Share

Emily Rose Carter

Penulis: agneslovely2014
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-10 16:34:39

*20 tahun kemudian*

Siang itu ruang sidang begitu hening ketika jaksa penuntut umum membacakan tuntutannya terhadap terdakwa di sidang pemerkosaan seorang gadis 17 tahun.

"Bapak Hakim Yang Terhormat, setelah Jaksa Penuntut Umum mempelajari barang bukti, saksi ahli dan wawancara persidangan dengan terdakwa, saya memutuskan untuk memberikan tuntutan hukuman maksimum penjara seumur hidup kepada terdakwa," ucap Emily dengan tegas membacakan tuntutan vonis untuk terdakwa.

Pria botak bertato yang duduk di bangku terdakwa itu berlari membabi buta ke arah Emily untuk menyerangnya. Emily berkelit mundur ketika tangan penjahat itu ingin mencekik lehernya. Petugas keamanan pengadilan segera merengut tubuh penjahat itu dan menyetrumnya dengan senjata penyetrum listrik.

Ruang sidang yang hening sontak menjadi ribut karena kejadian penyerangan itu. Hakim pun mengetuk-ngetukkan palunya berusaha menenangkan ruang sidang yang kacau.

"Harap tenang!" seru Hakim tua berambut penuh uban itu seraya mengetukkan palunya.

"Tuntutan dikabulkan. Terdakwa menerima hukuman maksimum penjara seumur hidup," ujar Hakim tersebut kemudian mengetukkan palunya menandai putusan vonis pengadilan. Dia pun meninggalkan ruang persidangan yang ramai berdengung karena obrolan-obrolan di antara pengunjung persidangan.

Emily menyunggingkan senyum kemenangan. Dia merasa puas dengan vonis hakim baru saja. Bajingan pemerkosa dan pembunuh remaja itu memang pantas membusuk di penjara seumur hidup.

Dia pun berjalan ke ruang kantornya yang terletak di pojok barat lantai 2 bangunan pengadilan kota Chicago. Emily sudah menempati ruangan itu 3 tahun belakangan ini. Ratusan kasus kriminal telah dia tangani, dengan vonis terberat yang bisa dia ajukan kepada hakim.

Emily Rosalyn Carter adalah puteri tunggal dari jaksa penuntut umum legendaris di negara bagian Chicago, United States. Sosok ayahnya yang begitu melegenda di ruang sidang dengan reputasinya yang tak bercela sepanjang karirnya telah memberikan Emily Rose kemudahan menapaki tangga karirnya dengan profesi yang sama seperti ayahnya yang kini telah menikmati masa pensiunnya dengan tenang.

"Like father like daughter." Pepatah itulah yang disematkan kolega-kolega seniornya kepada Emily Rose. Profesionalisme yang dimiliki oleh Emily sama baiknya dengan ayahnya. Luar biasa malahan, dia tidak pernah memilih-milih kasus dan segera menyelesaikan setiap kasus yang mampir ke mejanya.

Para pesakitan di meja hijau selalu gentar ketika menghadapi sosok Emily Rose. Jaksa cantik itu bagaikan malaikat penunggu gerbang neraka yang siap memberikan vonis maksimum bagi mereka yang bersalah. Tetapi Emily Rose adalah malaikat pembela keadilan bagi mereka yang tertindas dan terluka.

Namun, tidak banyak yang mengetahui sisi kehidupan asmara jaksa cantik itu. Permainan cintanya yang tertutup rapat dari konsumsi publik dan paparazi. Sederet pria-pria luar biasa yang bertekuk lutut di hadapan pesona seorang Emily Rosalyn Carter. 

Bercinta adalah cara Emily untuk melepaskan tekanan beratnya persidangan, membuatnya merasakan sisi manusiawi yang lembut. Kekejaman para pelaku kriminal itu membuatnya seolah kehilangan sisi kelembutan jiwanya. Foto-foto bukti kejahatan mengoyak jiwa polosnya semenjak Emily melangkahkan kakinya ke dunia karir jaksa penuntut umum.

