Home / Romansa / Pesona Duda Manja / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pesona Duda Manja: Chapter 11 - Chapter 20

124 Chapters

Hunian

'Kasihan.' Gumam Rizal dalam hati, memperhatikan interaksi Raya pada ponakannya. "Mulai besok, bisakah siapkan aku sarapan dan makan siang? Em ... makan malam juga." Tak ingin menaikan gaji Raya cuma-cuma. "Bisa, tuan." "Akan kutaikan gajimu, tak perlu lagi bekerja di kafe." "Eem ... maaf tuan, di ujung gang itu, tuan bisa menepi." Tunjuk Raya dengan jarinya, sopan. "Oh, sudah sampai."Rizal turun dari kendaraan, tersadar kini berada di lingkungan kelamnya empat tahun silam dan berniat kembali pulang, namun hatinya tergerak ketika melihat Raya tampak kesulitan menuruni mobilnya."Tuan, kok ikut turun?" "Biar aku yang menggendongnya," balas Rizal dan langsung merebut Fayed dari tangan Raya. "Tapi tu_ "Aku harus tau rumahmu, jika suatu saat kamu kabur dan membawa barang berharga yang ada di rumah, aku bisa langsung mendatangimu. Tunjukan dimana rumahmu!" terang Rizal mengajak melangkah.
Read more

Rasa itu.

CKLEK "Tu-tuan sudah bangun?" Raya kaget melihat tuannya sudah duduk di ruang makan. "Hem," jawab Rizal singkat, kemudian kembali sibuk dengan ponselnya. Mendapat jawaban singkat Raya tak ambil pusing, ia langsung menuju dapur membuat secangkir kopi untuk tuannya. "Silakan tuan." "Hem," jawab Rizal singkat, kedua kalinya. 'Aneh' Raya kembali ke ruang favoritnya bergelut dengan atribut dan aktifitas rutinnya.  Tanpa Raya sadari sepasang mata elang laki-laki mengintimindasi dan lagi-lagi pemilik mata itu terpesona pada aktifitas gadis di hadapannya. Pemandangan yang sangat Rizal suka dan kegiatan yang mampu mengalihkan seluruh fokusnya. Senyum Rizal terkembang sempurna, kedua lesung pipit kembali terlihat ditemani binaran mata indah berselimut bahagia terlihat begitu jelas. 'Dia cantik, baik dan penurut. Ra-ya, Ra-ya. Rayana Livina, janda beranak sat_ tunggu-tunggu, anak? Bukankah dulu ...." "Raya, sudah sele
Read more

Ketakutan Berlebihan 1

Terdiam, wanita cantik itu terdiam dalam posisinya. Terkesima dengan penampilan si duda tampan yang kini berpenampilan begitu menawan. Ketampanannya meningkat, penampilannya memikat dan pesona sang duda kali ini membuat jantung wanita cantik itu berdebar lebih cepat. 'Zal, kamu berubah! Kok bisa?' Tersadar duda yang ia lamunkan telah jauh melangkah, wanita cantik itu coba mengejar. "RIZAL, TUNGGU!" panggil wanita cantik itu lantang tanpa malu, berharap panggilannya membuat Rizal hentikan langkah. Dan benar saja duda tampan itu terhenti, menoleh malas memperlihatkan ketidaksukaannya. Seketika ketiganya jadi pusat perhatian. "Zal, aku ingin bicara denganmu. Makan siang bareng, yuk!" ucap lembut si wanita cantik. Rizal langsung mengambil paper bag di tangan Raya, mengangkat benda itu sejajar dengan bahunya. "Sorry, saya akan makan siang di kantor," jelas Rizal dan langsung melangkah cepat menuju lift tanpa melepas genggaman tangannya. "Za
Read more

