Tabib Jia menelan ludah. Jelas-jelas telinganya mendengar suara ketukan pintu, tetapi setelah pintu dibuka, tidak ada satu pun orang di depan kamarnya.Tabib Jia memberanikan diri untuk melangkah ke depan satu kali, berdiri di ambang pintu untuk menengok keluar. Namun, pandangan langsung beralih ke bawah setelah merasakan kakinya menabrak sesuatu.Apa ini?Tabib Jia menatap lekat buntelan kain hitam yang ada di depan pintu kamarnya. Lagi-lagi kengerian membuatnya menelan ludah.Perempuan itu kembali menengok keluar, melihat ke kanan dan kiri, kalau-kalau tampak bayangan seseorang yang mungkin meninggalkan buntelan hitam itu. Namun, tetap tak ada.Tabib Jia membungkuk dan menyipitkan mata demi melihat secarik kertas kecil yang ada di atas buntelan tersebut. Dengan ragu-ragu dia memungutnya."Hadiah dariku untukmu?" Dahi Tabib Jia berkerut ketika membaca karakter yang tertulis pada kertas. Perlahan kerutan di keningnya memudar dan seulas senyum tipis terkembang.Mungkinkah ini dari Yang
"Mengerikan! Bulu kudukku langsung berdiri saat pintu terbuka. Aku melihat kepala Yang Zhi di atas tempat tidur, di atas kain hitam. Kondisinya ...." Seorang penjaga menggelengkan kepala seolah tak sanggup untuk melanjutkan ceritanya.Terang saja hal itu membuat para penjaga lainnya yang telah duduk bergeming mendengarkan ceritanya turut begidik ngeri. Namun semua sudah kepalang tanggung, mereka telah mendengar bagian dari cerita itu dan sudah sangat ingin mendengarkan kelanjutannya hingga tuntas. Oleh sebab itu, mereka pun mendesak dengan kompak. "Bagaimana kondisinya?""Bayangkan, mata Yang Zhi berwarna merah, menyembul seperti mau keluar. Selain itu, mulutnya juga terbuka seperti sedang mengeluarkan suara yang sangat kesakitan sebelum tewas. Belum lagi kalau kalian mencium bau anyir darah dari lehernya yang terbebas itu. Sungguh .... Jika Tabib Jia yang biasa menangani orang sekarat karena terluka saja sampai tak sadarkan diri, jelas sudah seberapa mengenaskan mayat Yang Zhi."Heni
Mata Tabib Jia membesar. Dia sadar benar bahwa ucapan lelaki sialan di depannya adalah benar. Jika Yang Zhi terbunuh, bukan tidak mungkin jika dirinya pun bisa terbunuh. "Tuan Chen, ampuni aku karena sudah bersikap bodoh. Ketika itu, ada yang mengetuk pintu kamarku. Aku kira itu perawat yang mungkin ingin memberitahukan ada keadaan darurat dari pasien di balai ini." Tabib Jia sedikit berbohong. Meski batinnya sangat terguncang, akalnya masih waras. Tidak mungkin dia mengaku kalau saat itu dia berpikir Yang Zhi-lah yang mengetuk pintu. "Tapi saat pintu kubuka, ada sebuah buntelan kain hitam di atas lantai. Sumpah demi apa pun saat itu aku tidak melihat siapa pun, Tuan. Lalu aku pun mengambil buntelan itu dan membawanya masuk. Saat kubuka, ternyata isinya adalah ...." Tabib Jia tidak mampu melanjutkan kalimatnya karena memang isi buntelan itu terlalu pedih untuk dikalimatkan. Hanya air mata yang lagi-lagi jatuh begitu saja. "Lalu?" Alis Chen Long kembali bertaut seperti hendak men
Mata Xiu Zhangjian tampak membesar melihat Chen Yufei berjalan mendekat. Wajahnya langsung memerah seketika diikuti detak jantung yang mendadak kencang. Bagaimana mungkin dia lupa pada perempuan yang mengambil ciuman pertamanya? Satu hal yang menjadi tanda tanya besar di kepala Xiu Zhangjian adalah mengapa dia tidak muntah? Jelas-jelas kelakuan keponakan kepala penjaga itu sudah melampaui batasan yang terjaga konsisten selama ini. Lalu, mengapa rasa entah yang dia rasakan tidak tergolong sebagai sesuatu yang memicu datangnya mual? Sebuah napas kabur dari mulut Xiu Zhangjian teringat bagaimana dirinya muntah-muntah karena Li Yingying. "Jangan, jangan, tidak perlu duduk. Rebahkan saja tubuhmu Kakak Jian." Chen Yufei memegang kedua lengan Xiu Zhangjian, lalu membimbingnya untuk kembali berbaring. Sial! Detik itu angin lembut terasa seperti membelai wajah Xiu Zhangjian. Terlebih ketika matanya bertemu dengan mata indah Chen Yufei, rasanya seperti ada yang berdenyut dalam hatinya. "
