Home / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Pendekar Pedang Suci: Chapter 41 - Chapter 50

231 Chapters

Bab 41_ Menyapa Maut

Di bawah remang bulan, ada sesosok misterius berdiri di depan pintu. Sosok tersebut mencoba menyamarkan diri dengan pakaian serba hitam. Tampak pula sebuah pedang terhunus di samping pinggangnya.Budak itu mungkin memang licik akalnya, tapi tentu tidak dengan kemampuan bertarungnya. Lihat saja, aku akan memenggal kepalanya. Dia pikir, dia siapa? Berani-beraninya meracuni Jia Li!Tepat sekali. Sosok yang mengoceh dalam diam itu memang Yang Zhi. Kini dengan kunci yang diberikan Tabib Jia, dia hendak membuka pintu utama balai pengobatan."Tidak perlu merepotkan diri."Sudah barang tentu sebuah suara yang mendadak terdengar itu membuat jantung Yang Zhi lepas sesaat. Dia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu meski kunci telah dimasukkan. Matanya kini menatap tajam pada sosok yang berpakaian sama persis dengannya."Siapa kau?!" Yang Zhi meningkatkan kewaspadaan. Tangannya mengenggam erat gagang pedang.Lelaki misterius berjalan pelan saja menghampiri Yang Zhi. Tidak tampak ketakutan dari
last updateLast Updated : 2022-06-15
Read more

Bab 42_ Akhirnya Datang Juga

Mengapa Yang Zhi tidak kunjung menemuiku? Apa dia tidak jadi ke mari?! Dia tidak jadi membunuh budak itu?! Tidak, tidak, Yang Zhi sudah berjanji padaku. Dia pasti akan datang! Tapi ... kenapa begitu lama?Tabib Jia duduk lagi setelah sebelumnya berjalan mondar-mandir di kamar. Dia mengigit bibirnya sendiri akibat cemas yang sudah memenuhi batin.Selama Xiu Zhangjian masih hidup, Tabib Jia tidak akan pernah bisa tenang. Jangankan tidur nyenyak di malam hari, merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur saja tidak.Bagaimana mungkin dia bisa bersantai di bawah atap yang sama dengan orang yang nyaris membunuhnya? Bahkan meski Xiu Zhangjian tidur seperti orang mati, Tabib Jia tidak akan bisa untuk sekadar memejamkan matanya."Apa sebaiknya aku melihat ke depan saja? Mungkin saja Yang Zhi sudah melumpuhkan budak sialan itu. Ya, sebaiknya aku lihat saja!"Tabib Jia berdiri dengan asa seadanya. Akan tetapi, belum sampai perempuan itu melangkah, sebuah keganjilan terlintas di kepalanya.Tidak. Ji
last updateLast Updated : 2022-06-16
Read more

Bab 43_ Hadiah untuk Tabib Jia

Tabib Jia menelan ludah. Jelas-jelas telinganya mendengar suara ketukan pintu, tetapi setelah pintu dibuka, tidak ada satu pun orang di depan kamarnya.Tabib Jia memberanikan diri untuk melangkah ke depan satu kali, berdiri di ambang pintu untuk menengok keluar. Namun, pandangan langsung beralih ke bawah setelah merasakan kakinya menabrak sesuatu.Apa ini?Tabib Jia menatap lekat buntelan kain hitam yang ada di depan pintu kamarnya. Lagi-lagi kengerian membuatnya menelan ludah.Perempuan itu kembali menengok keluar, melihat ke kanan dan kiri, kalau-kalau tampak bayangan seseorang yang mungkin meninggalkan buntelan hitam itu. Namun, tetap tak ada.Tabib Jia membungkuk dan menyipitkan mata demi melihat secarik kertas kecil yang ada di atas buntelan tersebut. Dengan ragu-ragu dia memungutnya."Hadiah dariku untukmu?" Dahi Tabib Jia berkerut ketika membaca karakter yang tertulis pada kertas. Perlahan kerutan di keningnya memudar dan seulas senyum tipis terkembang.Mungkinkah ini dari Yang
last updateLast Updated : 2022-06-16
Read more

