal ramah dan tidak pernah marah baru kali ini mengeluarkan suara tinggi, membuat para karyawan terdiam tak percaya dengan apa yang diucapkan bos besar mereka.   "KALIAN TIDAK PUNYA KUPING, HAH!?" Teriak Rizal menggema untuk yang kedua kalinya, membuat para karyawan tersadar dan bergegas meninggalkan ruang lobi.   Mendapati Rizal begitu marah, kedua wanita itu tampak salah tingkah. Mencoba mengeluarkan suara, namun pita suara keduanya terasa kelu, hingga membuat Rizal kembali mengeluarkan suaranya, "kalian bisa pergi, tak ada yang berhak memberikan penjelasan. Yang saya tau, kalian membuat keributan dan membuat penghuni bangunan ini meras
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status