Sore ini Emily memiliki janji untuk berlatih satu sesi tarung bebas dengan mentornya sekaligus partner ranjangnya, Maximillian Darren Levine. 

Pria itu adalah pemilik sasana martial art besar di Chicago. Dia kadang masih menjalani pertandingan pertarungan bebas profesional atau yang biasa disingkat MMA (Mixed Martial Art).

Emily pertama kali berkenalan dengan Max Levine ketika menangani kasus tuduhan pelecehan seksual seorang wanita paruh baya. Kala itu Emily menemukan banyak kejanggalan dari bukti dan juga saksi yang ternyata telah dimanipulasi oleh wanita yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual itu. 

Emily memutuskan bahwa Max Levine tidak bersalah. Suatu kasus yang jarang terjadi di sepanjang karirnya sebagai jaksa penuntut umum.

Sejak saat itu mereka berdua pun menjadi teman dekat. Max menawarkan dirinya untuk menjadi personal trainer bela diri Emily. Menurutnya profesi Emily adalah profesi yang rentan mengalami bahaya kekerasan dan penyerangan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan tuntutan hukum darinya.

Emily memiliki darah Latin dari mamanya yang berkewarganegaraan Puerto Rico. Rambut berwarna cokelat keemasan seperti madu murni, wajah berbentuk oval dengan tulang pipi dan rahang yang runcing. Sepasang mata berwarna hazel dengan bulu mata lentik nan lebat dan sepasang alis berbentuk bulan sabit. Hidung mungil panjang yang tidak terlalu mancung dan bibir merah muda sensual yang mengundang ciuman.

Emily membuka jubah hitam seragam persidangan yang tadi dia kenakan. Di balik seragam itu dia biasa mengenakan chiffon sleeveless blouse dan short skirt. Penampilan yang sangat seksi dan menantang di mata kaum Adam.

Pakaian itu memamerkan lekuk tubuhnya yang indah. Dadanya yang padat berisi memang tertutupi oleh longgarnya lapisan kain chiffon bermodel halter neck, tetapi mengekspose kulit lengannya yang mulus yang berwarna kecoklatan seperti caramel. Short skirtnya biasanya berwarna merah atau hitam yang membalut ketat bokongnya yang membulat penuh sepanjang setengah pahanya.

Emily tidak merasa malu berpenampilan seksi dan menantang seperti itu. Baginya sebagian besar pria akan memilih untuk berlama-lama menatap tubuh indahnya sementara otaknya sendiri dapat berpikir dengan waktu ekstra ketika berbicara dengan lawan bicaranya. Suatu pertukaran yang sepadan menurutnya.

Dalam kondisi tertentu, Emily pun selalu membawa pistol Glock 21 SF miliknya untuk berjaga-jaga di dalam tas tangannya. Pistol itu sangat nyaman dipakai untuk pengguna senjata api bertangan kecil seperti dirinya. 

Emily sering melakukan latihan menembak di tempat latihan tembak kepolisian Chicago, dia harus mengasah ketajamannya menembak untuk menjaga dirinya sendiri. Sekalipun dia memiliki 2 ajudan yang mengawalnya kemana pun. Chicago adalah kota yang keras dengan tingkat kriminalitas yang cukup tinggi.

"Tok tok tok." Pintu kantornya diketuk oleh seseorang. 

"Masuk!" seru Emily dari dalam ruangan kantornya.

Ternyata Ronald Banning yang mengetuk pintu kantornya, salah satu ajudannya yang berusia 41 tahun.

 

Pria itu telah menikah dan memiliki 2 orang anak, laki-laki dan perempuan. Dalam beberapa kesempatan pria paruh baya itu telah menjaga nyawa Emily dari ancaman penyerangan. Menahan beberapa tembakan peluru nyasar dengan tubuhnya. Emily sangat menghormati dan menyayangi ajudannya itu.

