Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Bab 53_ Dengungan Lebah

Share

Bab 53_ Dengungan Lebah

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-25 20:03:17
Para penjaga dan tahanan tidak bisa menahan diri untuk tetap diam dan tenang. Mereka saling berbisik hingga memunculkan suara mirip dengungan lebah, cukup menganggu meski tak lantang.

"Diam!" Satu komando dari Chen Long yang diucapkan sangat keras hingga otot-otot di lehernya mencuat, langsung membuat orang-orang mengatupkan bibir rapat-rapat. Terlebih karena lelaki itu juga mengedarkan pandangan, menyisir seluruh aula dengan mata tajam yang nyaris keluar dari soketnya.

"Kau, katakan padaku, siapa penjaga yang terbunuh dan di mana mayatnya ditemukan?"

"Ampun Tuan Chen, kali ini yang tewas bukan penjaga, melainkan Tabib Jia. Mayatnya ditemukan menggantung pada pohon gaharu yang berada tak jauh dari balai pengobatan tahanan."

"Apa?!"

Seperti sebelumnya, kali ini pertanyaan penuh keterkejutan yang disampaikan Chen Long juga diikuti oleh suara dengungan lebah. Hanya saja sekarang lebih lantang dari sebelumnya.

Dalam saat-saat menegangkan seperti itu, kepala Li Min secara spontan meno
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 54_ Kodrat Chen Long

    Seorang lelaki tampak menekan-nekan pelipisnya sendiri dengan ibu jari dan jari tengah. Kedua matanya terpejam selagi kepalanya berpikir keras. Pikiran lelaki itu jelas kusut. Setelah tiga kematian penjaga, siapa menyangka jika sekarang giliran seorang tabib yang tewas. Apa ini artinya, pembunuh misterius itu tidak hanya menyasar penjaga?Tunggu sebentar, berdasarkan keterangan singkat yang lelaki itu dengarkan dari Xiangyu, Tabib Jia tewas tergantung. Kematian tabib itu lebih sesuai jika disebut sebagai kasus bunuh diri ketimbang pembunuhan.Namun, untuk apa Tabib Jia bunuh diri?Benarkah hanya karena kesedihan ditinggal mati Yang Zhi membuat tabib itu hilang akal? Putus asa? Frustrasi?"Tuan Chen, silakan diminum tehnya." Suara lembut seorang perawat bahkan membuat Chen Long berjingkat. Lelaki itu memaksakan diri untuk tersenyum sesaat sebelum menyesap teh hangat di hadapannya.Dengan perlahan Chen Long meletakkan cangkir putih dengan ornamen bunga ke atas meja. Meski tak membantu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 55_ Anak Nakal

    "Mohon maaf Tuan Chen, untuk itu ... tidak ada satu pun di antara kami yang tahu. Tadi malam Tabib Jia tidak kunjung tidur. Awalnya kami pun terjaga untuk menemaninya. Tapi, mungkin karena melihat kami sudah sangat mengantuk, Tabib Jia meminta supaya kami tidur terlebih dahulu."Chen Long menggertakkan gigi-giginya. Kedongkolan menggila di batinnya lantaran tidak kunjung berhenti kecewa mendengar penjelasan perawat yang tidak memberikan kejelasan apa pun. "Apa kalian tidur seperti orang mati hingga tidak mendengar Tabib Jia membuka pintu?!"Melihat wajah masam Chen Long semakin kentara, perawat yang tadi berbicara merasa perlu untuk menyelamatkan diri dari amukan yang lebih mengerikan. Jangan sampai kepala kami benar-benar pecah, benaknya, sebelum berkata, "Tu-tuan Chen, sepertinya Tabib Jia sengaja membuat kami tidak sadarkan diri.""Apa?" Tampaknya hari ini kata itu menjadi favorit Chen Long. Entah sudah berapa kali dia menuturkannya."Benar, Tuan Chen. Ketika mayat Tabib Jia ditem

