Home / Romansa / Babu Jadi Menantu / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Babu Jadi Menantu: Chapter 21 - Chapter 30

62 Chapters

21. Mencari Parmi

Selamat sore dan selamat membacašŸ˜****"Ha ha ha ...."Wanita itu tertawa di bawah gerimis yang semakin deras, langkahnya tidak berhenti bahkan saat ada petir yang menggelegar. Orang-orang yang sedang berteduh di halte bis, memperhatikannya dengan keheranan, ada juga yang memandangnya dengan iba. Suara tawanya tertutup air hujan, air mata yang sedari tadi tumpah ruah telah tercampur dengan air hujan. Ia tidak tahu kemana kaki membawanya melangkah, ia hanya berjalan tiada lelah dan rasa takut.Sekujur tubuhnya basah, rasa sakit di hatinya telah mengalahkan rasa dingin yang menusuk tulangnya. Bahkan sudah dua jam ia berjalan kaki, rasa lapar juga sudah menyerang dirinya, namun ia hiraukan. Yang ada hanya rasa sakit, kecewa dan terluka."Ha ha ha ... hi hi hi ...."Suara tawanya kembali terdengar diantara tangisannya."Ibu, lihat ada orang gila!" suara anak kecil berbisik pada ibunya, keduanya tengah melihat Parmi dengan rasa
Read more

22. Anton Ngidam

"Ibu ... AWAASS!!" "Huuuhhaaahhaa ... hhu ...." Napasnya memburu, ia tersentak dari tidurnya, duduk bersandar pada kepala ranjang. Masih dengan mengerjapkan mata beberapa kali. Ia mencoba melihat sekeliling, dimana adiknya masih tertidur dengan pulas. Detak jantungnya masih berdetak cepat, bahkan kini ia benar-benar khawatir. Ia mencoba memejamkan kedua matanya kembali, namun tidak bisa. Mimpi tadi seakan terjadi ,tepat di depan mata kepalanya sendiri. Ibu sambungnya tertabrak mobil. "Astaghfirulloh." Ia menggelengkan kepalanya, sambil mengusap dadanya. Kini ia turun dari ranjang, melangkah menuju kamar mandi. Ia mengambil air wudhu, lalu melaksanakan sholat tahajjud. Ternyata sedari kecil kedua orangtuanya sudah mendidik Angkasa untuk sholat malam jika sedang bermimpi buruk."Ya Allah, tadi mimpi Angkasa serem. Ibu ditabrak mobil, semoga cuma mimpi ya Allah, lindungi ibu dan papa abang dari orang jahat dan marabahaya. Aamiin."Ia menyudahi do
Read more

23. Bogem Mentah dari Iqbal

Parmi terbangun dari tidur lelapnya. Tidur ternyenyak yang tidak pernah ia dapat semenjak ia mendapat status sebagai istri. Namun sungguh sayang, tidur nyenyaknya ada di sebuah rumah sakit mahal. Parmi memandang sekeliling kamar perawatannya, ada sofa besar bewarna marun, ada TV, ada kulkas kecil bahkan ada lemari cukup besar. Parmi mengernyitkan keningnya. "Ini hotel apa rumah sakit ya?" gumamnya masih sambil menatap sekeliling kamar. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya ia sendiri dalam kesepian. Eh, tunggu...siapa yang membayar biaya rumah sakit ini nanti. Parmi mencoba duduk dengan perlahan, meskipun tubuhnya masih lemas namun ia terus mencoba dan akhirnya bisa duduk dengan bersandar pada kepala ranjang."Eh, kamu sudah sadar, Parmi," sapa seorang wanita paruh baya yang saat ini tersenyum manis pada Parmi. "Nyonya siapa?" tanya Parmi keheranan, matanya masih memperhatikan wanita paruh baya cantik di depannya."Saya Miranti, istri Dokter Al
Read more

