POV HADI Selepas mengurus salah satu perusahaanku itu, aku kembali menemui Caca di rumah, dia pasti sangat marah padaku karena tak membawa Arum. Tapi tak apa, semoga ke depannya aku bisa meyakinkan putriku itu nanti. "Papa..." teriak Caca saat aku baru turun dari mobil, gadisku itu berlari ke garasi mengejarku. "Ya sayang?" sambutku langsung merangkul dan menggendongnya, tawa riang dan senyum Caca sejenak mengusir lelahku. "Kok Caca panggil Pipi, papa nak?" tanyaku menurunnkannya. "Mulai hari ini, Caca akan panggil Pipi, Papa ya? Kan Caca panggil Mama sama Mama Arum. Biar cocok," ujarnya, mendadak aku bungkam. "Oh, iya Pa? Mama mana? Tadi Caca dah telpon Mama?" ucapnya lagi, kembali aku gendong putriku itu masuk kerumah. "
Read more