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 56_ Balasan Sepadan

    Penjaga perempuan menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat rumit ketika menjawab, "Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Jika Yang Mulia memang menghendaki seorang tahanan mati, pasti tahanan tersebut akan dibunuh di penjara ini juga. Kau pasti sering mendengar para penjaga menakut-nakuti tahanan, bukan hal baru jika ada tahanan yang dikubur hidup-hidup ataupun disiksa hingga tewas."Xiu Zhangjian bergeming. Dadanya menjadi sesak membayangkan Feng Yin diperlakukan dengan buruk. Siapa yang bisa menjamin diam-diam Feng Yin tidak dibunuh?Ingatan Xiu Zhangjian langsung terseret sangat jauh ke belakang. Setelah kematian sang ayah, kehadiran Feng Yin dalam hidup Xiu Zhangjian menjadi sangat berarti. Lelaki tua berambut perak itu tidak hanya menjadi guru, tetapi juga teman, bahkan tidak jarang bertindak sebagai seorang ayah.Feng Yin-lah orang pertama yang menggenggam erat tangannya dan Li Min ketika mereka menjadi buronan setelah nekat mencuri potongan kepala Xiu Jian. Dalam setiap setiap si

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-28
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 57_ Berulah Lagi

    Di tempat pembuatan senjata, tampak kerumunan mengelilingi seorang tahanan perempuan yang bertarung dengan penjaga laki-laki. Sebagai sebuah hiburan langka, tentu saja hal itu langsung menyita perhatian para tahanan yang bekerja membuat senjata. Mereka memberanikan diri untuk menghadapi segala risiko demi tidak melewatkan pertunjukan menarik tersebut."Siapa yang bertengkar?" tanya seorang penjaga usai berlari tergopoh-gopoh menghampiri seorang tahanan yang berada di paling belakang kerumunan.Dengan wajah pucat tahanan itu menggeleng. "Tidak bertengkar Tuan, tetapi bertarung.""Apa?!""Benar, Nona Chen bertarung melawan seorang penjaga laki-laki."Terang saja informasi singkat yang diperoleh dari salah seorang tahanan itu membuat sang penjaga menelan ludah. Mendadak kedua kakinya pun seolah dipaku dalam-dalam ke dalam tanah. Dia ragu-ragu untuk melangkah, baik maju ke tengah kerumunan ataupun mundur meninggalkan kerumunan.Kalau aku maju, bisa-bisa aku akan menjadi sasaran Nona Chen

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 58_ Ketakutan Xiu Zhangjian

    Sang penjaga yang sejak tadi menguntit di belakang Chen Long hampir-hampir menabrak kepala penjaga itu karena menghentikan langkahnya secara mendadak. Untung saja! Desisnya dalam hati ketika berhasil menahan diri dengan kaki. "Minggir!" Chen Long menyapu tubuh bawahnya ke samping kanan hingga terhuyung demi melihat siapakah gerangan yang berani memanggilnya seperti memanggil seorang pelayan. Anehnya, saat pertama kali mata Chen Long melihat orang yang berjalan cepat menghampirinya, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat, terlihat sangat rumit hingga membuat punggungnya seperti bergerak sendiri untuk membungkuk penuh hormat. "Salam pada Tuan Xu." Rupa-rupanya, orang yang memanggil Chen Long tadi adalah asisten menteri peradilan, Xu Jinping. Tak kalah dari Chen Long, wajah lelaki itu tampak merah padam dengan aura membunuh yang pekat. Saat dia telah berdiri di depan Chen Long, hal pertama yang dia lakukan adalah ... Plak!! "Tu-tuan Xu ...." Chen Long hanya bisa menelan rasa sakit sekali

