Home / Romansa / Pesona Duda Manja / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pesona Duda Manja: Chapter 101 - Chapter 110

124 Chapters

Rasa Yang Sama

Berita pernikahan Rosa dan Rizal terdengar simpang siur, awak media menunggu konferensi pers namun sampai keesokan hari keluarga kaya raya itu belum juga mengumumkan berita kebenarannya.Sedang Bagus yang kini berada di rumah Rosa tampak begitu sibuk memberi instruksi pada seluruh anak buahnya.Bagus terlihat tidak tenang, berharap seluruh orang suruhannya mampu menyelesaikan tugas yang ia perintahkan. Melangkah memasuki sebuah kamar megah, tampak di sana Rosa tertidur pulas dan Dirga Dewantara berbaring tak sadarkan diri di ranjang yang berbeda.Ia melangkah kemudian dengan perlahan menjatuhkan bokongnya di kursi tepat di samping Dirga Dewantara berbaring. Menatap pria tua itu berharap ia segera sadar dan membantunya menyelesaikan seluruh masalah yang ada. ”Om, aku tidak akan membiarkan Rosa masuk penjara. Aku akan melindunginya, bila perlu aku yang akan menggantikannya sebagai rasa terima kasihku, karena selama ini Om telah merawatku dengan sangat baik. Aku sudah menghapus seluruh r
Read more

Pemutusan Ikatan

Pria tampan nan gagah itu memasuki ruang rapat, seluruh dewan direksi dan para pemegang saham sudah menunggunya dan Rizal datang di waktu yang tepat. Aroma maskulin dan aura kecerdasan sangat terpancar ketika Rizal melangkah menuju kursi utama yang telah di sediakan untuknya.Belum sempat ia terduduk Bagus diikuti beberapa orang kepercayaannya masuk dan langsung melangkah menuju kursi tepat di sisi kanan Rizal. Rizal sama sekali tidak hiraukan kehadiran Bagus, dengan gaya santai Rizal menarik kursinya kemudian menduduki kursi kebesaran yang biasa digunakan Dirga Dewantara.Setelah Bagus nyaman dengan kursinya ia memajukan tubuh ke arah Rizal dan berbisik. ”Zal, Tugas gue melindungi Om dan Rosa. Akan sangat berdosa kalau gue sampai membiarkan Rosa masuk penjara. Jadi gue harap loe paham posisi gue saat ini.”Rizal tidak menghiraukan apa yang Bagus ucapkan, justru ia mulai menyalakan mikrofon dan siap bersuara mengutarakan keputusannya.Sekilas Bagus melihat tanda merah yang ada di lehe
Read more

LIFT

Pria tua itu langsung menginstruksikan sopir pribadinya menuju sebuah kawasan, setelah mendapatkan berita dari orang kepercayaannya.Tiba di lokasi, ia langsung mendapati sosok gadis yang sejak lama ingin sekali ia jumpai. Bermodalkan keberanian dan berharap sopir gadis itu tidak melihatnya ia pun melangkah menuju gadis yang kini duduk di pelataran sebuah kuburan.”Nona Raya,” panggil pria tua itu dari kejauhan.Raya menolehkan kepala, kelopak mata yang menyipit dan tangan kanannya yang menyentuh dahi seolah bekerja sama mengurangi sengatan mentari pagi dibalik tubuh pria tua yang memanggilnya. ”Maaf anda mengenal saya?” tanya Raya ketika pria tua itu berjarak kurang lebih tiga meter dari posisinya saat ini.Pria tua itu menghentikan langkah tepat di hadapan sebuah gundukan tanah, seolah ia sedang mengunjungi kerabatnya yang telah tiada entah itu kubur siapa. ”Bisakah anda meninggalkan Rizal?” Tidak menanggapi pertanyaan Raya, tidak membiarkan dirinya berbasa-basi demi efesiensi waktu
Read more