"Halo Ron. Ada apa?" sapa Emily seraya tersenyum ramah.

Ronald duduk di hadapan meja Emily lalu berkata, "Apa rencanamu sore ini, Em?"

"Aku sudah membuat janji untuk menjalani sesi latihan sore bersama Maxie di sasananya. Kau bisa mengantarku lalu meninggalkanku di sana. Nanti dia akan mengantarku pulang ke apartment," jawab Emily sambil memasukkan ponsel dan buku notesnya ke dalam tas tangannya.

Ronald pun mengangguk-anggukkan kepalanya tidak mendebat Emily. Dia mengenal pria itu dengan baik. Max Levine cukup populer di kalangan pecinta MMA. 

"Ayo kita berangkat, Ron. Aku tidak ingin membuat Maxie menunggu lama," ucap Emily seraya bergegas meninggalkan ruangan kerjanya.

Jalanan kota Chicago sore itu sangat padat, mobil dengan berbagai merk berjubel di tengah kemacetan lalu lintas berjuang untuk sampai ke tempat tujuan masing-masing, bunyi klakson tak sabar bersahut-sahutan menambah hiruk pikuk jalanan.

Musim panas di kota Chicago didominasi warna merah jingga daun pohon mapel yang berguguran tertiup angin di sepanjang kanan kiri jalan raya kota. Suatu pemandangan artistik seandainya diabadikan dalam sebuah lukisan kanvas cat air. 

Emily termenung larut dalam lamunannya sambil menatap keluar dari kaca mobilnya. Seorang pria tua gelandangan berjalan melewati mobil Emily, dia melangkah gontai seolah tak memiliki energi. Emily berpikir mungkin pria tua itu belum makan entah sejak kapan.

Dia pun mengambil selembar uang 10 dolar dari dalam dompetnya lalu menurunkan kaca mobilnya. Dia memanggil pria tua itu.

"Sir!! Mendekatlah ...," seru Emily yang langsung ditanggapi oleh pria tua itu.

Pria tua itu tersenyum lebar dengan giginya yang ompong di sana sini, dia menerima selembar uang 10 dolar dari Emily. 

"Terima kasih, Nyonya! Semoga Tuhan membalas kebaikan budimu," ujar pria tua itu seraya menundukkan kepalanya.

"Kembali kasih, Tuan. Belilah makanan yang sehat," pesan Emily kemudian menutup kembali kaca jendelanya seiring dengan laju mobil itu kembali terurai dari kemacetan lalu lintas kota Chicago sore itu.

Bab terkait

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Strong Muscles Soft Heart

    Maximillian Darren Levine, di usia 35 tahun, dia telah memiliki segala yang didambakan oleh seorang pria. Karir yang sukses, rekening yang gemuk, tubuh kekar sempurna dambaan kaum Hawa yang membuatnya mudah mendapatkan kencan panas kapan pun dia menginginkannya. Tampangnya sebenarnya kurang cocok untuk menjadi atlet MMA profesional karena dia sangat tampan. Namun, itu justru terkadang menjadi berkah untuknya karena lawan-lawannya yang kurang mengenalnya meremehkannya karena wajah tampannya itu. Max Levine memiliki sepasang mata biru yang indah yang dibingkai oleh bulu mata lebat nan lentik dengan sepasang alis lebat bersiku. Tulang wajahnya tinggi dengan rahang lurus yang kokoh. Hidungnya mancung dan telah mengalami retak berulang kali akibat tinju lawannya. Bibirnya berwarna kemerahan tidak terlalu tebal, tapi mampu melambungkan khayalan tingkat tinggi lawan jenisnya. Kulit pria itu berbulu lebat agak kecoklatan terbakar sinar matahari karena dia menyukai ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Licik dan Tampan