Ketakutan berlebihan 2

"Onty, mengapa tidak sekalian minta antar pada om tadi?" tanya Fayed di dalam sebuah angkutan umum. "Om banyak pekerjaan dan kita tidak boleh merepotkan orang. Selama kita bisa sendiri mengapa harus meminta bantuan orang lain, don't manja!" jelas Raya sambil memperlihatkan telunjuk digerakan. "Tak mesti setiap orang tau kisah kita, tak harus orang lain iba atas apa yang kita derita. Onty harap, Fayed faham." Jawab Fayed dengan anggukan ditemani kedua bibir dirapatkan. Bulan ini lagi-lagi Raya membayarkan pengobatkan sang kakak untuk beberapa bulan kedepan, hal yang selalu Raya lakukan ketika ia gajian semenjak bekerja sebagai asisten rumah tangga seorang duda.Meski sang kakak belum sembuh benar, namun sejak Raya meminta diresepkan obat lebih baik bukan lagi generik, penyembuhan sang kakak mengalami banyak kemajuan. Kak Nara mulai jarang kejang, tak lagi melakukan tindakan bodoh untuk mengakhiri hidupnya, sikap frustasinya berkurang, jarang
Read more

Demam

Setelah larut malam dan keadaan rumah sakit telah aman, Raya memutuskan untuk pulang. "Onty, aku suka dengan om tadi siang. Andai dia adalah dadyku, aku pasti akan senang sekali." Dengan rasa lelah mendera, Raya menghentikan langkah sejenak, kemudian mensejajarkan tubuh menatap fayed sangat lekat, "Fayed sudah punya onty, jadi tak perlu lagi ada dady," tegas Raya. "Onty jangan marah, maafkan aku. Aku tidak akan pernah lagi mengatakan hal itu, aku tidak mau lagi punya dady." Tampak kornea mata anak itu berkaca-kaca. 'Apa yang mereka lakukan? Apa ia masih bekerja di kafe? Apa gaji yang kuberi masih tetap kurang?' Hasil berkelana Rizal tak tentu arah, berujung perjumpaan kembali dengan gadis yang sempat mengusik hati dan pikirannya akhir-akhir ini. TIN TIN Suara klakson dan sorotan lampu mobil mengalihkan pandangan Raya dan ponakannya. "RAYA, masuklah!" teriak Rizal sambil menurunkan kaca mobil. Melihat Rizal dengan mobilnya, Fayed langsu
Read more

Orang Baru

"Halo pah, sepertinya aku akan menginap di rumah Rizal. Maagnya kambuh, aku harus menjaganya." Rizal reflek terduduk, kerutkan dahi, "Rosa, berikan ponselmu." Tanpa bantahan, wanita itu langsung menyerahkan ponselnya. "Halo pah, aku baik-baik saja hanya butuh istirahat sebentar." "Rosa cukup lihai mengurusmu, nikahi dia agar kau ada yang menjaga," balas pria yang disapa papah. "Pah ... pernikahan butuh cinta dan setia, tidak ada hubungannya dengan urus-mengurus ataupun jaga-menjaga." "Selalu ada alasan, apa kurangnya Rosa, hem? Adakah sikap Rosa yang harus diperbaiki? Adakah yang bisa menjagamu sebaik dan sepeduli Rosa kepadamu?" timpal suara di sebrang sana, lembut.Mencerna ucapan sang papah angkat, mata elang sang duda reflek menatap Raya, 'Ada pah, gadis itu yang telah menjagaku dengan baik.' Hanya mampu berucap dalam hati karena tak ingin menyakiti pria tua yang telah banyak membantunya. Mendapat tatapan dari tuannya, Raya langsung
Read more

Menuju

Z&T Corporate, lobi utama. "Permisi, mba. Saya ingin bertemu dengan Rizaldi Takki, bisa?" "Maaf, sudah buat janji?" "Saya Ardila Parameswari, saya man_ "ARDILA!" Andika yang sedang melangkah menuju lift, kaget, mendapati wanita yang sangat ia benci ada di kantornya. Tanpa ragu dan terganggu dengan pandangan orang, Dika langsung menarik kasar lengan Ardila. "Aw! sakit, Dik," keluh wanita itu. "Hati temen gue lebih sakit, gara-gara loe! Ngapain loe di sini? Gak punya malu!" omel Andika ketika tiba di sudut lobi yang sepi. "Dika, loe juga di sini?" Meremas pergelangan tangan yang terasa nyeri. "Rizal jadi bawahan loe? Apa jabatan dia di sini? Kok gak pernah info kalian kerja di kantor yang sama? Dik, Rizal mana, gue mau ketemu dong sama dia." "Ngapain loe nyari Rizal lagi? Jangan cari gara-gara loe ya!" "Gue cuman mau pastiin sesuatu dan mau ngucapin terima atas uang yang kenarin dia kasih. Gaji di sini gede ya
Read more