Bab 44_ Kesialan Seorang Penjaga

"Mengerikan! Bulu kudukku langsung berdiri saat pintu terbuka. Aku melihat kepala Yang Zhi di atas tempat tidur, di atas kain hitam. Kondisinya ...." Seorang penjaga menggelengkan kepala seolah tak sanggup untuk melanjutkan ceritanya.Terang saja hal itu membuat para penjaga lainnya yang telah duduk bergeming mendengarkan ceritanya turut begidik ngeri. Namun semua sudah kepalang tanggung, mereka telah mendengar bagian dari cerita itu dan sudah sangat ingin mendengarkan kelanjutannya hingga tuntas. Oleh sebab itu, mereka pun mendesak dengan kompak. "Bagaimana kondisinya?""Bayangkan, mata Yang Zhi berwarna merah, menyembul seperti mau keluar. Selain itu, mulutnya juga terbuka seperti sedang mengeluarkan suara yang sangat kesakitan sebelum tewas. Belum lagi kalau kalian mencium bau anyir darah dari lehernya yang terbebas itu. Sungguh .... Jika Tabib Jia yang biasa menangani orang sekarat karena terluka saja sampai tak sadarkan diri, jelas sudah seberapa mengenaskan mayat Yang Zhi."Heni
last updateLast Updated : 2022-06-19
Read more

Bab 45_ Petunjuk Baru

Mata Tabib Jia membesar. Dia sadar benar bahwa ucapan lelaki sialan di depannya adalah benar. Jika Yang Zhi terbunuh, bukan tidak mungkin jika dirinya pun bisa terbunuh. "Tuan Chen, ampuni aku karena sudah bersikap bodoh. Ketika itu, ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku kira itu perawat yang mungkin ingin memberitahukan ada keadaan darurat dari pasien di balai ini." Tabib Jia sedikit berbohong. Meski batinnya sangat terguncang, akalnya masih waras. Tidak mungkin dia mengaku kalau saat itu dia berpikir Yang Zhi-lah yang mengetuk pintu. "Tapi saat pintu kubuka, ada sebuah buntelan kain hitam di atas lantai. Sumpah demi apa pun saat itu aku tidak melihat siapa pun, Tuan. Lalu aku pun mengambil buntelan itu dan membawanya masuk. Saat kubuka, ternyata isinya adalah ...." Tabib Jia tidak mampu melanjutkan kalimatnya karena memang isi buntelan itu terlalu pedih untuk dikalimatkan. Hanya air mata yang lagi-lagi jatuh begitu saja. "Lalu?" Alis Chen Long kembali bertaut seperti hendak men
last updateLast Updated : 2022-06-19
Read more

Bab 46_ Berterima Kasih pada Pembunuh

Mata Xiu Zhangjian tampak membesar melihat Chen Yufei berjalan mendekat. Wajahnya langsung memerah seketika diikuti detak jantung yang mendadak kencang. Bagaimana mungkin dia lupa pada perempuan yang mengambil ciuman pertamanya? Satu hal yang menjadi tanda tanya besar di kepala Xiu Zhangjian adalah mengapa dia tidak muntah? Jelas-jelas kelakuan keponakan kepala penjaga itu sudah melampaui batasan yang terjaga konsisten selama ini. Lalu, mengapa rasa entah yang dia rasakan tidak tergolong sebagai sesuatu yang memicu datangnya mual? Sebuah napas kabur dari mulut Xiu Zhangjian teringat bagaimana dirinya muntah-muntah karena Li Yingying. "Jangan, jangan, tidak perlu duduk. Rebahkan saja tubuhmu Kakak Jian." Chen Yufei memegang kedua lengan Xiu Zhangjian, lalu membimbingnya untuk kembali berbaring. Sial! Detik itu angin lembut terasa seperti membelai wajah Xiu Zhangjian. Terlebih ketika matanya bertemu dengan mata indah Chen Yufei, rasanya seperti ada yang berdenyut dalam hatinya. "
last updateLast Updated : 2022-06-20
Read more

Bab 47_ Sambutan Manis

Xiu Zhangjian menatap lelaki kekar yang sedang memanggul batu besar di pundaknya. Dia tersenyum miring, tak mengira jika dirinya akan merindukan lelaki yang membuat hidupnya banyak diisi dengan omelan dan pukulan-pukulan kecil itu. Padahal baru beberapa hari tidak bertemu. Lagipula, mereka tetap berada di tempat yang sama dengan status yang sama pula, di penjara Quzhou, tetap sebagai budak. Sepertinya aku memang sedikit berlebihan."Kak Li Min!"Li Min meletakkan batu dari pundaknya sebelum menoleh pada suara yang begitu familier. "Bocah itu ...." desisnya sambil mengepalkan tangan. Namun, wajah yang biasanya dingin itu terlihat sedikit menyunggingkan senyum. Bukankah itu mencurigakan?Xiu Zhangjian pun berjalan cepat menghampiri Li Min. Sungguh, dia berusaha keras untuk tidak berlari. Pikirnya, akan terlihat aneh jika seseorang yang baru keluar dari balai pengobatan sudah berlari-lari. Padahal, detik ini juga Xiu Zhangjian sudah sangat ingin memeluk kakak angkatnya itu.Pemuda itu j
last updateLast Updated : 2022-06-21
Read more

