Home / Romansa / Babu Jadi Menantu / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Babu Jadi Menantu: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

51. Driver Ojol

****"Iya, tidak apa-apa." "Ayo, sini! Ajarin sulapnya."Anton mendelik kaget.Dengan malu-malu ia berjalan, menuntun tangan Parmi dan membawanya ke atas ranjang. Wajah Parmi juga memerah, sungguh saat ini ia merasa sangat malu."Saya yang bukain aja kancingnya, biar Ibu ga capek," ujar Anton dengan suara bergetar.Parmi hanya mengangguk. Anton melancarkan aksinyaa membuka satu persatu kancing baju daster Parmi. Susah payah ia menelan salivanya. Sungguh pemandangan yang sangat menggoda imannya."Jangan cuma diliatin, Mas. Kapan ngajarinnya?" tegur Parmi dengan wajah menunduk."Eh, iya sayang. Begini caranya." Anton meletakkan telapak tangannya di dada Parmi."Bagaimana? Enakkan?"Parmi tersentak dari tidurnya, suara yang sangat ia hapal membuat ia terbangun. Ia melirik ke arah ranjang  tepat di sebelah Andini. Tampak di sana, suaminya tengah memegang payud*ranya sendiri, lalu memutar-mutar telapak
Read more

52. Driver Ojol Part 2

Pasha ungu duet sama RossaAda yang nunggu Anton buka puasa??****Anton menjadi gelisah dan bete setelah mendengar ucapan Ali. Begitu masuk ruang dosen, masih ada sepuluh menit waktunya kosong. Ia bisa menghabiskan bubur kacang hijau yang ia beli tadi. Sambil menikmati setengah terburu-buru sarapannya, ia teringat teh Parni. Ia berharap kakak iparnya itu bisa membantunya menghadapi Ali.Ia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, lalu menghubungi nomor kakak iparnya."Hallo, assalamu'alaykum, Teh!""Wa'alaykumussalam. Kenapa Ton?""Saya mau minta tolong.""Iya, tolong apa?""Jika nanti Ali ke rumah, jangan biarkan bertemu dengan Parmi ya, Teh!""Oke.""Terimakasih, Teh. Nanti pulang ngojek, eh..pulang ngajar saya bawakan martabak.Anton menutup teleponnya, hampir saja ia keceplosan tentang pekerjaan sambilannya. Ia tidak ingin orang rumah mengetahuinya walapun ibunya sendiri.Langkahnya ringan menu
Read more

53. Berbaikan

Duda keren namanya AntonYang mau belah duren, nyook kita nontonšŸ¤£šŸ¤£(21+)*****Anton terperangah saat istrinya Parmi tiba-tiba datang memeluknya erat. Pelukan yang sudah dari lama ia nantikan, ternyata baru kesampaian saat ia menjadi ojol. "Ibu kenapa?" Tanya Anton sambil berbisik, ia mencoba merengganggkan pelukan Parmi, namun tidak bisa."Hikss..hikkks..." Parmi masih terisak.Anton mengusap air matanya yang jatuh di pipi. Kemudian tangan kokohnya menyambut pelukan hangat sang istri.Keduanya saling berpelukan tanpa memedulikan satu dua orang yang lewat di depan mereka. Jaket Anton sudah basah oleh air mata istrinya."Kok ngojek sih, Mas?" Tanya Parmi di tengah isakannya. Ia memberanikan diri melihat wajah lelah suaminnya."Mas ga ngajar lagi?" tanya Parmi lagi, sungguh ia penasaran."Ngajar, ini pulang ngajar BIMBEL, sekalian ambil penumpang." Jawab Anton sambil tangannya mengusap pipi istrinya yan
Read more

