Home / Thriller / Diary Cinta Jaksa Cantik / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Diary Cinta Jaksa Cantik: Chapter 31 - Chapter 40

91 Chapters

Kejutan di Tengah Badai

Wiper kaca depan mobil dinas kepolisian itu menepis air hujan yang deras membasahi kaca dan membuat pandangan Sersan Rodney Bradford buram. Dia tak berani mengemudi dengan kecepatan tinggi di tengah cuaca buruk kota Chicago. Angin menerbangkan daun-daun pepohonan yang ditanam di ruang hijau trotoar kanan kiri jalan raya the windy city itu. "Rod, menginaplah di apartmentku kalau kau mau daripada berkendara jauh untuk pulang di tengah cuaca buruk. Aku juga ingin mempelajari semua bukti dan kesaksian kasus Crawford bersamamu," saran Letnan Benjamin.Sersan Rodney pun mengiyakan saran atasannya itu. Dia menyetir ke arah Arlington Heights. Dalam waktu setengah jam, mereka pun akhirnya sampai di Buffalo Tall Tower, apartment tempat tinggal Letnan Benjamin. Kemudian mereka naik ke lantai 8 sambil membawa kotak berisi berkas barang bukti untuk dikerjakan malam ini."Aku akan membuat seteko kopi, lakukan apa yang kau inginkan, anggap saja rumah sendiri, Rod!" Letnan Benjamin melepas sepatu b
Read more

Mengejar Nyawa Saksi Kunci

"Rodney, kita harus segera pergi ke rumah karantina perlindungan saksi!" seru Letnan Benjamin Roosevelt menghambur masuk ke mobil dinas diikuti oleh rekannya.Tanpa banyak bertanya, Sersan Rodney segera mengemudikan mobil dinas Ford SUV hitam itu menembus badai yang tengah melanda kota Chicago malam itu. Konsentrasinya penuh ke jalanan yang berkabut dengan hujan berangin yang cukup deras."Sepertinya ada yang telah membocorkan data saksi dan mengejar nyawa kedua saksi kita yang masih hidup. Damn it! Aku curiga Kapten Ryan Falderson mengakses data di pc kantorku melalui otoritasnya," rutuk Letnan Benjamin dengan dada yang penuh rasa amarah karena terkhianati oleh rekan sejawatnya."Polisi korup adalah yang terburuk, Letnan. Kain pel kotor untuk membersihkan lantai kotor. Huh!" timpal Sersan Rodney dengan ekspresi jijik.Benjamin menyugar rambutnya ke belakang. "Kuharap kita belum terlambat, Rod! Kita harus memindahkan kedua saksi, Julia dan Brenda keluar dari rumah karantina perlindung
Read more

Undressed Till Morning

Seusai menelepon petugas penjaga rumah karantina perlindungan saksi, Emily mengetik beberapa pesan percakapan dengan Letnan Benjamin Roosevelt. Situasinya semakin tak terkendali dan korban yang berkaitan dengan kasus Henry Crawford semakin banyak.Wanita itu duduk di tepi ranjang milik Rayden dan menekuri ponselnya dengan serius. Hal itu sedikit mengganggu bagi Rayden. "Letakkan ponselmu, Emily Sayang. Kita belum selesai—" "F*ck off, Ray. Pekerjaanku lebih penting!" potong Emily tanpa menoleh sedikit pun ke arah Rayden. Detik selanjutnya ponsel itu melayang jauh ke sofa. Rayden melemparkan benda pipih itu bagaikan atlet NBA melakukan three point shot. Kemudian dia melakukan sebuah manuver ala atlet WWF membanting tubuh ramping Emily dan menguncinya di bawah tubuh kekarnya."Lepas—" Emily tak akan pernah melanjutkan kata-kata protes dari mulutnya karena bibirnya tersandera oleh lumatan bibir pria Perancis itu. Tiba-tiba segalanya gelap gulita sekali lagi. Listrik gedung tempat ting
Read more