Bab 48_ Lilin Penenang Jiwa

Di sebuah kamar tampak beberapa orang tertidur pulas, menikmati ujung malam di bawah dekapan selimut. Namun, terlihat siluet seseorang sedang duduk dengan kedua tangan memeluk kedua kakinya. Melihat bagaimana orang tersebut mendekap erat kedua kakinya seolah hendak dicuri orang, kentara sekali dia sedang ketakutan.Sejak peristiwa penerimaan hadiah mengerikan dari seorang misterius terjadi, Tabib Jia menjadi sangat benci pada malam, gelap, dan sejenisnya. Sungguh, meskipun sekarang dia berada di kamar yang berbeda dan ditemani oleh beberapa perawat, tetap saja potongan kepala Yang Zhi yang seperti memelototinya itu masih tergambar begitu nyata di kepalanya. Tidak peduli matanya terbuka atau terpejam."Tidak bisa, aku tidak boleh seperti ini terus. Aku harus tidur dengan cara apa pun! Aku masih ingin hidup sebagai seorang yang waras!" desisnya menolak kenangan kelam itu.Tabib Jia turun dari atas tempat tidur. Dia berjalan cepat menghampiri sebuah meja yang berada di dekat lemari. Den
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Bab 49_ Kebaikan Xiu Zhangjian

!!!Tabib Jia berteriak sekencang-kencangnya. Naas, teriakannya itu hanya bisa didengar oleh telinganya sendiri.Maka, kini Tabib Jia hanya mampu memejamkan mata dan menoleh ke kiri agar tidak melukai penglihatannya lagi. Sudah cukup pemandangan mengerikan kemarin yang menyiksanya sepanjang siang dan malam.Mengingat hal itu pula, kini Tabib Jia membuka kembali matanya. Sungguh sial dirinya karena bayangan kepala Yang Zhi kian nyata ketika matanya tertutup.Namun, kesialan memang benar-benar tidak mau pergi dari Tabib Jia. Belum cukup keterkejutan dan ketakutannya atas apa yang terjadi, Xiu Zhangjian mendadak ada di depannya ketika matanya baru saja dibuka kembali. Oleh sebab itu, lagi-lagi perempuan itu menjerit keras-keras, masih tanpa suara. Sungguh contoh nyata dari penggunaan kata 'menyedihkan'."Ada apa Tabib Jia? Sepertinya kau tidak senang dengan keberadaanku?" Xiu Zhangjian mencebik. "Wajar. Sejak awal kau memang tidak suka padaku. Tapi Yang Zhi? Bukankah kau mencintainya?"T
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

Bab 50_ Li Min Selalu Benar

"Bagaimana?" Xiu Zhangjian menggelengkan kepala sebelum merebahkan tubuhnya ke tanah. "Aku sudah mencoba mencari tahu di mana Tetua Feng, tapi ... aku seperti mencari harta karun tanpa peta, tanpa petunjuk. Sangat melelahkan!" jawabnya dengan mata terpejam. Melihat tingkah sang adik yang berlagak seperti orang paling lelah sedunia atas pekerjaan yang bahkan tidak ada hasilnya, jari-jari Li Min mendadak gatal. Dia menarik salah satu ujung bibirnya sebelum mengangkat tangan kanannya. !! "Argh ...! Kak Li Min! Kakak memukulku lagi?!" Xiu Zhangjian langsung duduk kembali sambil mengusap-usap dahinya. "Sejak kapan kau kehilangan kesopanan? Aku hampir mati menunggumu, tapi kau datang dan tidur begitu saja! Jika kau keberatan, aku bisa pergi." Li Min merebahkan tubuhnya dan menggunakan kedua tangannya sebagai bantal. "Sangat menyebalkan karena harus ada yang tinggal di antara kita," imbuh Li Min dengan suara sangat rendah. Pikirnya, tentu akan lebih efektif jika dia dan Xiu Zhangjian
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more
PREV
1
...
34567
...
24
DMCA.com Protection Status