54. Belah Duren

Acara syukuran aqiqah Andrea, Aleta dan Andini berlangsung khidmat. Ada lima puluh peserta pengajian ibu-ibu yang hadir. Termasuk tetangga, teman KUA bu Rasti, karyawan pak Andi, para sanak famili dari keluarga Anton, termasuk Iqbal juga ada disana, bersama dengan kedua orangtuanya. Ada juga beberapa mahasiswa yang datang. Bahkan dokter Alan berserta istri dan anak-anaknya juga hadir disana, membawakan aneka buah tangan.Ali terperangah begitu juga dengan orangtuanya, saat melihat Parmi yang berubah jadi cantik. Bahkan saat bersalaman, mereka hampir tidak mengenali Parmi.Ibu Parmi, Bu Parti sampai tepat semalam, ia sangat senang bisa melihat Parmi, Parni dan ketiga cucu kembarnya yang sangat cantik. Air matanya tidak berhenti mengalir saat menyaksikan prosesi gunting rambut cucunya. Begitu hikmat dan syahdu, diiringi sholawat dan ada hiburan marawis dari ibu-ibu lingkungan setempat.Aneka hidangan tersedia sudah di meja prasmanan, balon-balon cantik dan aneka h
Read more

55. Rahasia Kamar

Rumah keluarga Anton gempar shubuh ini, dikarenakan temuan kotak kado yang berisi bangkai tiga ekor tikus. Entah siapa pengirimnya, yang jelas membuat Parmi dan seisi rumah ketakutan. Parmi bahkan terus-terusan gelisah saat menyusui si kembar. Anton melihat raut ketakutan dari wajah istrinya. Ia mendekati Parmi yang saat ini tengah duduk di ranjang menyusui Aleta."Bu, jangan takut! Mungkin itu kerjaan orang iseng saja." Anton mengusap lembut lengan Parmi."Mana ada orang iseng, ngumpulin tiga bangkai tikus dan dimasukkan ke dalam kotak, dibungkus kertas kado pula? Ini pasti sengaja, Mas. Saya takut!" "Ya Allah, siapa sih yang tega bener begini sama kita ya, Mas. Apa salah kita, Mas?" Parmi menghapus air mata yang turun di pipinya, ia benar-benar ketakutan.Eeekkk...hheekkk...Bayi Aleta merengek, ia pun ikut gelisah seperti ibunya. Tidak lama, Andrea dan Andini pun ikut menangis kejer. Anton dengan sigap menggendong keduanya. Me
Read more

56. Jatuh Cinta

Bu Rasti sedang menggendong Aleta sore ini, sedangkan Andrea dan Andini sudah tertidur pulas setelah mandi sore. Aktifitas yang tidak pernah mau ia lewatkan setiap harinya, adalah menemani cucu kembar tiganya bermain. Bu Rasti akan sangat senang jika bisa menggendong ketiganya bergantian. Cukup kerepotan memang, apalagi semenjak Parni kembali ke desa, otomatis hanya bibik yang bisa membantu Parmi sebisanya. Bu Rasti sudah coba menghubungi biro tenaga kerja ART untuk mendapatkan pengganti Parni, namun hingga sekarang belum ada yang cocok.Rata-rata dari biro jasa ART itu berusia muda, sedangkan Anton tidak menginginkan ART muda yang mengasuh bayinya, Anton menginginkan ART yang seusia bibik, agar lebih awas dan hati-hati dalam mengurus bayi."Mamah, kok melamun?" Parmi datang ke teras sambil membawa air jahe hangat untuk ibu mertuanya."Mamah pusing, Mi. Belum ketemu orang untuk bantuin jaga si Kembar."Parmi meletakkan bokongnya duduk di sebe
Read more

57. Malam Panas Part 2

Parmi keluar dari kamar, sayup-sayup ia mendengar suara ibu mertuanya seperti sedang berbicara di teras. Ia berjalan menghampiri dan melihat ada siapa disana."Eh, Parmi sini, Nak." Bu Rasti menepuk kursi kosong di sampingnya, bermaksud agar Parmi ikut duduk. Parmi menurut, duduk di samping ibu mertuanya.Wanita paruh baya yang sedang duduk di lantai. Memerhatikan gerak gerik Parmi dengan seksama, sambil menyunggingkan senyum tipis."Ini, Mi. Kenalkan ibu Isah namanya, dia sedang mencari pekerjaan. Jadi mama menawarkan untuk menjaga si kembar. Bagaimana kamu mau?" bu Rasti memperkenalkan ibu yang sedang duduk di lantai pada Parmi."Emang Ibu rumahnya di mana?" tanya Parmi dengan ramah."Keluar komplek ini gang sebelah kanan, Non." "Oh deket ya, jadi ilIbu nginep apa pulang pergi kerjanya?""Saya datang pagi, lalu pulang malam. Sehabis magrib.""Bagaimana Parmi, boleh ibu ini membantu?kasian dia sedang butuh pekerjaan." Bu
Read more

