Home / Thriller / Diary Cinta Jaksa Cantik / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Diary Cinta Jaksa Cantik: Chapter 41 - Chapter 50

91 Chapters

Wanitaku Menghilang!

Ketika Rayden selesai mandi dan mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah dengan handuk berukuran sedang, dia mendengar berita dari layar TV nya di ruang tengah mengenai pengeboman mobil Jaksa Emily Rosalyn Carter serta pencobaan penembakan oleh dua ajudan barunya. Dengan segera ia berlari ke depan layar TV nya dengan panik."Shit! Bagaimana bisa sekacau ini? Dimana Emily sekarang?!" rutuk Rayden dengan perasaan kacau balau. Dia berharap wanita itu baik-baik saja dimana pun ia berada saat ini.Dengan langkah lebar pria Perancis itu menuju ke walk-in-closet miliknya lalu mencari pakaian bersih untuk dikenakan. Kemudian ia mencari ponselnya karena ia harus menghubungi Emily, menanyakan keadaannya, dan juga Rayden merindukannya seharian ini setelah wanita itu meninggalkan penthouse pagi tadi.Panggilan teleponnya diabaikan oleh Emily dan dia pun merasa gusar. "Damn! Wanita itu memang keras kepala seperti keledai. Bisa-bisanya dia mengabaikan panggilan teleponku?!" Rayden merajuk d
Read more

Lemah di Hadapannya

Lutut Emily terasa lunak seperti jely hingga ia terpaksa harus bergelanyut di leher Rayden, sedangkan ciuman panas itu tak kunjung usai hingga ia bernapas tersengal-sengal. Dalam hatinya ia merutuki bagaimana tubuhnya bereaksi terhadap sentuhan pria Perancis itu. Kenapa selalu saja begitu lemah di hadapannya? pikir Emily berkabut gairah nyata."Baby, katakan kenapa pergi menghilang tanpa memberiku kabar sama sekali? Dan ... kau tinggal dengan asistenmu, pria Turki itu. Selain pandai membela keadilan, kau pandai memancing emosiku. Hmm!" tegur Rayden dengan nada yang cendurung datar, tetapi artinya keras. Dia sesungguhnya sedang marah ... sangat marah, terbakar api cemburu.Emily tertawa satir, dia memijat pelipisnya dengan jemari tangan kanannya dan tangan kirinya bersedekap. "Segala yang terjadi sejak pagi sudah membuat kepalaku begitu pening. Aku tak butuh tambahan seorang pria Perancis yang mendatangiku sambil mencak-mencak meminta sebuah perlakuan istimewa dariku. Selamat malam, Tu
Read more

Memulai Pagi Sebelum Tragedi

Melewati malam bersama pria Perancis yang terobsesi kepadanya bagi seorang Emily Carter tidaklah buruk. Hanya saja ia tidak suka menghabiskan malam seranjang bersama pria yang bukan suaminya. Biasanya pria yang menjadi partner ranjangnya selalu pulang sehabis menjalani aktivitas panas bersamanya.Rayden membuat ikatan dengannya dan Emily tidak menyukai ide itu. Merasa dimiliki secara privat oleh seorang pria bukan gayanya dan belakangan pun kencannya dengan Max Levine disabotase hingga ia sangat merasa bersalah sekaligus malu kepada atlet MMA pro itu."Kau sudah bangun sebelum fajar pagi merekah, Sayang?" sapa Rayden yang tidur miring berhadapan dengan wajah Emily.Emily tersenyum tipis lalu menjawab, "Setidaknya ketika aktivitas malam yang kujalani tidak terlalu ekstrim, aku bisa bangun pagi, Tuan Dabusche."Lengan pria Perancis itu menarik punggung Emily mendekat hingga tubuh mereka bersentuhan begitu lekat. "Berarti kita bisa melakukan aktivitas pagi yang bersemangat, Emily. Perlu
Read more