Menyerah

“Jangan seperti ini, kamu membuatku takut.” Raya mendorong pelan tubuh Rizal mengutarakan isi hatinya dengan jujur. Perkataan suaminya barusan menambah sebuah poin pada keputusan yang akan dia ambil. Ketakutan istrinya selalu berubah-ubah dan Rizal selalu mampu melihat perubahan itu. Terkadang hanya dengan menyentuh lehernya saja, gadis itu sudah ketakutan dan terkadang seperti apa yang kini Rizal lakukan ia bisa menikmatinya dan mereka mampu melakukan hal yang lebih intim dari ini, tapi mengapa siang ini istrinya terlihat berbeda. Sekelumit rasa coba Rizal urai penyebabnya, namun ia belum mendapatkan sebuah jawaban. Rizal menghentikan gerakan, nafasnya masih terengah sebagian mulutnya masih basah dan kenikmatan yang baru sebentar ia rasakan lagi-lagi terhenti karena sebuah penolakan. Masih dengan memeluk istrinya, perlahan dan hati-hati Rizal menaikkan resleting yang sempat ia turunkan. Mengatur nafas masih kemudian melepaskan pelukannya. ”Maafkan aku, aku tidak bisa menahan diri k
Read more

4 Hari

Setelah berjam-jam berada di mobil, tidak ingin bertemu di rumah dengan Raya yang mungkin saja sedang berada di sana, Rizal pun memutuskan untuk bermalam di kantornya.Para security yang melihat bos mereka datang, sedikit heran. Pasalnya saat ini telah larut malam dan pria itu masih menggunakan pakaian yang sama. satu persatu dari mereka mulai menyapa namun kali ini sapaan mereka tergantung di udara seolah pria itu tidak melihat dan mendengarnya.“Perasaan tadi pagi si Bos girang bener ketemu istrinya, pake acara muter-muter, kenapa sekarang kaya mayat hidup. Gak mungkin kantor ini bangkrut ’kan?”“Hus, ngaco! Jangan ngomong sembarangan, malaikat lewat berabe! Lagian urusan orang kaya kita gak perlu tau, mending sekarang kerja yang bener.” Saut security lainnya. ”Lagi punya muka kegantengan, pusing ’kan lo!” Lanjutnya lagi melangkah menyusuri lobi yang tampak sepi.Hingga hari berganti dan waktu larut kembali Rizal belum juga meninggalkan ruangannya.“Zal, kerjaan udah beres ‘kan, bal
Read more

Gugat Cerai

Teriakan kedua resepsionis wanita seketika mengundang perhatian, membuat mereka yang berlalu-lalang atau sekedar duduk di kursi lobi merasa tertarik dan penasaran.Sadar Rizal masih memperlihatkan amarahnya, pria resepsionis itu mundur beberapa langkah sambil memegang wajah. Belum sempat ia membenarkan posisi tubuh Rizal sudah berada di depannya dan kembali memberi pukulan.DHUK!Rizal menghantamkan tinju ke arah perut pria itu membuatnya tersungkur kesakitan. Pria itu ketakutan hingga ia kembali memundurkan langkah. ”Maaf, Bos.”“Raya istri gue! Dia istri sah gue!” ucap Rizal memajukan langkah.“Maaf, Bos saya gak tau.” Berusaha memberi jarak dengan Rizal, namun langkah mundurnya belum sempat berjarak banyak Rizal sudah lebih dulu menendangnya dengan sangat kuat, membuat pria itu terjatuh dan Rizal kembali memukulinya. Pukulan yang membabi-buta, seolah ia sedang melampiaskan kekesalan yang sudah menumpuk sekian lama.BUGH! BUGH! BUGH!“Raya istri gue! Dia istri sah gue!” ucap Rizal b
Read more

Sedih, Sakit Hati, Terluka, Kecewa

”Pah bangun, sadar dong, Pah.” Rosa duduk di sisi ranjang sang papah, berharap pria tua itu sadarkan diri. ”Rizal keterlaluan, Rosa malu, Pah. Kasih tahu Rosa, apa yang harus Rosa lakukan. Bantu Rosa, Pah.”Terbiasa setiap masalahnya diselesaikan oleh sang papah, kali ini Rosa kebingungan, hampir putus asa.”Sekarang semua orang tau kalau Rizal sudah menikah, mau ditaruh di mana muka Rosa, Pah. Papah jahat kalau gak bantu Rosa, Papah kejam kalau biarkan Rosa terpuruk seperti ini. Kasih tau Rosa, Pah, apa yang harus Rosa lakukan.””Rosa seperti orang yang gak punya orang tua, Papah bangun … bantu Rosa …””Rosa takut, Rosa takut bertemu orang-orang. Mereka pasti mencemooh Rosa. Pah, Papah bangun dong …” Rosa mulai mengguncang tubuh sang papah, memaksa pria tua itu sadarkan diri kemudian membantunya seperti biasa.“Gara-gara Papah seperti ini Rizal menjauhi Rosa, gara-gara Papah diam saja semua jadi kacau begini. Bangun, Pah. Please bantu Rosa sekarang …”Kedua orang suster melihat kejad
Read more