Xiu Zhangjian menatap lelaki kekar yang sedang memanggul batu besar di pundaknya. Dia tersenyum miring, tak mengira jika dirinya akan merindukan lelaki yang membuat hidupnya banyak diisi dengan omelan dan pukulan-pukulan kecil itu. Padahal baru beberapa hari tidak bertemu. Lagipula, mereka tetap berada di tempat yang sama dengan status yang sama pula, di penjara Quzhou, tetap sebagai budak. Sepertinya aku memang sedikit berlebihan."Kak Li Min!"Li Min meletakkan batu dari pundaknya sebelum menoleh pada suara yang begitu familier. "Bocah itu ...." desisnya sambil mengepalkan tangan. Namun, wajah yang biasanya dingin itu terlihat sedikit menyunggingkan senyum. Bukankah itu mencurigakan?Xiu Zhangjian pun berjalan cepat menghampiri Li Min. Sungguh, dia berusaha keras untuk tidak berlari. Pikirnya, akan terlihat aneh jika seseorang yang baru keluar dari balai pengobatan sudah berlari-lari. Padahal, detik ini juga Xiu Zhangjian sudah sangat ingin memeluk kakak angkatnya itu.Pemuda itu j
Di sebuah kamar tampak beberapa orang tertidur pulas, menikmati ujung malam di bawah dekapan selimut. Namun, terlihat siluet seseorang sedang duduk dengan kedua tangan memeluk kedua kakinya. Melihat bagaimana orang tersebut mendekap erat kedua kakinya seolah hendak dicuri orang, kentara sekali dia sedang ketakutan.Sejak peristiwa penerimaan hadiah mengerikan dari seorang misterius terjadi, Tabib Jia menjadi sangat benci pada malam, gelap, dan sejenisnya. Sungguh, meskipun sekarang dia berada di kamar yang berbeda dan ditemani oleh beberapa perawat, tetap saja potongan kepala Yang Zhi yang seperti memelototinya itu masih tergambar begitu nyata di kepalanya. Tidak peduli matanya terbuka atau terpejam."Tidak bisa, aku tidak boleh seperti ini terus. Aku harus tidur dengan cara apa pun! Aku masih ingin hidup sebagai seorang yang waras!" desisnya menolak kenangan kelam itu.Tabib Jia turun dari atas tempat tidur. Dia berjalan cepat menghampiri sebuah meja yang berada di dekat lemari. Den
!!!Tabib Jia berteriak sekencang-kencangnya. Naas, teriakannya itu hanya bisa didengar oleh telinganya sendiri.Maka, kini Tabib Jia hanya mampu memejamkan mata dan menoleh ke kiri agar tidak melukai penglihatannya lagi. Sudah cukup pemandangan mengerikan kemarin yang menyiksanya sepanjang siang dan malam.Mengingat hal itu pula, kini Tabib Jia membuka kembali matanya. Sungguh sial dirinya karena bayangan kepala Yang Zhi kian nyata ketika matanya tertutup.Namun, kesialan memang benar-benar tidak mau pergi dari Tabib Jia. Belum cukup keterkejutan dan ketakutannya atas apa yang terjadi, Xiu Zhangjian mendadak ada di depannya ketika matanya baru saja dibuka kembali. Oleh sebab itu, lagi-lagi perempuan itu menjerit keras-keras, masih tanpa suara. Sungguh contoh nyata dari penggunaan kata 'menyedihkan'."Ada apa Tabib Jia? Sepertinya kau tidak senang dengan keberadaanku?" Xiu Zhangjian mencebik. "Wajar. Sejak awal kau memang tidak suka padaku. Tapi Yang Zhi? Bukankah kau mencintainya?"T
"Bagaimana?" Xiu Zhangjian menggelengkan kepala sebelum merebahkan tubuhnya ke tanah. "Aku sudah mencoba mencari tahu di mana Tetua Feng, tapi ... aku seperti mencari harta karun tanpa peta, tanpa petunjuk. Sangat melelahkan!" jawabnya dengan mata terpejam. Melihat tingkah sang adik yang berlagak seperti orang paling lelah sedunia atas pekerjaan yang bahkan tidak ada hasilnya, jari-jari Li Min mendadak gatal. Dia menarik salah satu ujung bibirnya sebelum mengangkat tangan kanannya. !! "Argh ...! Kak Li Min! Kakak memukulku lagi?!" Xiu Zhangjian langsung duduk kembali sambil mengusap-usap dahinya. "Sejak kapan kau kehilangan kesopanan? Aku hampir mati menunggumu, tapi kau datang dan tidur begitu saja! Jika kau keberatan, aku bisa pergi." Li Min merebahkan tubuhnya dan menggunakan kedua tangannya sebagai bantal. "Sangat menyebalkan karena harus ada yang tinggal di antara kita," imbuh Li Min dengan suara sangat rendah. Pikirnya, tentu akan lebih efektif jika dia dan Xiu Zhangjian
Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe
Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m
Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-
Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya
Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S
"Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k
Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung
Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d
Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b