Home / Thriller / Diary Cinta Jaksa Cantik / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Diary Cinta Jaksa Cantik: Chapter 1 - Chapter 10

91 Chapters

PROLOG

Emily kecil duduk di bangku dekat pintu ruang sidang sambil bermain rubik. Di usia 7 tahun, dia mampu menyerasikan balok warna itu dalam hitungan menit. Sungguh gadis kecil yang jenius.Siang itu dia menunggu ayahnya hingga selesai bekerja di persidangan.Wanita tua di sebelahnya tak henti-hentinya menangis sedari tadi mereka duduk bersebelahan. Itu agak membuat Emily kecil merasa iba."Nyonya, kenapa Anda terus menerus menangis?" tanya Emily kecil dengan suaranya yang imut.Wanita tua itu pun menoleh lalu menatap Emily kecil. Dia berkata, "Aku kehilangan puteriku satu-satunya, dia telah dibunuh oleh lelaki gila yang tidak dikenal saat berjalan pulang ke rumah."Emily menatap wanita tua itu dengan mata berkaca-kaca di wajah mungilnya yang seperti boneka seraya berkata, "Aku turut bersedih untukmu Nyonya.""Terima kasih, gadis kecil. Siapa namamu dan apa cita-citamu bila kamu besar nanti?" balas wanita tua itu sembari menanyakan pertanyaan um
Read more

Emily Rose Carter

*20 tahun kemudian*Siang itu ruang sidang begitu hening ketika jaksa penuntut umum membacakan tuntutannya terhadap terdakwa di sidang pemerkosaan seorang gadis 17 tahun."Bapak Hakim Yang Terhormat, setelah Jaksa Penuntut Umum mempelajari barang bukti, saksi ahli dan wawancara persidangan dengan terdakwa, saya memutuskan untuk memberikan tuntutan hukuman maksimum penjara seumur hidup kepada terdakwa," ucap Emily dengan tegas membacakan tuntutan vonis untuk terdakwa.Pria botak bertato yang duduk di bangku terdakwa itu berlari membabi buta ke arah Emily untuk menyerangnya. Emily berkelit mundur ketika tangan penjahat itu ingin mencekik lehernya. Petugas keamanan pengadilan segera merengut tubuh penjahat itu dan menyetrumnya dengan senjata penyetrum listrik.Ruang sidang yang hening sontak menjadi ribut karena kejadian penyerangan itu. Hakim pun mengetuk-ngetukkan palunya berusaha menenangkan ruang sidang yang kacau."Harap tenang!" seru Hakim tua b
Read more

Strong Muscles Soft Heart

Maximillian Darren Levine, di usia 35 tahun, dia telah memiliki segala yang didambakan oleh seorang pria. Karir yang sukses, rekening yang gemuk, tubuh kekar sempurna dambaan kaum Hawa yang membuatnya mudah mendapatkan kencan panas kapan pun dia menginginkannya. Tampangnya sebenarnya kurang cocok untuk menjadi atlet MMA profesional karena dia sangat tampan. Namun, itu justru terkadang menjadi berkah untuknya karena lawan-lawannya yang kurang mengenalnya meremehkannya karena wajah tampannya itu. Max Levine memiliki sepasang mata biru yang indah yang dibingkai oleh bulu mata lebat nan lentik dengan sepasang alis lebat bersiku. Tulang wajahnya tinggi dengan rahang lurus yang kokoh. Hidungnya mancung dan telah mengalami retak berulang kali akibat tinju lawannya. Bibirnya berwarna kemerahan tidak terlalu tebal, tapi mampu melambungkan khayalan tingkat tinggi lawan jenisnya. Kulit pria itu berbulu lebat agak kecoklatan terbakar sinar matahari karena dia menyukai ak
Read more

