Home / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Pendekar Pedang Suci: Chapter 51 - Chapter 60

231 Chapters

Bab 51_ Sekte Manusia Dungu

"Ada apa? Mengapa kau marah-marah di pagi buta seperti ini?" tanya seorang penjaga lain yang memasuki tahanan bawah tanah setelah mendengar keributan."Lihatlah! Aku meminta keduanya untuk lekas keluar, tetapi mereka malah diam saling memandang."Penjaga lainnya tertawa terbahak-bahak. Dia menepuk pundak rekannya. "Apa kau tidak tahu, mereka sedang mengagumi kebodohan masing-masing. Sudahlah, ayo pergi sebelum kepala penjaga memulai pidato paginya.""Lalu bagaimana dengan mereka?""Jika ada tahanan bodoh seperti ini, percayalah sampai mulutmu berbusa pun tidak akan ada hasilnya. Setidaknya kau harus mengambil satu tindakan. Biar aku tunjukkan." Penjaga itu menarik baju Xiu Zhangjian dan Li Min. Lantas dia mendorong kedua budak itu kuat-kuat.Seketika itu pula Li Min jatuh tersungkur, tetapi tidak demikian dengan Xiu Zhangjian. Budak itu masih berdiri kokoh dengan mata menatap lekat ke arah penjaga yang tadi mendorongnya.Tampak sang penjaga sampai meringis menunjukkan barisan giginya
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more

Bab 52_ Keindahan Lantai

Kegaduhan para tahanan dan penjaga langsung lenyap ketika Chen Long memasuki aula penjara. Rahangnya mengeras seperti ingin menelan para tahanan di hadapannya. Belum lagi jika memperhatikan matanya yang tajam menelanjangi para tahanan dari kiri ke kanan, dari depan ke belakang.Tentu saja hal itu cukup untuk membuat para tahanan menundukkan kepala. Sangat jelas bahwa lantai bahkan jauh lebih indah ketimbang wajah Chen Long yang mengerikan. Namun, tampak ada seorang tahanan memiliki pendapat berbeda. Ketika tahanan lain sibuk menghindari tatapan elang kepala penjaga demi menenangkan diri dari ketakutan berlebih, Xiu Zhangjian justru tersenyum miring dengan pandangan menempel erat pada Chen Long. Berpikir kalau kepala penjaga tidak bisa tidur semalaman memikirkan dirinya, membuat hati pemuda itu tergelitik.Tidak ingin sang adik terlibat masalah lagi dengan kepala penjaga, Li Min tidak membuang-buang waktu. Tangan kekarnya yang tertutup oleh kain baju lusuh, langsung berpindah ke ubun-
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more

Bab 53_ Dengungan Lebah

Para penjaga dan tahanan tidak bisa menahan diri untuk tetap diam dan tenang. Mereka saling berbisik hingga memunculkan suara mirip dengungan lebah, cukup menganggu meski tak lantang. "Diam!" Satu komando dari Chen Long yang diucapkan sangat keras hingga otot-otot di lehernya mencuat, langsung membuat orang-orang mengatupkan bibir rapat-rapat. Terlebih karena lelaki itu juga mengedarkan pandangan, menyisir seluruh aula dengan mata tajam yang nyaris keluar dari soketnya. "Kau, katakan padaku, siapa penjaga yang terbunuh dan di mana mayatnya ditemukan?" "Ampun Tuan Chen, kali ini yang tewas bukan penjaga, melainkan Tabib Jia. Mayatnya ditemukan menggantung pada pohon gaharu yang berada tak jauh dari balai pengobatan tahanan." "Apa?!" Seperti sebelumnya, kali ini pertanyaan penuh keterkejutan yang disampaikan Chen Long juga diikuti oleh suara dengungan lebah. Hanya saja sekarang lebih lantang dari sebelumnya. Dalam saat-saat menegangkan seperti itu, kepala Li Min secara spontan meno
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more