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 59_ Hutan Bambu

    Sepasang mata mengendap-endap di atap sebelum melompat turun melewati tembok pembatas. Tampaknya sosok itu memiliki kemampuan meringankan tubuh hingga saat kedua kakinya berpijak pada tanah tidak mengeluarkan suara.Sosok berpakaian serba hitam tersebut terlihat mengembuskan napas berat sebelum beranjak meninggalkan tempat itu. Pergerakannya sangat cepat memakan jarak yang ada.Dia merapal doa dalam diam, 'Semoga Tetua Feng benar-benar ada di sana dan baik-baik saja.' Setibanya sosok itu di hutan bambu, kakinya berhenti secara tiba-tiba. Samar-samar dia mendengar pergerakan yang intens tak jauh dari tempatnya berdiri. Dia memejamkan mata, memfokuskan diri untuk mempertajam pendengaran. Sesaat kemudian, matanya terbuka lebar. 'Siapa yang bertarung di sini? Aiya, bukan urusanku!'Sosok itu berbalik untuk mencari jalan lain sebab tidak ingin terlibat dalam pertarungan apa pun. Tujuan utamanya adalah menemukan Feng Yin. Itu saja!'Aku tidak punya waktu untuk mengurus hal semacam ini,' b

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 60_ Harta atau Nyawa?

    "Jika masih ingin melihat temanmu ini hidup, serahkan perhiasan itu sekarang juga!"Dua bandit saling menatap sesaat sebelum kembali menatap rekan mereka yang ada dalam penguasaan lawan. Tampak rekan mereka yang sudah ada di ujung tanduk menggelengkan kepala, memberi tanda supaya perhiasan itu tidak diberikan. Tentu saja dia khawatir, musuh akan berkhianat. Bukankah lebih baik mati dengan imbalan sepadan daripada mati sia-sia tanpa hasil apa pun?"Lepaskan dulu teman kami, maka kami akan memberikan ini padamu.""Tidak! Bunuh saja sampah itu sekarang. Kita bisa merebut perhiasan itu nanti," sahut seseorang yang tadi memprovokasi, lagi-lagi membuat rekannya mengangguk setuju.Tentu saja hal itu membuat lawan semakin terpojok. Tanpa ragu, bandit perempuan yang tadi berteriak mencegah agar rekannya tidak ditusuk tombak langsung melemparkan buntelan merah ke tanah. Seberharga apa pun perhiasan curian itu, tetap diberikan juga demi menebus nyawa rekannya. "Ambil ini dan lepaskan dia!" Taw

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 61_ Bertemu Lagi

    Ketiga bandit serempak memejamkan mata saat melihat lelaki misterius tanpa ampun menusukkan pedang ke perut lawan. Meski lawan sebenarnya sudah tidak berdaya, dia tidak ingin membiarkan mereka mendapat kesempatan untuk bertahan hidup. 'Tidak ada tempat sempurna untuk penjahat yang licik kecuali neraka!' Lelaki misterius tersenyum miring menatap tiga bandit bertombak terkapar di tanah tanpa nyawa. Dia pun mengambil buntelan merah dari tangan salah satu mayat. "Menyedihkan, susah payah memeluk erat harta, tetapi mati sebelum menggunakannya!" Ucapan menohok dari lelaki misterius membuat para bandit berpedang menggenggam erat senjata masing-masing. Dua di antaranya maju dan membuat bandit wanita berlindung di belakang mereka. Ketika lelaki misterius balik badan dan berjalan menghampiri mereka, dua bandit tadi menarik pedang untuk dihunuskan padanya. "Jangan mendekat atau kami akan membunuhmu!" gertak seorang bandit dengan suara bergetar. Sejujurnya hal tersebut membuat lelaki misteri

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 231_ Pertaruhan Manis

    Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 230_ Bulan Darah?

    Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 229_ Lentera 

    Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 228_ Kunci Teh Enak

    Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 227_ Salju Hangat

    Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 226_ Menerima Pinangan 

    "Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 225_ Teh atau Arak

    Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 224_ Menengok Boushan 

    Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 223_ Kuil Naga Suci 

    Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b

DMCA.com Protection Status