Home / Romansa / Pesona Duda Manja / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Pesona Duda Manja: Chapter 31 - Chapter 40

124 Chapters

Perasaan

Tiba di depan dua wanita yang asik adu argumen saling tak mau kalah, Rizal tampak terdiam, menunggu dua wanita itu menyadari kehadiran dirinya.   Rizal menatap Ardila kasihan, pakaian yang ia kenakan kini banyak terdapat sobekan hingga membuat pahanya terlihat begitu jelas. Alas kaki yang semula dipakai pun kini sudah pergi tak tahu ke mana lengkap dengan rambut acak-acakan, dan lipstik berantakan. Penampilan yang menyedihkan bagi Rizal.   Begitu pula Rosa, penampilan yang tak separah Ardila, namun Rizal yakin penampilan Rosa hari ini adalah penampilan terburuk yang pernah ia alami seumur hidupnya. Wanita berkelas itu, kedua kancing blazernya terputus hingga tang top mahal yang ia kenakan terlihat begitu jelas. Rambut harum yang tergerai indah dan terawat kini terlihat tak seperti biasanya. Tas branded yang semula di bahu kini tergeletak di atas lantai dengan tali yang sudah terputus.   "Dasar pelacur!"
Read more

Merasa Bersalah

  Sportcar itu menghantam keras transportasi umum yang sedang diam di halte pemberhentian. Seluruh kacanya pecah, bagian belakang mobil tampak baik-baik saja namun bagian depan mobil itu hancur parah.   Tampak wanita di dalamnya masih terjaga, “Zal, Rizal … Zal,” Nama itu yang pertama kali keluar dari lisannya setelah insiden berbahaya yang hampir saja merenggut nyawanya.   Ia masih terduduk di kursi pengemudi dengan seatbelt menyanggah kuat tubuhnya. Tubuh yang terkulai lemas, dengan darah segar memenuhi kening dan baju yang ia kenakan. ”Zal, Rizal … aah …” Sambil menggerak-gerakan kepala, wanita itu lagi-lagi memanggil nama yang sama berusaha menghilangkan sakit di seluruh tubuhnya.   Tak menunggu lama, tempat itu langsung dipenuhi banyak orang dan siap mengabadikan kejadian, namun sayang, belum sempat orang-orang itu melakukan apa yang mereka inginkan aparat berwajib langsung menghalangi, melarang bahkan
Read more

Rindu

Di sebuah rumah sakit swasta ternama los Angeles, Amerika Serikat. ”Huft.” Hela nafas Rizal terdengar lelah, membanting tubuh di sofa. Berbicara sebentar dengan gadis itu justru membuat Rizal kesal hingga lelahnya bertambah parah. ‘Apa susahnya bilang ‘iya kangen’ demi menyenangkan orang lain!’ ”Kamu cape, Nak? Ada apa, apa ada kerjaan yang harus kamu selesaikan? Pulanglah, papah gak masalah di sini menunggu Rosa.” tawar papah Dirga melihat anak angkatnya tampak begitu leleh. Entah sejak hari apa pria tua itu memanggil Rizal dengan sebutan ’nak’, namun yang pasti panggilan itu keluar begitu saja sejak mereka di Amerika. Kepercayaan dan rasa sayang pria tua itu semakin bertambah ketika melihat sang anak angkat begitu bertanggung jawab. Bagi pria tua itu Rizal sangatlah layak menjadi anak bahkan calon suami dari anak semata wayangnya. Tanpa lelah dan keluh Rizal selalu menjaga dan memfasilitasi seluruh kebutuhan Rosa. Memanjakan, memberikan obat, berkon
Read more