    Pagi itu Senator Gordon Crawford menggebrak meja makan dengan kemarahan yang menyala-nyala, dia pun berteriak pada putera tunggalnya, Henry."Henry, bagaimana bisa kau dipanggil ke persidangan hari ini?! Itu bisa merusak citramu sebagai calon senator potensial berikutnya. Kita tidak membutuhkan kehebohan publikasi yang negatif saat ini," ujar Gordon dengan nada tak sabar dan penuh amarah.Pria muda berparas tampan itu tidak terpengaruh dengan amarah ayahnya. Dia seolah menjalani pagi yang tenang tanpa badai emosi menyentuh wajahnya yang rupawan. Henry adalah kandidat terkuat calon pengganti posisi senator ayahnya yang telah memegang posisi bergensi dan sarat kekuasaan itu selama 3 periode.Bukan karena Gordon Crawford orang yang bersih dari kejahatan, tetapi hal itu dikarenakan koneksinya yang kuat yang dapat menyimpan segala kejahatannya tetap terpendam di bawah tanah. Menghilangkan nyawa adalah hal yang remeh dan biasa bagi Gordon Crawford. Tapi di mata publik

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Crazy Intention Senator's Son

    Seperti yang dikatakan Henry Crawford tadi siang, orang suruhannya menjemput Emily di apartment wanita itu. Bahkan tepat di depan pintu unitnya.Hal itu membuat Emily sedikit banyak merasa ngeri. Pria yang akan berkencan dengannya malam ini bukanlah pria sembarangan. Dia tidak takut karena dia yakin pria itu jauh lebih menginginkan bercinta dengannya dibanding menghilangkan nyawanya.Mereka pernah memiliki hubungan sebagai sepasang kekasih selama beberapa tahun. Tetapi, kesibukan Henry sebagai calon senator berikutnya menggantikan ayahnya yang menjabat sebagai senator saat inilah yang membuat mereka berdua mengambil jalan yang berlawanan arah.Namun, Emily tidak pernah ambil pusing dengan hal itu. Ketika terlalu banyak pilihan pria untuk berbagi sisi romantisme bersamanya. Dia tidak mencari dan tidak menawarkan dirinya seperti seorang pelacur. Pria-pria itu yang mendekatinya, mengejar perhatiannya yang mahal dari waktunya yang berharga."Nona Emily, silak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Pria Misterius di Dalam Lift

    Selepas tengah malam, Emily melepaskan tubuhnya dari pelukan Henry Crawford. Pria itu memang selalu memaksakan dirinya sendiri hingga batas kekuatannya ketika bercinta dengannya. Emily rasa Henry tidak akan terbangun hingga pagi tiba ketika matahari sudah tinggi.Dia pun membersihkan tubuhnya di bawah shower lalu merapikan make-up di wajahnya supaya tidak tampak terlalu kacau dan menimbulkan penilaian buruk dari orang yang berpapasan dengannya.Ketika Emily merasa dirinya sudah rapi, dia pun meninggalkan penthouse milik Henry Crawford untuk pulang ke apartmentnya sendiri dengan taksi hotel.Lift hotel mulai naik dari lantai lobi hingga angka-angka di atas tombol lift bertambah tinggi. Dia berada di lantai 50, agak lama rasanya menunggu hingga lift itu menjemputnya.Akhirnya, angka 50 itu pun muncul. Emily pun bersiap untuk masuk ke lift dan dia bertatapan dengan seorang pria yang menurutnya tampan di atas rata-rata. Pria itu tidak turun ke lantai 50