Sepotong Black Forest dengan Sianida

Pukul 07.00 AM waktu Chicago bel pintu penthouse milik Rayden berbunyi dua kali. Emily telah selesai mandi sekalipun penampilannya masih apa adanya dengan kemeja putih oversized pinjaman dari Rayden. Dia berjalan menuju ke arah pintu keluar unit itu, tetapi dengan langkah kakinya yang lebar Rayden mengejarnya dan menangkap pinggang Emily lalu membalik tubuhnya menghadap dirinya. "Apa kau tidak mengenal seni berpamitan, Nona Emily?" tegur Rayden menatap tajam ke wajah yang mendongak terkesiap itu.Wanita cantik itu mendapatkan ketenangannya lalu menjawab, "Sampai jumpa, Tuan Dabusche!" Dia berusaha melepaskan dirinya dari dekapan pria Perancis itu sekali lagi."Buruk sekali cara berpamitanmu, Emily!" erang Rayden lalu ia memagut bibir merah muda itu dalam-dalam. Lebih karena kesal dan tersinggung dengan kekasaran Emily kepadanya. Wanita favoritnya yang terlalu dingin dan keras kepala sekalipun situasinya selalu berbeda di atas ranjang ketika mereka bersama.Usai ciuman marathon itu,
Read more

Terlahap Api

Ada sebuah panggilan untuk Murat di lobi balai kota dari petugas resepsionis yang menelepon meja kerjanya. Maka pemuda itu bergegas menuju ke lobi. Sementara itu Emily yang baru saja selesai menjalani sidang kasus pembunuhan berencana tadi duduk di balik meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya. Bertumpuk-tumpuk file yang mengantre untuk mendapatkan perhatiannya. Namun, ia mengurutkannya sesuai jadwal persidangan yang akan digelar untuk kasus-kasus itu.Ayahnya Lincoln John Carter yang mengajarinya metode pekerjaan itu sebagai seorang jaksa legendaris di eranya. Dan sepertinya memang efektif menurut Emily.Tiba-tiba lampu di ruangan kerjanya padam. Emily mencoba untuk tenang, mungkin hanya gangguan listrik biasa duganya sekalipun cuaca tampak cerah saat ia menoleh ke arah jendela kaca ruang kerjanya. Dia kembali menekuri berkas kasus di atas meja. Namun, akhirnya dia menghubungi bagian fasilitas dan tata ruang balai kota untuk menanyakan perihal pemadaman listrik siang itu."Hal
Read more

Rencana Jahat yang Bocor

"Kesaksian palsu? Ahh ... memang benar, Anda yang memberi kami kesaksian palsu, Mister Senator!" Sersan Rodney tertawa sinis, memainkan perannya sebagai bad cop dengan penuh penghayatan. Senator Gordon Crawford menatap dengan tatapan seolah ia tak bersalah sembari membela dirinya. "Kuharap kalian tidak salah paham. Mak—maksudku kedua saksi itu yang memberikan kesaksian palsu mengenai diriku. Anda harus percaya aku hanya kambing hitam dalam kasus ini!" Kemudian Letnan Benjamin Roosevelt berkata, "Akan ada laporan rekaman panggilan keluar dan masuk ke ponsel Anda serta telepon rumah serta kantor. Kami telah mendapat izin dari Jaksa Emily Carter. Silakan menghubungi pengacara Anda, Tuan Crawford!"Dengan tenang sang letnan membacakan hak Miranda kepada Senator Gordon Crawford seraya memasang borgol di pergelangan tangan pria paruh baya yang biasanya tak terjamah oleh tangan penegak hukum itu, "Anda memiliki hak untuk diam. Apapun yang Anda katakan dapat dan akan digunakan untuk melawan
Read more

Dikalahkan oleh Pria Turki

Ketika Emily dan Murat keluar dari lift unit apartement milik pria Turki itu, langkah mereka terhenti. Sesosok pria bertubuh tinggi tegap dalam setelan jas necis berdiri menyandar pada dinding samping pintu unit itu."Hari yang kacau, Emily?" ucapnya sembari tersenyum miring menatap wanita di hadapannya.Helaan napas lelah meluncur dari bibir Emily. "Aku tak ingin memperburuk hariku yang kau tahu ... sudah buruk, dengan menutupnya bersamamu, Rayden," jawabnya.Tangan Rayden terulur untuk menangkap pergelangan tangan Emily. Namun, sayangnya tangan ramping itu tidak tertangkap olehnya. Wanita itu bergerak dengan gesit. Dia berlindung di balik tubuh Murat. "Kemarilah—" Rayden memicingkan matanya dengan aura berbahaya melirik wajah Emily yang setengah tersembunyi di balik bahu pria Turki itu. Dia pun terkekeh sembari bertolak pinggang. "Kenapa malah bertingkah kekanakan begini, Emily? Ayo ikutlah ke atas bersamaku! Aku punya selusin pengawal profesional bila kau ingin rasa aman dari anc
Read more