Bab 54_ Kodrat Chen Long

Seorang lelaki tampak menekan-nekan pelipisnya sendiri dengan ibu jari dan jari tengah. Kedua matanya terpejam selagi kepalanya berpikir keras. Pikiran lelaki itu jelas kusut. Setelah tiga kematian penjaga, siapa menyangka jika sekarang giliran seorang tabib yang tewas. Apa ini artinya, pembunuh misterius itu tidak hanya menyasar penjaga?Tunggu sebentar, berdasarkan keterangan singkat yang lelaki itu dengarkan dari Xiangyu, Tabib Jia tewas tergantung. Kematian tabib itu lebih sesuai jika disebut sebagai kasus bunuh diri ketimbang pembunuhan.Namun, untuk apa Tabib Jia bunuh diri?Benarkah hanya karena kesedihan ditinggal mati Yang Zhi membuat tabib itu hilang akal? Putus asa? Frustrasi?"Tuan Chen, silakan diminum tehnya." Suara lembut seorang perawat bahkan membuat Chen Long berjingkat. Lelaki itu memaksakan diri untuk tersenyum sesaat sebelum menyesap teh hangat di hadapannya.Dengan perlahan Chen Long meletakkan cangkir putih dengan ornamen bunga ke atas meja. Meski tak membantu
last updateLast Updated : 2022-06-26
Read more

Bab 55_ Anak Nakal

"Mohon maaf Tuan Chen, untuk itu ... tidak ada satu pun di antara kami yang tahu. Tadi malam Tabib Jia tidak kunjung tidur. Awalnya kami pun terjaga untuk menemaninya. Tapi, mungkin karena melihat kami sudah sangat mengantuk, Tabib Jia meminta supaya kami tidur terlebih dahulu."Chen Long menggertakkan gigi-giginya. Kedongkolan menggila di batinnya lantaran tidak kunjung berhenti kecewa mendengar penjelasan perawat yang tidak memberikan kejelasan apa pun. "Apa kalian tidur seperti orang mati hingga tidak mendengar Tabib Jia membuka pintu?!"Melihat wajah masam Chen Long semakin kentara, perawat yang tadi berbicara merasa perlu untuk menyelamatkan diri dari amukan yang lebih mengerikan. Jangan sampai kepala kami benar-benar pecah, benaknya, sebelum berkata, "Tu-tuan Chen, sepertinya Tabib Jia sengaja membuat kami tidak sadarkan diri.""Apa?" Tampaknya hari ini kata itu menjadi favorit Chen Long. Entah sudah berapa kali dia menuturkannya."Benar, Tuan Chen. Ketika mayat Tabib Jia ditem
last updateLast Updated : 2022-06-27
Read more

Bab 56_ Balasan Sepadan

Penjaga perempuan menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat rumit ketika menjawab, "Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jika Yang Mulia memang menghendaki seorang tahanan mati, pasti tahanan tersebut akan dibunuh di penjara ini juga. Kau pasti sering mendengar para penjaga menakut-nakuti tahanan, bukan hal baru jika ada tahanan yang dikubur hidup-hidup ataupun disiksa hingga tewas."Xiu Zhangjian bergeming. Dadanya menjadi sesak membayangkan Feng Yin diperlakukan dengan buruk. Siapa yang bisa menjamin diam-diam Feng Yin tidak dibunuh?Ingatan Xiu Zhangjian langsung terseret sangat jauh ke belakang. Setelah kematian sang ayah, kehadiran Feng Yin dalam hidup Xiu Zhangjian menjadi sangat berarti. Lelaki tua berambut perak itu tidak hanya menjadi guru, tetapi juga teman, bahkan tidak jarang bertindak sebagai seorang ayah.Feng Yin-lah orang pertama yang menggenggam erat tangannya dan Li Min ketika mereka menjadi buronan setelah nekat mencuri potongan kepala Xiu Jian. Dalam setiap setiap si
last updateLast Updated : 2022-06-28
Read more

Bab 57_ Berulah Lagi

Di tempat pembuatan senjata, tampak kerumunan mengelilingi seorang tahanan perempuan yang bertarung dengan penjaga laki-laki. Sebagai sebuah hiburan langka, tentu saja hal itu langsung menyita perhatian para tahanan yang bekerja membuat senjata. Mereka memberanikan diri untuk menghadapi segala risiko demi tidak melewatkan pertunjukan menarik tersebut."Siapa yang bertengkar?" tanya seorang penjaga usai berlari tergopoh-gopoh menghampiri seorang tahanan yang berada di paling belakang kerumunan.Dengan wajah pucat tahanan itu menggeleng. "Tidak bertengkar Tuan, tetapi bertarung.""Apa?!""Benar, Nona Chen bertarung melawan seorang penjaga laki-laki."Terang saja informasi singkat yang diperoleh dari salah seorang tahanan itu membuat sang penjaga menelan ludah. Mendadak kedua kakinya pun seolah dipaku dalam-dalam ke dalam tanah. Dia ragu-ragu untuk melangkah, baik maju ke tengah kerumunan ataupun mundur meninggalkan kerumunan.Kalau aku maju, bisa-bisa aku akan menjadi sasaran Nona Chen
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