Rasa Terima Kasih

[Tuan maaf, di sini tengah malam. Boleh saya melanjutkan tidur?] Rizal menertawakan dirinya sendiri, marah tanpa alasan karena ia lupa perbedaan waktu kedua negara, namun perkataan Raya barusan membuatnya tidak suka. [Kamu gak suka ngobrol denganku? Kamu gak suka jika aku bicara apa adanya tentang perasaanku?] Pertanyaan Rizal seolah menggantung karena Raya sama sekali tak menjawabnya. [Baiklah, mungkin kamu sangat lelah, beristirahatlah. Nanti malam aku telepon dan kamu harus mengangkatnya. Bye!] Rizal langsung menutup panggilan. Sejujurnya ia masih ingin berbicara dengan Raya, ia butuh gadis itu untuk sekedar melepas rindu. Namun sepertinya gadis itu sama sekali tak menghiraukan perasaannya. Masih di ruang yang sama, demi menghilangkan rasa rindu duda itu kembali memutar rekaman video yang ada dalam emailnya, berharap waktu cepat berganti malam dan rindunya segera hilang, karena duda itu akan kembali menghubungi Raya nanti malam. Wak
Read more

Tiga Bulan

“Aku tidak bisa, Pah. Maaf,” tolak Rizal menundukkan wajah mewakili permintaan maaf melalui sebuah gerakan. Apa yang Rizal katakan tak sesuai ekspektasi pria tua itu, sedikit kaget, namun sang papah siap memutar otak dan rencana demi membahagiakan anak semata wayangnya. ”Mengapa, mengapa tidak bisa? Apa kau tidak peduli lagi dengan papahmu ini?” “Bukan, bukan seperti itu, aku mau melakukan apapun untuk Papah, apapun itu. Tetapi untuk menikah dengan Rosa itu bukanlah sebuah pilihan. Aku pernah gagal dalam berumah tangga, aku tak ingin terjadi hal yang sama, aku harap Papah paham dan bisa mengerti.” Rizal berusaha meyakinkan sang ayah angkat, berharap pria tua itu mau menerima keputusannya. ”Itu bukan alasan yang tepat, Papah tau kamu hanya mencari-cari alasan.” Kali ini Rizal yang kaget dengan perkataan pria tua itu, pasalnya dia bingung harus memberi alasan apalagi agar pria tua itu bisa menerima keputusannya. ”Bagaimana, adakah syarat yang ingin kau
Read more

Terlalu Banyak Diam

Raya menutup panggilan teleponnya, heran. ’Mas Dika gak salah, masa iya aku harus ke kantor sekarang!’ Dengan malas Raya menghentikan pekerjaan dan pergi meninggalkan hunian sang tuan. Setiba Raya di lobi utama gedung megah milik sang tuan, edaran pandangannya langsung disambut sosok yang sangat ia hafal dan kenal. Sosok yang selalu menjadi pusat perhatian siapa pun yang melihat raga dan wajahnya. Sosok bertubuh gagah, berwajah tampan. Sosok yang tampak mundar-mandir gelisah menunggu seseorang di muka sofa lobi utama. Jantung Raya berdegup kencang entah sejak kapan, senyumnya terkembang begitu manis mengartikan sebuah perasaan senang. Ya, tanpa ia sadari akhir-akhir ini sosok itu mulai ia rindu dan membuatnya menunggu ingin segera bertemu. Sosok itu mengarahkan pandangan ke mula lobi, seketika senyum terindah plus lesung pipit hadir begitu saja, ketika kedua mata elangnya menangkap sosok yang sangat dirindu menatap dengan tatapan senang. Tanpa
Read more

Raya Cedera

“Rosa!?” ucap Rizal kaget dan langsung melepas genggaman tangannya. “Ka-kalian ada hubungan apa? A-apa yang membuatmu begitu senang?” Rosa terlihat kebingungan mendapati Rizal berjalan begitu senang sambil menggenggam lengan Raya. BIP PIP Suara sensor mobil berbunyi, menandakan mobil gagah yang kini terparkir di sisi lobi sudah tak terkunci. “Raya, tunggu Dika,” ucap Rizal datar kemudian menghubungi Andika, meminta sahabatnya itu agar segera ke mobil kemudian mengantar Raya. Sedikit kecewa dengan sikap Rizal barusan, namun tak ada yang bisa Raya lakukan, ia hanya bisa meninggalkan tempat itu dan membiarkan pria yang baru saja meminta dirinya untuk dijadikan istri, kini menyuruhnya pergi. “Ada apa, Sa?” tanya Rizal datar. ’Dia menyuruh Dika untuk mengantar pembantu itu, dan dia tidak menjawab pertanyaanku.’ ”Rosa ... hei ….” Dengan lambaian tangannya Rizal coba mengembalikan kesadaran wanita itu. ”Sa … jika kau diam saja
Read more