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Pria yang Terlalu Dominan

    Rayden hanya bergeming menatap wanita cantik yang terbaring di bawah tubuhnya dalam kondisi polos itu. "Sayang sekali, aku belum pernah mendengar namamu, Cantik. Kupikir kau PSK yang pulang melayani pelangganmu tadi saat bertemu di lift ...," ujar Rayden sengaja menutupi keterkejutannya tadi."PSK, matamu!" umpat Emily meradang.Pria yang menindih tubuhnya ini benar-benar membuatnya hilang kendali pada apapun. Emily cenderung bersikap kasar dan kehilangan ketenangan ketika berbicara dengannya. Dia rasanya tidak ingin mengenal pria misterius itu."Minggir dari tubuhku, Pria Sialan Bangsat Hidup!""Tidak! Aku masih menginginkanmu ...," balas pria itu melumat bibir Emily tanpa ampun sembari mengunci setiap sisi tubuh gadis itu dengan tubuhnya."Aku tidak ingin!" Emily meronta berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan pria misterius itu.Emily berpikir cepat, apa yang harus dia katakan agar ego pria itu terluka dan akan melepaskann

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-17
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Nyaris Mati Karena Ciuman

    Mendengar deheman pria yang ada di dalam lift, mereka berdua pun langsung saling menjauh lalu bergiliran masuk ke dalam lift.Rayden melingkarkan lengannya di pinggang Emily, sementara wanita itu berusaha melepaskan tangan Rayden dari pinggangnya.Pria lain di dalam lift itu mengamati mereka berdua dengan agak bingung."Apa kalian suami istri?" tanyanya penasaran."Bukan," jawab Emily cepat.'Lift ini begitu lama turun ke lobi, sampai kapan aku harus disandera oleh pria gila ini,' pikir Emily.Mereka bertiga turun hingga lantai lobi. Pria asing di lift yang sepertinya orang Turki itu berjalan ke pintu keluar lobi sembari memperhatikan Emily dan pria satunya dengan penasaran. Ini bukan waktu orang normal berkeliaran. Saat ini pukul 03.30, lewat malam dan belum cukup pagi untuk beraktivitas. Dan ... mereka bukan suami istri, selain itu tak ada tanda-tanda kesamaan genetik di antara kedua orang itu."Emily, tunggu!" ser

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Asisten Jaksa Baru

    "TOK TOK TOK." Suara ketukan jamak di pintu kantor jaksa Emily Rose Carter terdengar nyaring."Masuk saja," sahut Emily santai. Dia sedang menekuri berkas kasus kriminal yang sudah mengantre untuk disidangkan dalam waktu dekat, sebuah kasus pembunuhan berencana yang berkaitan dengan perebutan harta warisan. Dia telah menarik kesimpulan praktis ketika membaca data mentah dari catatan saksi dan bukti. Tugasnya adalah mengajukan tuntutan hukum pidana serta denda kepada terdakwa, bukan menyelidiki sekalipun terkadang kasus yang pelik pun membutuhkan campur tangannya secara tidak langsung bekerja sama dengan pihak kepolisian Chicago.Seorang pria muda bertampang keturunan Timur Tengah memasuki ruang kantornya bersama Brendan Nieson, asisten Emily. Kedua pria berbeda generasi itu duduk bersebelahan di seberang meja kerja Emily.Ingatan Emily tentang wajah pria muda bercambang dan berkumis tipis itu masih hangat dalam benaknya, dini hari tadi mereka bertemu di lift Baltimore Eclat Tower. Na

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Bocoran Informasi Berbahaya

    Kantor kepolisian Chicago selalu ramai dengan aktivitas para penegak hukum berlencana dan tentunya para kriminal baik yang kelas teri maupun kelas kakap. Semua bertumpah ruah di gedung berlantai 10 itu menimbulkan suara berdengung bagai kumpulan lebah yang sibuk. Dering telepon tanpa jeda membuat stres para penegak hukum itu meningkat, tidak jarang mereka harus mengonsumsi obat tidur hanya untuk meredakan migren dan beristirahat beberapa jam. Berhenti dari kewajiban mereka di jam-jam tak normal dimana orang lain telah terlelap ke alam mimpi.Dan di sanalah Emily Rosalyn Carter saat ini, langkah ringan kakinya di atas high heels 10 cm mengetuk-ngetuk lantai kayu di koridor department kriminal Kepolisian Chicago hingga terhenti di depan sebuah pintu tertutup bertuliskan Detektif Ryan Falderson. Wanita itu tersenyum tipis sembari mengetok pintu kantor sang kapten.Pria itu menyuruhnya masuk dengan suara bernada tak sabar dari dalam ruangan. Dengan perlahan Emily menarik gagang pintu di