Licik dan Tampan

Pagi itu Senator Gordon Crawford menggebrak meja makan dengan kemarahan yang menyala-nyala, dia pun berteriak pada putera tunggalnya, Henry."Henry, bagaimana bisa kau dipanggil ke persidangan hari ini?! Itu bisa merusak citramu sebagai calon senator potensial berikutnya. Kita tidak membutuhkan kehebohan publikasi yang negatif saat ini," ujar Gordon dengan nada tak sabar dan penuh amarah.Pria muda berparas tampan itu tidak terpengaruh dengan amarah ayahnya. Dia seolah menjalani pagi yang tenang tanpa badai emosi menyentuh wajahnya yang rupawan. Henry adalah kandidat terkuat calon pengganti posisi senator ayahnya yang telah memegang posisi bergensi dan sarat kekuasaan itu selama 3 periode.Bukan karena Gordon Crawford orang yang bersih dari kejahatan, tetapi hal itu dikarenakan koneksinya yang kuat yang dapat menyimpan segala kejahatannya tetap terpendam di bawah tanah. Menghilangkan nyawa adalah hal yang remeh dan biasa bagi Gordon Crawford. Tapi di mata publik
Read more

Crazy Intention Senator's Son

Seperti yang dikatakan Henry Crawford tadi siang, orang suruhannya menjemput Emily di apartment wanita itu. Bahkan tepat di depan pintu unitnya.Hal itu membuat Emily sedikit banyak merasa ngeri. Pria yang akan berkencan dengannya malam ini bukanlah pria sembarangan. Dia tidak takut karena dia yakin pria itu jauh lebih menginginkan bercinta dengannya dibanding menghilangkan nyawanya.Mereka pernah memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih selama beberapa tahun. Tetapi, kesibukan Henry sebagai calon senator berikutnya menggantikan ayahnya yang menjabat sebagai senator saat inilah yang membuat mereka berdua mengambil jalan yang berlawanan arah.Namun, Emily tidak pernah ambil pusing dengan hal itu. Ketika terlalu banyak pilihan pria untuk berbagi sisi romantisme bersamanya. Dia tidak mencari dan tidak menawarkan dirinya seperti seorang pelacur. Pria-pria itu yang mendekatinya, mengejar perhatiannya yang mahal dari waktunya yang berharga."Nona Emily, silak
Read more

Pria Misterius di Dalam Lift

Selepas tengah malam, Emily melepaskan tubuhnya dari pelukan Henry Crawford. Pria itu memang selalu memaksakan dirinya sendiri hingga batas kekuatannya ketika bercinta dengannya. Emily rasa Henry tidak akan terbangun hingga pagi tiba ketika matahari sudah tinggi.Dia pun membersihkan tubuhnya di bawah shower lalu merapikan make-up di wajahnya supaya tidak tampak terlalu kacau dan menimbulkan penilaian buruk dari orang yang berpapasan dengannya. Ketika Emily merasa dirinya sudah rapi, dia pun meninggalkan penthouse milik Henry Crawford untuk pulang ke apartmentnya sendiri dengan taksi hotel.Lift hotel mulai naik dari lantai lobi hingga angka-angka di atas tombol lift bertambah tinggi. Dia berada di lantai 50, agak lama rasanya menunggu hingga lift itu menjemputnya.Akhirnya, angka 50 itu pun muncul. Emily pun bersiap untuk masuk ke lift dan dia bertatapan dengan seorang pria yang menurutnya tampan di atas rata-rata. Pria itu tidak turun ke lantai 50
Read more

Pria yang Terlalu Dominan

Rayden hanya bergeming menatap wanita cantik yang terbaring di bawah tubuhnya dalam kondisi polos itu. "Sayang sekali, aku belum pernah mendengar namamu, Cantik. Kupikir kau PSK yang pulang melayani pelangganmu tadi saat bertemu di lift ...," ujar Rayden sengaja menutupi keterkejutannya tadi."PSK, matamu!" umpat Emily meradang. Pria yang menindih tubuhnya ini benar-benar membuatnya hilang kendali pada apapun. Emily cenderung bersikap kasar dan kehilangan ketenangan ketika berbicara dengannya. Dia rasanya tidak ingin mengenal pria misterius itu."Minggir dari tubuhku, Pria Sialan Bangsat Hidup!" "Tidak! Aku masih menginginkanmu ...," balas pria itu melumat bibir Emily tanpa ampun sembari mengunci setiap sisi tubuh gadis itu dengan tubuhnya."Aku tidak ingin!" Emily meronta berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan pria misterius itu.Emily berpikir cepat, apa yang harus dia katakan agar ego pria itu terluka dan akan melepaskann
Read more