Dua Jam

Rizal melangkah cepat bersama Andika, para security dan dua orang pengelola gedung menyapa ramah namun hanya Andika yang membalas sapaan mereka, sedang Rizal masih sibuk dengan rasa khawatir dan rasa bersalahnya. Hampir memasuki lift tiba-tiba Rizal menghentikan langkah, memutar tubuh, kemudian kembali menuju lobi utama. ‘Jah, mau ke mana lagi neh orang!?’ Ingin tahu apa yang akan dilakukan sahabat sekaligus bosnya, Andika pun mengikuti Rizal berbalik arah dan kembali melangkah cepat. Dalam langkahnya Rizal mengeluarkan ponsel dari saku celana, menekan beberapa digit angka dan langsung membuka galeri foto. ”Sorry mengganggu waktu kalian, apa kalian sempat melihat gadis ini?” ucap Rizal ketika tiba di muka lobi, ia langsung menunjukkan foto Raya yang sedang menata hidangan. Para security dan pengelola gedung langsung memotong jarak, memajukan langkah merasa penasaran ingin melihat siapa yang ada di ponsel duda itu. ”Oh, saya ingat, Bos. Gadis i
Read more

Ruang Pribadi

’Aku tidak melihatmu di kampus hari ini,’ ucap Rizal dalam hati, serius menatap Raya. ”Apa kau baik-baik saja?” Raya kembali anggukan kepala. Kedua mata mereka saling menatap dalam jarak yang sangat dekat. Merasa tak nyaman dengan posisinya saat ini, Raya siap mendudukkan tubuh. Namun belum sempat Raya terduduk sempurna rasa nyerinya kembali terasa bersamaan dengan Rizal yang menarik tubuhnya. “AW!” teriak Raya refleks, Ketika Rizal tiba-tiba menarik tubuhnya. ”Kenapa, apa yang sakit?” tanya Rizal sedikit khawatir, takut sikapnya melukai gadis itu. Lagi-lagi dalam posisi berbaring menyamping Raya gelengkan kepala. “Menikahlah denganku,” ucap duda itu cepat. Dengan lengan Rizal dijadikan bantal, deru nafas saling terdengar, jarak yang begitu dekat dan pandangan mata yang saling menatap, Rizal mengikuti isi hatinya kembali mengajak gadis itu untuk menikah. “Tua_ “Berikan aku alasan yang masuk akal. Jangan beralasan Rosa l
Read more

Kembali Ditolak

Pandangan Rizal langsung mengarah pada partisi lebar di hadapannya. Tampak dua foto wanita berukuran besar, wanita cantik bertubuh mungil dan wanita cantik dewasa terlihat kaya. Kedua wanita yang pernah menghiasi harinya dan sempat menjadi pusatnya untuk meraih bahagia. ’29 tahun. Ambil hatinya. Baik, pemaksa, manja, berterima kasihlah sama dia! Kaya raya, gak pernah susah. Kamu kaya raya kalau nikah sama dia! Gak bisa suka! Pewaris seluruh aset Dewantara Grup. Cantik, menarik. Cinta banget sama kamu! wanita baik-baik, tapi aku tetap gak suka! lembut, mulai agresif. Dokter Hendra? Papah jahat! Gak bisa cinta. Harus hati-hati dengan keluarganya. Suka seenaknya. Suka merintah. Haruskah sama dia?’ ’28 tahun. Rindu, Ardila kembalilah, kamu cerdas, kamu cantik, aku cinta kamu, demi kamu aku bisa kaya! aku gak bisa melupakanmu! dasar tukang selingkuh! aku sayang kamu, gak tau diri, pelakor! Tapi aku cinta. Dia kembali. Aku ingin menciumnya. Dilema. Berusaha menunjukkan keb
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status