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-13

Bab terbaru

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Epilog: Pilihan yang Sempurna (THE END)

    Langkah-langkah kaki yang cepat itu terdengar di telinga Emily yang sedang membantu putera bungsunya mengenakan pakaian di kamar pangeran cilik tersebut."Darling, aku mencari-carimu sedari tadi!" ujar Sultan Murat berdiri di ambang pintu kamar putera kedua mereka."Ini kebiasaan rutinku di sore hari, memandikan putera-putera kita. Ada apa, Yang Mulia?" sahut Emily yang baru saja usai menyisir rambut Pangeran Fazil yang berusia 3 tahun di pangkuannya.Murat pun tersenyum memandangi putera-puteranya yang terawat dengan baik oleh istri tercintanya. Akan tetapi, dia membutuhkan Emily saja saat ini. Maka dia pun berkata, "Baiklah, aku yang kurang mengerti kebiasaanmu, Emily Sayang. Hmm ... ikutlah pergi berkereta bersamaku. Ini hari yang spesial untuk kita berdua. Titipkan anak-anak kepada pengasuh mereka!"Tawa geli meluncur dari bibir ranum berbelah milik Emily. Dia merasa curiga, suaminya akan mengajaknya bernostalgia penuh kemesraan bersamanya. "Siap, Yang Mulia. Keinginan Anda adalah

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Seorang Permaisuri Bagaikan Titisan Dewi Themis

    Seusai menanda tangani akte pernikahan bersama pria yang telah sah menjadi suaminya baru saja di balai kota, Emily berbicara empat mata dengan papanya."Pa, bagaimana dengan pekerjaanku sebagai jaksa wilayah di Illinois?" tanya Emily merasa bingung dengan segala perubahan statusnya yang mendadak serta rencana Murat yang akan membawanya ke Istanbul secepatnya. Lincoln Carter pun menjawab segala kegundahan hati puterinya, "Emily, papa akan memberimu nasihat. Terkait pekerjaanmu, ajukan pengunduran diri sesuai alasan terfaktual. Lembaga Kehakiman United States akan memaklumi alasan pengunduran dirimu yang terkesan mendadak ini.""Tapi, Pa—""Tidak ada kata tapi. Dengarkan papa, seorang pejuang yang baik saat dia mencapai puncak dari perjalanan panjang perjuangannya akan tahu kapan harus berhenti. Maka dari itu ada istilah gantung sarung tinju, hal itu pun sama untukmu, Emily. Biarlah kenangan baik tentangmu dan segala reputasi tak bercela sepanjang karir hukum yang kau torehkan akan dii

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Membuka Lembaran Hidup Baru

    "Dokter, izinkan saya melihat Rayden untuk terakhir kalinya!" Emily meraih tangan Dokter Wilbur Anderson."Maaf, pesan beliau tadi seandainya tidak dapat bertahan hidup, Anda tidak diizinkan untuk melihat beliau lagi. Jenazah akan dikirim segera dengan pesawat ke Paris untuk dikebumikan. Mungkin Anda lebih baik pulang saja ke rumah, permisi!" jawab dokter poli IGD tersebut lalu membalikkan badan kembali ke tempat praktiknya.Lincoln Carter memeluk puterinya yang terisak-isak karena merasa sangat bersalah untuk segala keputusan tanpa hati yang dilakukannya semenjak awal undangan makan malam dari Rayden tiba di kantornya. "Emily Darling, lepaskan apa yang telah berlalu. Ingatlah kau harus tetap tenang demi janin yang hidup di rahimmu. Ibu yang stres dapat mengalami keguguran!" hibur mantan jaksa itu sembari membelai rambut panjang Emily."Kita pulang sekarang, Pa. Bolehkah aku mengambil cuti besok pagi?" ujar Emily seraya membersit hidungnya yang buntu oleh ingus."Tentu saja boleh. Kam