Reputasi

Andika sudah berada dalam apartemen mewahnya, mencoba pejamkan mata, tetapi tidak bisa. Pikirannya terbagi dua, namun fokusnya tetap tertuju pada Rizal sang sahabat. Ia sangat yakin ketika Rizal mulai bergerak melakukan pencarian tak lama Nara pasti akan ditemukan.Andika sesekali masih terus menghubungi Rizal, berharap pria itu mengangkat panggilan dan menyuruhnya untuk mendatangi huniannya. Ternyata hingga waktu membelah malam Rizal baru mengangkat panggilan. ”Dik, ke sini ya.” Suara itu terdengar berat, ada nada keputusasaan di dalamnya.”Cantiik, aku haus. biasanya kamu yang selalu bangun dan menuangkan minum.”Terasa haus di tenggorokan, Rizal terbangun dari tidurnya. Malam yang gelap gulita, tanpa sedikit pun cahaya. Meraba sebelah kasur, lagi-lagi membuatnya tersadar akan ketiadaan istrinya. Merangkak ke arah nakas mencari gelas, namun sepertinya gelas itu tidak ada, yang ada hanya pantulan cahaya dari ponselnya yang tiba-tiba hadir, berakhir meminta bantuan Andika.’Cantik, ka
Read more

Press Conference

Rizal acuh, tetap melangkah membiarkan Rosa berbicara sambil mengikuti langkahnya menuju mobil."Zal, aku ikut!" Rosa langsung membuka pintu belakang kemudian masuk ke dalam mobil Rizal.Malas meladeni wanita itu, Rizal mendiamkan saja. Ia lebih memfokuskan pikiran pada pencarian. Memaksimalkan waktu ia pun kembali berselancar menggunakan ponsel canggihnya.Lain halnya Rosa, sikap acuh Rizal saat ini justru membuatnya besar kepala. Merasa pria pujaan hatinya itu mulai peduli dan mulai membuka hati."Tito, aku yakin dia belum meninggalkan pulau Jawa. Bisa kau kerahkan seluruh anak buahmu untuk operasi gabungan? Terutama transportasi umum di seluruh Jawa." Menghubungi kembali salah satu pentolan penegak hukum negeri ini, mengupayakan segala cara demi menemukan istrinya."Jika kalian bisa menemukan istriku, aku akan buatkan Weaponized Drone* dan Bozena Riot* secara cuma-cuma.”Andika langsung menoleh pada sahabatnya, ia tahu kedua benda itu, Andika tak habis pikir dengan apa yang ada dal
Read more

Sadar

“Ya, ada apa nih?” tanya Nara pada sang adik.Tiga pria berbadan kekar lengkap dengan seragam yang mereka kenakan, berbicara serius pada kenek dan sopir, tak lama kemudian mereka mulai memeriksa penumpang satu persatu.”Baru kita bahas. Sesuai rencana, Ka.” Raya langsung menutup wajah dan tubuhnya dengan selimut yang ia kenakan.Sedang Nara memberi anggukan paham dengan hati yang mulai deg-degan.Tiga pria itu menghampiri para penumpang, bertanya dari mana dan mau ke mana sambil memperhatikan satu-persatu wajah para penumpang terutama para perempuan.“Dari mana dan mau ke mana, Mba?” Kali ini Naralah yang mendapat giliran pertanyaan.Nara mengenakan kaca mata hitam sambil berpegang tangan pada badan kursi di depannya, mendengar pernyataan ia langsung memperagakan bahasa isyaratnya. ”Eh, emm, iyauu, laaa, jah!” Memberi tahu bahwa dia baru saja naik di halte sebelumnya dan bertujuan ke terminal di depan sana.”Oh, oke. Ini siapa?””Au, gaha. Em, yah, uah.” menyentuh kedua mata dan telin
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status