Nyaris Mati Karena Ciuman

Mendengar deheman pria yang ada di dalam lift, mereka berdua pun langsung saling menjauh lalu bergiliran masuk ke dalam lift.Rayden melingkarkan lengannya di pinggang Emily, sementara wanita itu berusaha melepaskan  tangan Rayden dari pinggangnya.Pria lain di dalam lift itu mengamati mereka berdua dengan agak bingung. "Apa kalian suami istri?" tanyanya penasaran."Bukan," jawab Emily cepat.'Lift ini begitu lama turun ke lobi, sampai kapan aku harus disandera oleh pria gila ini,' pikir Emily. Mereka bertiga turun hingga lantai lobi. Pria asing di lift yang sepertinya orang Turki itu berjalan ke pintu keluar lobi sembari memperhatikan Emily dan pria satunya dengan penasaran. Ini bukan waktu orang normal berkeliaran. Saat ini pukul 03.30, lewat malam dan belum cukup pagi untuk beraktivitas. Dan ... mereka bukan suami istri, selain itu tak ada tanda-tanda kesamaan genetik di antara kedua orang itu."Emily, tunggu!" ser
Read more

Asisten Jaksa Baru

"TOK TOK TOK." Suara ketukan jamak di pintu kantor jaksa Emily Rose Carter terdengar nyaring."Masuk saja," sahut Emily santai. Dia sedang menekuri berkas kasus kriminal yang sudah mengantre untuk disidangkan dalam waktu dekat, sebuah kasus pembunuhan berencana yang berkaitan dengan perebutan harta warisan. Dia telah menarik kesimpulan praktis ketika membaca data mentah dari catatan saksi dan bukti. Tugasnya adalah mengajukan tuntutan hukum pidana serta denda kepada terdakwa, bukan menyelidiki sekalipun terkadang kasus yang pelik pun membutuhkan campur tangannya secara tidak langsung bekerja sama dengan pihak kepolisian Chicago.Seorang pria muda bertampang keturunan Timur Tengah memasuki ruang kantornya bersama Brendan Nieson, asisten Emily. Kedua pria berbeda generasi itu duduk bersebelahan di seberang meja kerja Emily.Ingatan Emily tentang wajah pria muda bercambang dan berkumis tipis itu masih hangat dalam benaknya, dini hari tadi mereka bertemu di lift Baltimore Eclat Tower. Na
Read more

Bocoran Informasi Berbahaya

Kantor kepolisian Chicago selalu ramai dengan aktivitas para penegak hukum berlencana dan tentunya para kriminal baik yang kelas teri maupun kelas kakap. Semua bertumpah ruah di gedung berlantai 10 itu menimbulkan suara berdengung bagai kumpulan lebah yang sibuk. Dering telepon tanpa jeda membuat stres para penegak hukum itu meningkat, tidak jarang mereka harus mengonsumsi obat tidur hanya untuk meredakan migren dan beristirahat beberapa jam. Berhenti dari kewajiban mereka di jam-jam tak normal dimana orang lain telah terlelap ke alam mimpi.Dan di sanalah Emily Rosalyn Carter saat ini, langkah ringan kakinya di atas high heels 10 cm mengetuk-ngetuk lantai kayu di koridor department kriminal Kepolisian Chicago hingga terhenti di depan sebuah pintu tertutup bertuliskan Detektif Ryan Falderson. Wanita itu tersenyum tipis sembari mengetok pintu kantor sang kapten.Pria itu menyuruhnya masuk dengan suara bernada tak sabar dari dalam ruangan. Dengan perlahan Emily menarik gagang pintu di
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status