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Cinta Akan Kembali Kepada Tuannya

    "Miss Emily Carter, tolong datang ke poli IGD Rumah Sakit Umum Chicago. Pasien kecelakaan lalu lintas bernama Tuan Rayden Zinedine Dabusche membutuhkan kehadiran Anda segera. Kami menunggu kehadiran Anda!" tutur seorang wanita yang mengaku sebagai perawat jaga rumah sakit yang menerima korban tabrakan mobil mengenaskan malam ini.Mendengar permintaan wanita tak dikenal di telepon itu, Emily ragu untuk datang ke rumah sakit yang disebutkan. Namun, bila memang benar Rayden membutuhkan kehadirannya maka dia akan terbeban oleh perasaan bersalah bila menolak datang. "Baiklah, aku akan datang segera!" putus Emily mengikuti dorongan hati nuraninya. Dia berganti pakaian untuk pergi keluar rumah lalu membangunkan papanya untuk menemani dirinya ke rumah sakit.Lincoln Carter yang dibangunkan tengah malam buta oleh puterinya tidak banyak bertanya. Dia memilih untuk melihat situasi gawat apa yang tengah terjadi? Sementara naik taksi yang selalu stand by di depan apartment, Emily menjelaskan tent

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Kerinduan yang Tak Berbalas

    Ketika Murat selesai membaca email dari Emily yang mengabarkan bahwa wanita tersebut tengah hamil 6 bulan, dia merasa gelisah. Sang sultan baru negeri Ottoman ingin memboyong kekasihnya ke istana. Namun, pemerintahannya masih dilanda rendahnya tingkat kepercayaan kepada pimpinan dirinya. Kudeta demi kudeta harus dihadapi olehnya. Ancaman pembunuhan terhadap Murat dari kubu oposisi mengintai di setiap sudut istana. Beruntungnya karena Jendral Hersek dan para petinggi militer mendukung penuh pemerintahan Murat. Jaring pengaman diperketat demi menjaga keselamatan nyawa sang sultan baru.Di ujung fajar yang merekah, Murat berdiri di balkon kamar istana yang ada di lantai 3. Pemandangan laut lepas dengan ratusan kapal terapung di semenanjung terbentang di hadapannya. Kekuasaan atas seluruh Turki ada di genggaman tangannya. Sultan muda itu menghela napas panjang sembari mencengkeram besi susuran balkon, dia berteriak kencang melampiaskan rasa tertekannya. "Emily, aku merindukanmu. Aku jug

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Hamil Tanpa Suami

    Emily menjalani kehamilannya ditemani oleh ayah tercintanya, mantan jaksa Lincoln Carter di Chicago. Pria berumur itu yang menemani puteri tunggalnya ke mana-mana, beliau juga membantu Emily memeriksa berkas kasus yang akan disidangkan agar tidak kelelahan bekerja. Alasannya adalah dia masih bisa melakukan pekerjaan jaksa dan menganggur saat ini."Jadi kapan persidangan kasus Harvey Robinson disidangkan perdana, Emily?" tanya Lincoln Carter yang duduk bersebelahan di mobil dinas bersama puterinya. Mereka akan berangkat kerja ke balai kota Chicago pagi ini.Emily yang tadinya duduk melamunkan Murat sambil menatap sisi jalan yang dilalui mobil dinasnya lalu menoleh ke arah ayahnya, dia menjawab, "Lusa persidangan perdana kasus pembunuhan wanita prostitusi itu akan digelar. Hakim Louis Bernard Miller yang akan memimpin sidang, Pa.""Ohh, hakim muda itu. Dia pernah ingin melamarmu dulu sekitar lima tahun silam, tetapi Papa menolaknya karena tahu kamu sedang fokus mengejar kariermu sebagai