Yang Pertama bagi Sang Pangeran

Melewati sebuah malam bersama Murat yang terasa begitu romantis bagi Emily. Dia memang hanya berbincang dengan Murat, tetapi dari perbincangan yang terkesan personal itu Emily dapat mengenal lebih dalam seperti apa kepribadian pria Turki itu. Ketika malam semakin larut Emily tertidur bersandar di sofa usai mendengarkan cerita Murat mengenai masa kecilnya di Istanbul. Pria itu mengakhiri kisahnya yang bagaikan dongeng 1001 malam. Ia menggendong tubuh ramping Emily untuk memindahkannya ke ranjang miliknya agar wanita itu tidak kaku badannya bila salah posisi tidur.Sebuah selimut ditutupkan ke atas tubuh Emily, dia hanya mengecup puncak kepala wanita itu tanpa melakukan hal yang berlebihan lalu kembali ke sofa untuk tidur di sana. Selepas tengah malam Emily terbangun dan menyadari bahwa dia telah berpindah tempat dari sofa ke ranjang. Dengan refleks ia membalik badannya ke sisi lain ranjang yang kosong. Dia terduduk lalu mengedarkan pandangannya mencari dimana sosok Murat yang ternyat
Read more

Menjebak Sniper Bayaran Senator

Masih dengan posisi di atas tubuh polos Emily, sang pangeran tak dikenal itu berkata, "Aku ingin hubungan yang serius dan exclusive denganmu, Emily. Ketahuilah bahwa di dalam darahku mengalir darah kesultanan Turki, jadi wanita pilihanku tidak boleh sembarangan.""Ehh ... tunggu, apa maksudmu kau ini seorang pangeran?" tanya Emily memastikan makna tersirat dari ucapan Murat barusan.Tangan Murat membelai pipi halus Emily, ia merasakan banyak emosi berkecamuk dalam dirinya. Banyak hal yang sensitif berkaitan dengan pasangan hidup seorang pangeran seperti dirinya terlebih Murat adalah satu-satunya keturunan ayahnya yang tersisa. Setelah kakeknya berhenti mengurusi kesultanan maka dialah yang memiliki kewajiban meneruskan kekuasaan. Pergi ke Amerika adalah salah satu wujud pelariannya dari tanggung jawab yang berat itu. Namun, Murat juga tak ingin bila kekuasaan kesultanan jatuh ke tangan paman atau sepupunya. Suatu hari bila dia telah mengalahkan trauma kejiwaannya, dia harus pulang ke
Read more

Sebuah Tembakan untuk Emily Carter

"SYUUUUU .... SYUUUUU .... DORRRR! DORRR! DORRR!" Suara peluru melesat menembus udara dengan cepat terdengar diiringi bunyi ledakan mesiu membentur benda padat beberapa kali. Arah sumber tembakan itu dari atap gedung yang ada di seberang balai kota. Moncong senapan laras panjang itu tampak membidik ke arah pintu masuk gedung pemerintah yang megah di jantung kota Chicago. Teriakan histeris para pejalan kaki dan warga sipil terdengar membuat kacau suasana di depan gedung balai kota.Sedangkan, Emily yang menjadi sasaran tembak sebenarnya merundukkan kepalanya seraya berlari dilindungi oleh Murat di belakangnya masuk menuju ke dalam gedung balai kota."Apa kamu baik-baik saja, Emily?" tanya Murat memastikan kondisi Emily sembari berjongkok bersama Emily di balik dinding gedung balai kota Chicago.Jantung Emily berdegup kencang tak beraturan, ia merasakan peluh membanjiri tubuhnya karena efek kecemasan yang memuncak dalam dirinya. "Kabar baiknya aku masih bernapas dan utuh, Murat. Rasany
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status