Home / Romansa / Pesona Duda Manja / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pesona Duda Manja: Chapter 71 - Chapter 80

124 Chapters

Sirnanya Malam Pertama

“Ada apa?” tanya sang papah setelah menutup pintu kamarnya. ”Anak papah kenapa berteriak seperti ini?” ”Pah Rizal, Pah. Rizal menikahi pembantunya, dia telah menikah dengan orang lain,” ucap Rosa menggenggam jemari sang ayah. “Tidak mungkin, itu tidak mungkin terjadi!” Para penghuni kediaman mewah itu satu persatu mendatangi sumber suara. Seorang kepala pelayan menghubungi Bimo dan Bagus khawatir sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. ”HENDRA GAK MUNGKIN BOHONGIN AKU, PAH!” Dengan tangan gemetaran, Dirga menghubungi anak buahnya. Menanyakan kebenaran dan sayangnya orang yang dihubungi tak ada yang tahu karena belakangan ini pria tua itu terlanjur memberi perintah untuk tidak mengikuti gadis itu ketika bersama Rizal dan hasilnya ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi hari ini. Pria tua itu coba mencari kebenaran langsung pada yang bersangkutan dan lagi-lagi naas, duda itu sama sekali tidak bisa dihubungi ponselnya seperti senga
Read more

Memperkuat

Rizal melajukan mobilnya kencang, berniat mendatangi tempat tinggal Andika, namun rasa empati dalam dirinya tumbuh begitu saja. Hari ini, sahabatnya itu mungkin saja sangat lelah. Sibuk mengurus kerjaan, mengurus pernikahannya dalam waktu satu hari, ditambah besok berlanjut acara di kantor, akan sangat tidak manusiawi jika ia mengganggu Andika yang kini sedang beristirahat. Pikir Rizal. Dengan cepat ia memutar setir kemudian melajukan mobil gagahnya menuju gedung pencakar langit miliknya. Setibanya di kantor, para scurity yang berjaga merasa heran dengan kedatangan mobil yang tak asing bagi mereka. "Bukannya si bos hari ini malam pertama?" ucap pelan salah seorang scurity sambil membuka pintu lobi yang sudah terkunci. Ya, berita pernikahan sang bos sudah tersebar menghiasi telinga para karyawan. Kedua pengantin yang sempat mempersiapkan pernikahan di kantor membuat para penghuni bangunan megah itu tahu apa yang akan dilakukan bos mereka. "Jangan berpi
Read more

Rapuh

Senyum wanita itu tampak begitu lebar dan menggoda, ia merapihkan pakaian dan rambutnya yang tergerai kemudian dengan bangga melangkah tanpa diperintah sebelumnya."Hai, aku datang pagi, karena aku tau pasti kamu pun datang lebih pagi."'Kegatelan! Gak tau diri!' Gerutu Andika dalam hati. 'Duda kaya, gue harap loe bisa lebih tegas.'"Dik, bisa ke sana dulu?” Tunjuk Rizal ke arah ruang makan. ”Makan cemilan sambil nunggu Raya datang.""Gue tau harus ke mana gue melangkah.” Pria konyol itu meninggalkan kursinya."Pertanyaanku akhirnya terjawab, semua berita itu bohong 'kan, Zal? Aku yakin kamu masih cinta sama aku, aku tau kamu gak akan mungkin lupain aku." Wanita itu langsung duduk di kursi yang semula diduduki Andika, lagi-lagi ia melakukan itu tanpa diperintah. Kedua tangannya saling menggenggam di atas meja ditemani wajah yang berseri-seri merasa grogi, karena sedari tadi Rizal menatap dirinya lekat.Terlihat bukan cinta
Read more