58. Menjemput Angkasa

Parmi dan Anton sudah berada di bandara. Menunggu kedatangan penerbangan dari Belanda. Anton dan Parmi sudah tidak sabar melihat Angkasa. Sedari turun dari mobil, Parmi dan Anton selalu bergandengan tangan. Persis pasangan yang sedang dimabuk asmara. Anton juga tidak jengah sesekali mencium kepala Parmi."Jangan dicium terus rambutnya, Mas!" rengek Parmi, merasa cukup jengah dengan tingkah alay suaminya."Kenapa sih, Sayang? Wangi kok rambutnya,"  sahut Anton, sambil memegang rambut panjang Parmi."Ntar kutunya nempel di bibir, baru tahu rasa!" Anton menelan salivanya, cepat ia meraba bibirnya. Merasa kurang puas, ia mengambil ponselnya lalu membuka menu kamera depan. Ia bercermin dari layar ponselnya, memeriksa kembali bibirnya. Apakah ada kutu rambut yang menempel di sana? Tapi sepertinya tidak, bibirnya masih terlihat segar dan sedikit bengkak, efek digigit oleh Parmi.Anton bergidik ngeri bila nengingat semalam, betapa ganas istrinya. Kopi yang i
Read more

59. Berkeringat

Hujan rintik-rintik membasahi tanah pedesaan. Air mulai menggenang di selokan tanah yang berlubang. Harumnya begitu memesona, karena bercampur aroma daun segar yang ikut tersapu air hujan. Parni masih fokus dengan kegiatan merajutnya. Sesekali ia tersenyum malu-malu, sambil melirik ponselnya. Sepertinya ia sedang menunggu pesan dari seseorang.Ting! ting!Parni kaget, bahkan benang rajutnya yang bewarna merah itu, terlempar ke lantai rumah. Bunyi pesan masuk berbunyi, wajah Parni tampak gembira. Dengan cekatan, ia membuka pesan yang masuk.["De Parni sedang apa?ganggu ga kalau saya telpon."]Parni mesem-mesem, wajahnya pun merona bahagia. Apakah ia jatuh cinta?Ragu Parni mengetik balasan pesan dari seseorang itu. Ponsel masih ia genggam dengan tangan sedikit berkeringat. Jujur setelah luka lama yang menganga bertahun-tahun lalu, baru kali ini ia coba membuka hati."Udah sana masuk kamar, kalau mau teleponan!" Bu Parti tersenyum menggoda Parni
Read more

60. Obat Tidur

Hari ini, Parmi dan Bu Rasti membawa Angkasa, juga si kembar pergi bermain ke Taman Margasatwa Ragunan. Bik Isah dan bibik tentu saja diajak. Sedangkan Anton tidak bisa meninggalkan kelas, karena sedang mengawas mahasiswa yang sedang ujian.Angkasa nampak antusias, melihat aneka hewan disana. Bahkan seolah tiada lelah, ia berlarian kesana-kemari agar cepat sampai dari satu kandang ke kandang lainnya. Angkasa sangat senang, saat berada di depan kandang gajah. Ada empat ekor gajah besar disana. Dan satu ekor gajah berukuran lebih kecil. Angkasa mengambil foto hewan-hewan tersebut dengan ponselnya. Ia juga memotret Parmi, nenek dan ketiga adiknya.Foto-foto keseruan disana, Angkasa kirimkan kepada mommy dan juga papanya. Eh iya, kepada daddy Xander, ayah sambungnya juga ia kirimkan fotonya. "Bibik, kenapa?" tanya Angkasa saat tanpa sengaja melihat bik Isah memegang hidung Andrea.Bik Isah yang memang kebagian menggendong Andrea, karena Andrea tidak mau
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status