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Menyimpan Rahasia Besar

    "Ismael Pasha akan tetap menjalankan fungsi sebagai koordinator pemerintahan sesuai yuridiksi kesultanan. Saya sebagai calon pewaris tahta kesultanan Turki akan menjadi kepala negara sebagai sultan," terang Murat saat berada di ruang rapat istana sultan. Di tengah ruangan, kursi singgasana dibiarkan tetap kosong karena tak ada yang dilantik sebagai pengganti sultan sebelumnya. Semua petinggi kesultanan berdiskusi dengan posisi duduk saling berhadapan. Dan Murat duduk di kursi seberang Ismael Pasha.Pria berjanggut kelabu keperakan dengan kepala botak itu menjawab Murat, "Saya hanya bawahan Anda juga, Pangeran. Jangan menjadikan saya sebagai penghalang untuk naik tahta. Anda mendapatkan kesetiaan penuh dari saya!"Sekalipun jawaban Ismael Pasha menyiratkan persetujuan dan dukungan untuk Murat. Namun, sang pangeran tetap waspada. Kedatangannya di hari pertama langsung mendapat sambutan hujan anak panah tajam. Itu artinya ada pihak yang merasa terancam dengan kehadirannya kembali di ist

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Perlawanan Keras Emily

    Ketika taksi yang ditumpangi oleh Emily berhenti di tepi trotoar, dia pun membayar tarif sesuai argo dan membiarkan sisa kembaliannya sebagai tip untuk sopir taksi. Dengan segera Emily turun dan menutup kembali pintu taksi. Namun, dia tak menduga bahwa pria Perancis yang terobsesi kepadanya itu menguntitnya sedari tadi.Kedua lengan Rayden menangkap perut Emily dari belakang. Dan wanita itu berteriak sembari meronta, "LEPASKAN AKU, RAYDEN!" Namun, telapak tangan Rayden segera membekap mulut Emily."Melepaskanmu? Ohh ... jangan harap, aku sangat mencintaimu hingga nyaris gila, Emily. Cinta ini selalu kau pandang sebelah mata dan kau abaikan begitu saja! Kini setelah pria Turki brengsek itu pergi menjauh, waktunya kita rujuk kembali sebagai sepasang kekasih yang mesra seperti dulu!" tolak Rayden sambil mengangkat tubuh Emily hingga menggantung tak menapak ke tanah."Tolong ... tolong ... lepaskan aku!" jerit Emily sekuat tenaganya sebelum Rayden memasukkannya ke mobil. Sersan Rodney ya

  • Diary Cinta Jaksa Cantik   Lepaskan Aku, Brengsek!

    Sementara Murat merunduk di sekelilingnya para prajurit serta petinggi militer melindunginya dari hujan anak panah. Dia beruntung karena serangan mendadak itu gagal. Dia menduga para teroris itu yang kemungkinan besar adalah suruhan pihak yang tak menghendaki kepulangannya ke Turki."Situasinya sudah aman, Pangeran Murat. Mari kita masuk ke paviliun untuk menemui kakek Anda," ajak Jenderal Hersek dengan wajah dicekam rasa panik.Maka Murat pun segera bergegas masuk ke kediaman kakeknya Zaganos. Namun, yang pertama dia temui justru sang nenek di ruang tamu bagian depan Paviliun Taman Narwastu. "Cucuku, selamat datang kembali ke rumahmu!" seru Freya Bey. Dengan penuh kerinduan dia memeluk erat Murat yang bertubuh jangkung dan lebih tinggi darinya."Nenek, maafkan aku yang begitu lama meninggalkan istana. Apa kabar Nenek dan kakek baik-baik saja?" ujar Murat memeriksa keadaan neneknya dari ujung kepala hingga kaki. "Segalanya baik, hanya saja usia kami makin senja. Beruntung sebelum me

DMCA.com Protection Status