Malam yang Gila

Ian McFaden menghela napas lega setelah melihat kedatangan pasangan letnan-sersan itu tiba di TKP pembantaian sebuah keluarga di Auburn. "Syukurlah kalian bisa menembus badai untuk datang kemari. Kasus pembunuhan ini jelas karena mirip dengan kasus pembunuhan ajudan jaksa beberapa hari yang lalu. Mungkin kalian tertarik menanyai tetangga korban!" ujar kepala tin forensik itu berdiri berhadapan dengan Letnan Benjamin dan Sersan Rodney.Sersan Rodney pun mengiyakan saran Ian, dia berkata, "Letnan, biarkan aku yang menginterogasi tetangga korban. Silakan mengambil foto TKP beserta korban. Permisi, Gentlemen!"Kemudian pria itu pun mendekati wanita tua tetangga korban. Dia duduk berhadapan di sofa ruang tengah tak jauh dari lokasi penembakan bersama Nyonya Suzanne Brighton."Selamat malam, Nyonya Suzanne. Perkenalkan saya Sersan Rodney Bradford. Saya mewakili Kepolisian Chicago ingin menanyakan beberapa pertanyaan mengenai kasus pembunuhan keluarga Barnes." Pria itu menghidupkan alat per
Read more

Ajudan Baru Berbahaya

"Katakan ... kenapa kau menamparku, Emily?!" tuntut Rayden sembari menindih tubuh lembut itu di bawah badannya yang berukuran dua kali tubuh Emily.Dengan enggan wanita itu menjawab, "Kau mengabaikan perkataanku dan mulai berbuat cabul di pagi hari, Prince of Darkness! Menyingkir dari tubuhku sekarang juga sebelum lututku melesak ke atas—"Sembari tertawa Rayden melepaskan tubuh ramping itu dari dominasinya. "Menyerah bukan berarti kalah. Aku lebih menyukai ide untuk mencobanya di lain kesempatan," ucapnya sambil berjalan ke arah pantry.Sedangkan, Emily tak menyia-nyiakan kesempatan untuk kabur ke kamar mandi dan juga menelepon asisten jaksanya. Dia berdiri di depan cermin wastafel. "Halo, pagi Murat. Malam yang buruk dan aku butuh jemputan pulang sebelum berangkat ke kantor. Apa kau bisa menjemputku di lantai 50 Baltimore Eclat Tower?" ujarnya cepat dan jelas setiap patah katanya seperti dirinya ketika sedang membacakan tuntutan terdakwa di persidangan.Suara di seberang sambungan
Read more

Sebuah Pilihan Sulit

"Bagiku sudah jelas, seorang terdakwa yang bersalah di mata hukum harus mendapat pengadilan yang sepantasnya. Sekalipun ia seorang penguasa tak tersentuh," jawab Jaksa Emily Carter.Mendengar jawaban Emily yang tegas, Letnan Benjamin pun bertepuk tangan dengan rasa salut terhadap pandangan idealis jaksa wanita itu. Dia lalu berpesan, "Aku hanya bisa menjanjikan kau akan mendapat dukungan loyalitas dariku dan Sersan Rodney. Meskipun di dalam institusiku ada banyak hama dan polisi kotor yang kehilangan nuraninya akan rasa keadilan. Sepertinya kau perlu menjerat Kapten Ryan Falderson juga bila memungkinkan, Em. Dia yang membocorkan data saksi dan membahayakan nyawa mereka.""Pengadilan institusi kepolisian dengan sidang kode etik mungkin dapat menyelesaikannya, Letnan Benjamin. Kalau Anda butuh rujukan, saya bisa memberikan ke kolega yang tepat," jawab Emily sebelum kedua petugas polisi itu berpamitan dengannya untuk melakukan interogasi terhadap Henry Crawford di markas kepolisian Chica
Read more

Interogasi Sang Pembunuh Erina

"Untuk apakah toleransi yang Anda maksudkan, Tuan Gordon Crawford? Saya rasa Henry sedang menjalani interogasi di markas kepolisian Chicago. Bukan saya yang menanyakan kepada dia mengenai keterkaitannya atau alibinya saat kasus-kasus pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi di tengah kota. Letnan Roosevelt dan Sersan Bradford yang berwenang dalam hal ini," jawab Emily mencari posisi netral untuk keamanan papanya.Derai tawa senator itu terdengar keras dari ponsel Emily hingga wanita itu menjauhkan ponselnya dari telinganya. "Emily, semua data akan masuk kepadamu pada akhirnya, bukan? Termasuk rekaman saksi serta interogasi Henry. Aku butuh kepastian keamanan untuk puteraku," desak Senator Gordon Crawford.Ini tak baik, pikir Emily yang mulai berjalan mondar mandir di ruangannya. Nyawa papanya atau dia harus menggagalkan kasus Crawford. Dia pun berkata, "Saya akan memastikan semua barang bukti aman di tempat penyimpanannya. Seandainya Anda sudah selesai berbincang dengan papa saya, tol
Read more