Di Lift

”Sorry kali ini kamu gak bisa sarapan. semua makanan sudah aku buang ke tempat sampah.” ”Cantiik …” “Dada aku sakit melihat kalian, kamu gak maukan aku sakit hati. Jadi biarkan aku pergi, toh aku gak bisa memberikan apa yang nanti kamu inginkan,” ucap Raya terdengar terbata membayangkan suaminya tidak akan bahagia bila bersama dirinya. Rizal langsung memeluk Raya. ”Jangan bilang begitu, aku salah. Aku yang salah. Aku gak bisa mengontrol diri, aku terbawa suasana. Aku benar-benar sudah tidak suka dia, aku membencinya. Aku hanya berterima kasih padanya karena dia, aku bisa menikahimu. Aku menyuruhnya ke kantor untuk memberikan sebuah cek dan menyuruhnya pergi tak lagi mengganggu hubungan kita. Namun sepertinya dia marah hingga entah bagaimana dia bisa melakukan tindakan itu padaku. Aku membayangkan kamu yang melakukan itu semua, aku tidak bohong. Aku hanya mau di sentuh oleh tanganmu, aku hanya mau dipeluk kamu dan aku hanya mau menua samamu. Jadi maafin aku, j
Read more

Acara

Raya pejamkan mata dalam gendongan suaminya. “Cantik, kita sudah sampai. Turun, yuk. Aku harus ganti baju.” Masih dalam pelukan suaminya ia anggukan kepala dan dengan hati-hati Rizal mendudukkan Raya di kursi cantik yang diperuntukan bagi mereka berdua. ”Yakin mau ganti baju di sini?” tanya Raya setelah turun dari gendongan Rizal dan mengedarkan pandangan. ”Aku akan ke toilet, tetap di sini.” Lagi-lagi Raya menjawab dengan anggukan kepala. Beberapa orang langsung mengikuti kemana Rizal melangkah, termasuk Andika yang kini terlihat puas dengan kerja keras anak buahnya. ”Lipstik kamu kok pudar? Habis ngapain sama si Bos?” tanya Vina melihat riasan sahabat barunya sedikit pucat. ”Sesuai apa yang kamu pikirin,” jawab Raya cuek. ”Dasar penganten anyar, sini aku kasih lipstik lagi.” Ternyata tak hanya lipstik yang Vina poles di wajah Raya, namun kini seluruh riasan natural di wajahnya sedikit demi sedikit Vina ubah.
Read more

Semauku

Raya tak berani lagi mengeluarkan kata, hanya mampu menjadi penonton aksi suaminya. "Jangan pernah lagi menyentuh saya!" Amarahnya begitu jelas terlihat. Ardila mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. ”Aku berharap dengan kejadian ini kamu mau memaafkanku, Zal." ”Pergi!” usir Rizal menatap Ardila dengan kebencian. ”Saya masih bersikap baik padamu, jadi pergi dari sini sekarang juga.” Tak ingin sikap dan tindakan Rizal semakin parah terhadap dirinya, dengan cepat Ardila memutar tubuh kemudian berlari sekencang kemampuan. Pikiran Ardila menolak kebenaran apa yang ia dengar dan lihat, namun hatinya paham dengan kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa Rizal tak lagi mencintainya. Hatinya terasa nyeri hingga butiran air mata yang sejak tadi ia bendung kini tumpah membasahi pipinya.  ’Kamu tega, Zal. Kamu jahat sama aku. Sebenci itu kamu ke aku?’ Seluruh pandangan para karyawan tak lepas dari kejadian tersebut, membuat sebagian karya
Read more

Mencari Alasan

Raya langsung memalingkan wajah, ketika melihat Rizal dipeluk wanita lain. Sebuah rasa yang tak pernah ia bayangkan dan baru kali ini benar-benar ia rasakan. Tak nyaman dan terluka. Itu yang Raya rasakan saat ini. Rizal langsung membebaskan dirinya dari pelukan Rosa yang mendadak. ”Sorry, Sa. Aku sudah menikah. Tak sepantasnya menerima pelukan dari wanita selain istriku. Aku berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi.” Ucapan itu seketika menusuk hati Rosa, jemarinya tampak bergetar merasakan sakit hati atas sebuah penolakan namun dengan kesadaran otaknya, wanita itu segera menutupi kegugupan dan berusaha terlihat biasa demi menjaga citranya di depan Rizal. ”So-sorry, aku tidak bisa menahan diri.” Rizal langsung melangkah memasuki kediaman sang papah angkat, tampak seluruh kerabat dan orang terdekat sibuk dengan aktivitas dan kepanikan masing-masing. Beberapa pria berbaju hitam bertubuh kekar tampak sibuk menghubungi banyak orang dan sebagian m
Read more