24. Kemalingan

Saya ingatkan kembali. Bagi yang ingin lebih paham alur cerita ini dan menikmatinya, silahkan baca terlebih dahulu karya saya yang berjudul "Brondong Standar Lima Setengah"Nitizen Anton mana suaranya?????šŸ˜‚šŸ˜‚Selamat membaca.Matahari semakin tinggi, semua penghuni rumah sudah melangkahkan kedua kaki mereka ke tempat yang memang setiap hari harus mereka datangi, guna mengais rezeki. Hanya tertinggal seorang lelaki dewasa yang kini tengah meringkuk di atas ranjangnya. Menahan pusing dan mual. Ia baru saja memuntahkan sarapan bubur yang dibuatkan oleh pembantunya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bubur ayam yang disuguhi untuk keluarga Anton. Hanya saja, pada bagian mangkuk Anton, bibik menambahkan garam yang cukup banyak. Sengaja. Bubur tersebut hanya mampu masuk satu sendok ke dalam mulutnya. Ia memuntahkan beserta teh hangat yang ikut disuguhi bibik. Bibik masuk ke dalam kamar, bermaksud membereskan mangkuk sarapan An
Read more

25. Parmi Melawan Perampok

Lelaki dengan helm hitam serta masker yang menutupi wajahnya itu, menarik paksa Parmi masuk ke dalam rumah. Ia masih membekap mulut Parmi dengan tangannya. Seketika perut Parmi menjadi mual, tangan perampok tersebut sangat bau amis, tepatnya amis ikan asin dicabein pake rokok. Parmi berusaha menahan mualnya serta mencoba mengatur nafasnya agar tidak sesak, akibat dari sekapan mulut yang ia terima. Satu orang lagi, sibuk membuka satu persatu kamar yang ada di dalam rumah dokter Alan."Di mana kamar manjikan kamu?!" Sentak lelaki yang membekap Parmi."Eeemmm ... eeemmmm.""Bicara yang benar, di mana?" Bentaknya lagi."Eeehhhmmm....eeehhmmmmm..." "Eh, bisu ya nih pembantu!" Lelaki tersebut semakin terlihat marah. Temannya yang masih celingak-celinguk memeriksa keadaan di luar, khawatir ada yang datang menoleh kepada temannya yang sedang membekap Parmi."Bego lu, San! Mana bisa ngomong dia, mulutnya lu tutup gitu!
Read more

26. Dikerjai Bibik

Semilir angin menerpa dinginnya pagi di perkampungan. Cicit burung saling sahut dan saling sapa antar penduduk desa menghiasi pagi yang begitu indah. Kepulan awan beriak, menaungi langit yang begitu tampak memesona saat kedua mata kita melihat ke langit. Satu dua wanita beserta para lelaki paruh baya tengah bersiap melangkahkan kakinya menuju sawah, tempat dimana mereka bekerja mencari rezeki. Di sawah mereka bisa berceloteh riang, sekedar membicarakan harga gabah yang selalu naik tapi tidak pernah turun. Menikmati hari di tengah sawah mampu menenangkan hati mereka, apalagi memandang jauh di hamparan padi yang hampir menguning. Tanda panen raya akan segera tiba."Mbak Parti, tadi saya lewat depan rumahnya. Ada tukang pos datang," ucap salah seorang tetangga bu Parti memberi tahu bu Parti."Terima kasih, Bu," sahut bu Parti sambil tersenyum. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya di sawah. Meskipun bukan sawah miliknya, namun Bu Parti sangat senang menjalankan
Read more

27. Ojol jadi-jadian

Kendaraan roda dua yang dinaiki Anton melaju dengan kecepatan tinggi, sesuai dengan perintah Anton. Beberapa kali supir ojek online tersebut mengerem mendadak, sehingga mau tidak mau tubuh Anton berbenturan dengan punggung ojol tersebut."Pelan, Bang!" seru Anton saat ojol kembali mengerem dadakan."Lha, kata Mas, saya disuruh ngebut. Sekarang saya udah ngebut, disuruh pelan, bingung aku tuh, Mas." Masih dengan suara mendayu-dayu.Anton menggertakkan giginya. Sumpah, ia sudah sangat kesal dengan ojol yang kegenitan ini. Namun ia juga harus segera sampai di pasar yang disebutkan bibik tadi. Agar bisa segera menemukan Parmi.Cckiiitt!Ojol itu kembali mengerem mendadak. Namun kali ini, Anton memegang kuat jok belakang motor dan menjauhkan tubuhnya. Sehingga saat mengerem dadakan, tubuhnya tidak harus berbenturan."Takut ya, Mas. Tadikan saya bilang peluk saya, ga papa, Mas. Saya jomblo kok." Dibalik helemnya ojol itu tersenyum malu malu-malu.
Read more