Bab 58_ Ketakutan Xiu Zhangjian

Sang penjaga yang sejak tadi menguntit di belakang Chen Long hampir-hampir menabrak kepala penjaga itu karena menghentikan langkahnya secara mendadak. Untung saja! Desisnya dalam hati ketika berhasil menahan diri dengan kaki. "Minggir!" Chen Long menyapu tubuh bawahnya ke samping kanan hingga terhuyung demi melihat siapakah gerangan yang berani memanggilnya seperti memanggil seorang pelayan. Anehnya, saat pertama kali mata Chen Long melihat orang yang berjalan cepat menghampirinya, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat, terlihat sangat rumit hingga membuat punggungnya seperti bergerak sendiri untuk membungkuk penuh hormat. "Salam pada Tuan Xu." Rupa-rupanya, orang yang memanggil Chen Long tadi adalah asisten menteri peradilan, Xu Jinping. Tak kalah dari Chen Long, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan aura membunuh yang pekat. Saat dia telah berdiri di depan Chen Long, hal pertama yang dia lakukan adalah ... Plak!! "Tu-tuan Xu ...." Chen Long hanya bisa menelan rasa sakit sekali
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

Bab 59_ Hutan Bambu

Sepasang mata mengendap-endap di atap sebelum melompat turun melewati tembok pembatas. Tampaknya sosok itu memiliki kemampuan meringankan tubuh hingga saat kedua kakinya berpijak pada tanah tidak mengeluarkan suara.Sosok berpakaian serba hitam tersebut terlihat mengembuskan napas berat sebelum beranjak meninggalkan tempat itu. Pergerakannya sangat cepat memakan jarak yang ada.Dia merapal doa dalam diam, 'Semoga Tetua Feng benar-benar ada di sana dan baik-baik saja.' Setibanya sosok itu di hutan bambu, kakinya berhenti secara tiba-tiba. Samar-samar dia mendengar pergerakan yang intens tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia memejamkan mata, memfokuskan diri untuk mempertajam pendengaran. Sesaat kemudian, matanya terbuka lebar. 'Siapa yang bertarung di sini? Aiya, bukan urusanku!'Sosok itu berbalik untuk mencari jalan lain sebab tidak ingin terlibat dalam pertarungan apa pun. Tujuan utamanya adalah menemukan Feng Yin. Itu saja!'Aku tidak punya waktu untuk mengurus hal semacam ini,' b
last updateLast Updated : 2022-07-06
Read more

Bab 60_ Harta atau Nyawa?

"Jika masih ingin melihat temanmu ini hidup, serahkan perhiasan itu sekarang juga!"Dua bandit saling menatap sesaat sebelum kembali menatap rekan mereka yang ada dalam penguasaan lawan. Tampak rekan mereka yang sudah ada di ujung tanduk menggelengkan kepala, memberi tanda supaya perhiasan itu tidak diberikan. Tentu saja dia khawatir, musuh akan berkhianat. Bukankah lebih baik mati dengan imbalan sepadan daripada mati sia-sia tanpa hasil apa pun?"Lepaskan dulu teman kami, maka kami akan memberikan ini padamu.""Tidak! Bunuh saja sampah itu sekarang. Kita bisa merebut perhiasan itu nanti," sahut seseorang yang tadi memprovokasi, lagi-lagi membuat rekannya mengangguk setuju.Tentu saja hal itu membuat lawan semakin terpojok. Tanpa ragu, bandit perempuan yang tadi berteriak mencegah agar rekannya tidak ditusuk tombak langsung melemparkan buntelan merah ke tanah. Seberharga apa pun perhiasan curian itu, tetap diberikan juga demi menebus nyawa rekannya. "Ambil ini dan lepaskan dia!" Taw
last updateLast Updated : 2022-07-08
Read more
PREV
1
...
45678
...
24
DMCA.com Protection Status