Menahan

Rizal menoleh. “Ada apa lagi, Sa?”  Wanita itu menundukkan tubuhnya melihat ke dalam mobil dan benar saja, Raya ada di dalam sana. ”Boleh aku bicara dengan Raya?” tanya Rosa lembut, berusaha menahan sakit di hatinya. ”Raya lelah, Sa. Mungkin lain kali.” Siap menutup pintu mobil secara manual. “Raya, bisa kaubiarkan malam ini Rizal menginap di sini? Keluarga kami membutuhkannya, papah pun akan senang jika Rizal orang yang pertama ia lihat ketika siuman.” Raya menggenggam ponselnya erat, bayangan Rizal mendapatkan pelukan kembali tersirat. ”Aku terserah kamu.” Raya menatap suaminya ditemani rasa cemburu. Tahu apa maksud ucapan istrinya Rizal pun angkat bicara, ”Sa, kalian akan baik-baik saja. Biarkan aku pulang, besok pagi aku kembali.” ”Raya, aku mohon. Papah pingsan dan sampai saat ini belum sadar, itu semua karena berita pernikahan kalian. Papah sangat syok dan kecewa karena Rizal sama sekali tidak memberikan kabar. Jadi aku moho
Read more

Hasrat

Tanpa mengucapkan kata dan tanpa mampu menahan nafsunya, Rizal langsung mencium bahu Raya. Menghirup dalam aroma kulit tubuh istrinya dengan jutaan hasrat dan rasa bahagia. Berlanjut mulai menjelajahi tempat yang terbuka dengan bibir dan indra pengecapnya, membuat permukaan kulit Raya basah. Hasratnya kian meningkat, kedua tangan Rizal mulai memeluk tubuh istrinya bergerak pelan seolah memberi usapan-usapan kenikmatan. Raya yang mendapatkan perlakukan mengejutkan, spontan menegangkan tubuhnya dalam posisi terdiam. Ritme jantungnya mulai berpacu ditemani kesadaran logikanya yang masih mendominasi. ’Ini bagaimana, apa yang harus aku lakuin?’ Raya tampak kebingungan. ’Apa, apa yang harus aku lakuin? Kak Nara, please tolong aku … aku harus gimana?’ Sangat menikmati apa yang ia lakukan, jemari Rizal siap bermain di kedua bukit Raya. Merasa tangan Rizal mulai naik kebagian sensitifnya dengan cepat Raya menangkap tangan suaminya, membuat gerakan erotis Rizal berhent
Read more

Wasiat

Mendapati panggilan telepon dari Rosa membuat otak Rizal malas memikirkannya. Demi melupakan apa yang baru saja ia dengar, Rizal pun melangkah menuju meja kerjanya, duduk santai sambil melihat video kebersamaan mereka yang terekam di beberapa CCTV. Hanya melihat lekuk tubuh sang istri hasrat kejantanannya tumbuh dan membuat Rizal kesal ’Engga, gak bisa begini terus, baru sehari dapet penolakan otak gue udah ngehang, gimana kalau seumur hidup! Dengan semangat dan mau tidak mau, istrinya harus sembuh dan berharap Raya tidak tersinggung jika mereka harus berkonsultasi dengan para psikolog ataupun dengan para dokter spesialis seksologi. Tidak terasa hari telah larut. Merasa puas dengan pencapaiannya, Rizal pun mencuci muka, kemudian bergegas pergi menuju tempat yang sudah ia rencanakan. "Jangan berpikiran yang tidak-tidak." Ungkap Rizal ketika tiba di sisi lobi. Melihat para security heran dengan kehadirannya. Wajar saja mereka heran, sang bos yang baru saja meni
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status