28. Ali menggoda Parmi

Alamat rumah yang diberikan Parmi ternyata tidak terlalu jauh lokasinya dari pasar. Cukup sepuluh menit naik ojek online, Parmi sudah sampai di depan pintu gerbang besar itu. Ia turun dengan cukup kesusahan, karena memegang belanjaan sekaligus dengan perut cukup besar."Hati-hati, Mbak." Lelaki itu mengingatkan Parmi agar turun hati-hati."Iya, ini juga hati-hati. Cerewet!" Parmi mendadak sewot. Membuat ojol tersebut melongo mendengar ucapan ketus Parmi."Sabar, bawaan orok!" Pikir ojol tersebut."Berapa, Mbak? Eh ... salah lagi deh tuh. Berapa, Mas?" Parmi menyeringai, mengeluarkan dompet dari dalam tas selempang kecil miliknya."Lima belas ribu aja, Mbak, soalnya deket kok," sahutnya sambil tersenyum."Sepuluh dong. Saya gak dikasih helm, jadi diskon ya!" "Itu, tadi gebetan saya yang pake helm saya, Mbak." Ojol kembali tersipu malu, mengingat wajah Anton."Apa? Gerekan?" Ojol tersebut menggaruk kepalanya ya
Read more

29. Selingkuhan Anton

Suara deru motor berhenti di depan pagar rumah Anton. Sedu sedan Anton seketika ia hentikan. Ia menyeka air matanya dengan punggung tangan."Assalamualaikum," suara wanita di seberang sana. Kelihatan hanya ujung rambutnya yang menyembul dari atas pagar."Wa'alaykumussalam," sahut bibik dan Bu Rasti bersamaan. Keduanya saling pandang. Bu Rasti meminta bibik untuk melihat siapa tamunya. Sedangkan Anton sudah berjalan masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh bu Rasti. Mungkin minta sumbangan. Bu Rasti bermonolog, membawa kakinya masuk ke dalam kamar."Cari siapa Mbak?" tanya bibik sambil memperhatikan wanita di depannya dari ujung kaki sampai ujung rambut."Betul ini rumah pak guru Anton Yasin?" "Iya betul, Mbak siapa ya?" "Mmm ... saya teman dekat Mas Anton!" Dengan suara pelan mendayu malu dan wajah bersemu merah sambil menunduk, Susi memperkenalkan diri sebagai teman dekat Anton. Tentu saja hal itu membuat mata bibik melot
Read more

30. Ke kampung Parmi

 ****Pagi-pagi sekali, Anton tengah bersiap di kamarnya. Setelah sholat shubuh, ia membuat dua lapis roti dan segelas susu. Setelahnya, ia juga minum multivitamin, agar tubuh, hati dan pikirannya, mampu menghadapi segala kemungkinan yang terjadi setelah ia sampai di kampung Parmi nanti. Alhamdulillah, Iqbal setuju untuk mengantarnya hari ini. Sehingga bisa menambah kekuatan dan semangatnya untuk menghadapi keluarga Parmi, nanti. Anton menyisir rambutnya yang sudah gondrong lalu mengolesi minyak tawon di pangkal hidung, keningnya yang setiap hari tertempel koyo juga ia olesin. Serta tengkuknya yang selalu saja terasa kesemutan.Jangan lupa, bahwa ia masih mengalami mual muntah ya. Sehingga ia juga memasukkan satu pack kantong plastik hitam ke dalam tasnya, sebagai antisipasi jika ia mabuk dan muntah di jalan nanti. Ia juga membawa antimo, tolak angin cair, balsam dan juga minyak kayu putih. (Cem nenek-nenek mau piknik ya,rempongšŸ¤£šŸ¤£šŸ¤£)
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status