Ancaman Bom di Mobil Jaksa

Pesan yang dikirimkan oleh Murat kepada Letnan Benjamin dan Sersan Rodney mendapat balasan usai proses interogasi Henry Crawford selesai. Memang pria busuk itu menolak bicara lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan penyidik usai ditetapkan sebagai tersangka. Namun, kini mereka akan memiliki banyak bukti untuk menjerat Henry dan menjebloskannya ke penjara.Murat membaca pesan balasan dari Sersan Rodney lalu ia mengirim pesan baru yang memberitahu bahwa ayah jaksa Emily diculik oleh Senator Gordon Crawford. Sudah berjam-jam wanita itu terlelap di pangkuannya, Murat berpikir mungkin Emily lelah secara fisik dan mental. Tadi pagi ia menjemput Emily di apartment pria Perancis itu, Mr. Dabusche. Sepertinya mereka berdua menjalani malam panas berdua.Akhirnya setelah tidur cukup lama, Emily terbangun dan membuka matanya. Ia menyadari sedang berada di pangkuan asisten jaksanya. Pria Turki itu baik sekali dan sopan, tidak melakukan sesuatu yang kurang ajar terhadapnya saat dirinya kelelahan da
Read more

Di Depan Moncong Pistol

"Apa yang kalian inginkan?!" seru Emily kepada kedua ajudan barunya yang menodongkan moncong pistol mereka ke arahnya.Seringai jelek di wajah Julian Ramos seolah mengejek Emily yang nyawanya bak di ujung tanduk. Dia tertawa pongah lalu menjawab, "Kami hanya ingin menyelesaikan tugas yang diperintahkan oleh bos kami saja ... melenyapkan nyawa Jaksa Emily Carter." Dia memain-mainkan moncong pistol di tangan kanannya itu di depan wajah Emily.Martin Lockheart, rekannya sedikit bimbang berkata, "Apa kau yakin akan menembak wanita ini, Julian?" Tangannya yang memegang pistol jenis revolver bergetar hebat, dia sangat gugup."Ya, itu tugas kita, Martin!" sahut Julian yang sepertinya lebih berpengalaman menghilangkan nyawa orang. Namun, Murat berpikir cepat karena kedua pria tolol itu sangat berbahaya. Dia pun menarik pistol Desert Eagle miliknya dari balik punggungnya lalu dengan secepat kilat menembak perut kedua ajudan baru itu."DORRRR! DORRRR!" Dua tembakan yang terlepas beruntun dan j
Read more

Pangeran dan Wonder Woman

Murat membiarkan Emily mandi terlebih dahulu dan dia menyeduh teh di dapur. Sedikit jengah karena ia tidak terbiasa tinggal bersama seorang wanita yang tidak memiliki hubungan darah dengannya. Namun, dia berpikir semua yang dia lakukan demi keamanan jiwa Emily tanpa tujuan lainnya.Emily baru saja selesai mandi dan mengenakan pakaian rumahan, sebuah kaos Tshirt dengan celana pendek setengah paha. Santai dan tidak tampak resmi sama sekali. Dia menghanduki rambut coklat panjangnya yang basah seraya melayangkan pandangannya ke arah Murat yang sedang mengaduk gula dalam cangkir teh yang mengepulkan uap panas di meja pantry."Aku sudah selesai mandi, Murat. Kau bisa mandi, sepertinya kita harus membatalkan rencana kencan makan malam di luar rumah tadi karena bahaya mengintai di sekelilingku," ujar Emily sembari menjemur handuk setengah basah yang baru saja ia pakai di rak jemuran handuk di depan pintu kamar mandi.Murat membawakan cangkir teh untuk Emily ke tempat wanita itu duduk di depan
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status