Omel Rizal

Hanya karena Raya tidak menuruti keinginan konyolnya, Rizal masih mendiamkan gadis itu. Hingga makan malam tiba duda itu masih saja diam tanpa bicara, merasa niat baiknya tidak dihargai dan seolah gadis itu menolak pesonanya mentah-mentah. Namun anehnya, meski pria itu marah dan kesal, duda itu tetap saja bersikap manja. "A ..." Rizal membuka rahangnya lebar, ketika hidangan dalam mulutnya mulai melangkah menuju lambung. Rasa menggelitik hinggap di hati Raya, sang tuan mendiamkannya namun tetap saja mencari perhatian dan bikin geregetan. 'Apa setiap duda kelakuannya begini, ya? Aneh dan seenak jidadnya! Dia gak mikir, yang tadi pagi aja masih berasa, sekarang udah nyuruh nginep-nginep! Kelamaan di barat, begini nih!' Melayani Rizal makan malam, memberikan obat, mengajak berbicara, hingga menunggu sang tuan terpejam, sudah Raya lakukan, namun duda itu masih saja mendiaminya. Raya pun bergegas meninggalkan Rizal ketika nafas pria itu mulai bersuara 'Huft, akhirnya tidu
Read more

Khawatir

Tiba di ruang IGD, para tim medis mulai menangani Raya dengan teliti. Dua orang perawat mulai memeriksa tekanan darah, memasangkan oksigen, infus dan mengobati tubuh Raya yang terluka, sedangkan beberapa dokter mulai menganalisa dan mengecek organ vital pasiennya. Tampak Rizal serius mengamati, terlihat jelas kekhawatiran dan kepanikan dari wajahnya dikarenakan Raya belum juga sadar dan tubuhnya tidak ada gerakan. "Dok, sudah tau dia kenapa? Apa karena oksigen palsu yang saya berikan tadi? Dia tidak apa-apa 'kan, dok? Dia pingsan dalam insiden kebakaran, apa dia ada penyakit bawaan? Mungkin asma? Atau maag kronis, seperti saya? Atau ... penyakit jantung? Dok, tolong beritahu saya, dia kenapa? Mengapa dia belum sadar juga?" Tim medis masih fokus memeriksa dan menganalisa hingga perkataan Rizal mereka abaikan. "Ganggu konsentrasi, biasa aja kale! Mereka nanganin dengan benar kok, sabar, heboh banget!" ucap Andika heran melihat sahabatnya kali ini."Gak u
Read more

Perhatian

"Hai," sapa Rizal melambai pelan sambil berjalan santai dari arah pintu yang terbuka, senyumnya begitu indah ketika melihat Raya dalam keadaan baik-baik saja. "Tu-tuan!" Raya terkaget, mendapati duda itu menyapanya pagi ini. "Ma-maaf tuan, saya tidak ke SOHO, mas Dika membawa saya ke sini dan saya tidak diperbolehkan pulang." "Lanjutkan makanmu!" titah Rizal."Sudah tuan, sudah kenyang." Sambil meletakan nampan di meja sebelahnya. Seketika Rizal mengerutkan dahi, melihat nampan berisi sarapan masih utuh tak tersentuh. Dengan penuh kewibawaan tanpa banyak gerakan, duda itu langsung meraih nampan kemudian duduk di sisi ranjang pasien. "A ...." mengarahkan sendok yang telah terisi aneka lauk sarapan. "Ayo, buka mulutmu!" "Melihat menunya, sudah membuat lambung saya penuh, Tuan," balas Raya terdengar pelan. "O ... mulai membantah, mulai tidak menurut!" Raya geleng kepala ditemani kedua bibir merapat kuat. "Buka mulutmu!"
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status