Lelaki berperawakan sedang itu duduk bersimpuh di bawah kakiku. Ia menatap penuh pengharapan. Aku hanya bisa diam seribu bahasa. Jauh di lubuk hati, aku masih mengharapkan dirinya. Namun, bayangan pengkhianatan yang ia lakukan kembali menari di dalam benak. "Demi anak-anak," ucapnya lirih seraya menggenggam kedua tanganku erat. Aku mencoba melepaskan genggaman tangannya, tapi tenagaku jauh dibawah tenaganya. Setelah berfikir beberapa saat, membayangkan kehidupanku dan anak-anak tanpa Mas Fadil membuatku bergidik. "Iya, aku mau, tapi, bagaimana dengan perempuan itu?""kami putus semalam," jawabnya lesu. Terlihat gurat kecewa di wajahnya. Apa aku hanya pelariannya saja? ah, bukan aku pelariannya, melainkan wanita itu yang menjadi pelarian Mas Fadil ketika aku tidak di dekatnya. "Berjanjilah tidak akan menemui perempuan itu lagi!" pintaku dengan netra dipenuhi embun. "iya, aku janji. Ayah
Last Updated : 2021-08-04 Read more