Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Bab 151 - Bab 160

Semua Bab Pendekar Pedang Suci: Bab 151 - Bab 160

231 Bab

Bab 151_ Janji Seorang Gadis

Feng Yin bergegas menuju ruang pengobatan. Kakinya yang mulai pulih walau tak mungkin lagi untuk tumbuh bisa diajak kerja sama dengan bergerak lebih cepat dari biasanya. Saat dia dan Feng Xinyue sudah dekat rengan ruang pengobatan, dia melihat Lan Yiyan berjalan dengan langkah tergesa. Tangannya membawa sebuah kotak berwarna coklat. Feng Xinyue berniat untuk menghentikan Lang Yiyan dan menanyakan kondisi Xiu Zhangjian. Namun, sebelum hal itu terjadi, Feng Yin menarik tangannya dan menggelengkan kepala. "Tidak perlu."Mereka berdua kembali berjalan hingga sampai di depan ruang pengobatan. Feng Yin mengajak putrinya untuk duduk di kursi yang ada di tempat itu. Melihat wajah cemas ayahnya, Feng Xinyue berusaha menenangkan sang ayah. "Ayah ... jangan khawatir. Kakak Jian pasti baik-baik saja."Feng Yin mengangguk. "Semoga saja benar. Ayah tidak bisa memaafkan diri jika sampai terjadi sesuatu pada Zhangjian. Ayah berjanji di depan papan roh Li Min untuk menjaga Zhangjian sampai Aliansi
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-08
Baca selengkapnya

Bab 152_ Mengunjungi Permaisuri

Sepasang mata elang yang mengintai di dalam pekatnya malam terus menyaksikan bagaimana jalannya rencana yang sudah disiapkan sebelumnya. Jika dilihat dari posturnya, sosok tersebut harusnya seorang pria.Dalam keheningan malam, pria tersebut mencebik karena rencana yang sudah diinformasikan pemimpinnya hancur berantakan.Melihat orang yang sedang dia intai pergi, sosok itu juga ikut pergi, menyatu dengan kegelapan malam menuju sebuah tempat yang tak lain adalah istana Tian Shang.Walau malam sudah terlalu larut untuk seseorang berkunjung, tetapi pria tersebut tetap mendatangi paviliun pribadi tempat Huang Fu beristirahat. Prajurit yang sedang berjaga juga tidak menghentikan langkah sosok tersebut. Begitu sampai, dia meminta pada seorang kasim yang berjaga untuk melaporkan kedatangannya pada Kasim Bao. Kasim tersebut mengangguk dan berjalan dengan langkah yang terkesan lembut untuk ukuran seorang pria.Beberapa saat kemudian, dua sosok muncul yang tak lain adalah Kasim Bao dan kasim y
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

Bab 153_ Dukungan Militer

Permaisuri Xu tersenyum manis ketika mendengar ucapan suaminya. Dengan lembut wanita itu menggandeng lengan Huang Fu dan mengajaknya memasuki ruang pribadi. Dalam ruangan pribadi permaisuri, ada beberapa pelayan yang melayani kebutuhan permaisuri. Karena kedatangan sang Kaisar yang ingin membicarakan masalah penting, Permaisuri Xu meminta orang-orangnya untuk pergi. "Kalian keluarlah."Dengan tubuh yang membungkuk, para pelayan tersebut pergi meninggalkan ruang pribadi permaisuri. Pintu ditutup rapat tak membiarkan orang-orang di luar mendengar pembicaraan mereka berdua. Dengan penuh perhatian Permaisuri Xu melepas jubah kekaisaran yang Huang Fu kenakan dan menggantungnya. "Yang Mulia, urusan apa yang membuat anda datang ke tempat ini tengah malam seperti ini?" tanya Permaisuri Xu. Walau wanita itu tampak lelah, tetapi senyum tak sekali pun memudar dari bibirnya membuat Huang Fu semakin panas. Namun, sebelum urusan negara selesai, Huang Fu tidak berniat mengurus urusan pribadinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

Bab 154_ Keputusan Besar

Malam sebelum pertemuan berlangsung, Xiao He sedang berada di sektenya setelah ikut mengatur strategi penjebakan yang ditujukan pada Xiu Zhangjian. Saat itu, Xiao He berada di ruang pribadinya sebelum seseorang mengetuknya dari luar. Mendengar ketukan tersebut, Xiao He meletakan gulungan yang sedang dia baca dan berjalan menuju pintu ruangannya. Sebelum membuka pintu, Xiao He mengintip melalui celah kecil di pintu tersebut untuk mengetahui siapa yang datang menemuinya di hari yang hampir pagi ini. Ternyata, yang datang adalah anggota sektenya sendiri.Xiao He membuka pintu dan bertanya dengan wajah penasaran. "Ada apa?""Ketua, Yang Mulia Kaisar mengirim perintah agar anda menghadapnya sekarang juga." Xiao He berkerut kening. Jika Huang Fu memanggil mereka di waktu yang seperti ini, seharusnya ada hal penting yang akan dia bicarakan. "Apa ada kabar dari Song Fu?"Pria di hadapan Xiao He menggeleng pelan. "Maaf Ketua, belum ada laporan yang datang dari Ketua Song."Xiao He mengangg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-09
Baca selengkapnya

Bab 155_ Persiapan Perang

Semerbak harum teh melati menguar memenuhi ruangan. Dengan cangkir yang dibuat dari bahan berkualitas tinggi, Huang Fu menikmati tehnya dengan perlahan. Sesekali pria tersebut mendesah pelan selepas menyeruput tehnya yang masih panas. Xiao He dan Xun Qiu kembali dibuat heran karenanya. Pertama, sejak kapan Huang Fu menjadi orang yang melankolis? Kedua, kenapa dia malah memilih teh melati, bukan arak atau teh krisantimum? Ketiga, sejak kapan Huang Fu menjadi orang yang menikmati cita rasa teh yang menurut mereka hambar? Namun, pemikiran-pemikiran itu hanya ada dalam kepala mereka saja. Mereka sama sekali tak ingin merusak waktu tenang ini. Ketika Huang Fu baru saja menyelesaikan cangkir pertamanya, Kasim Bao datang dan mengatakan jika kabinet sudah siap untuk mengadakan pertemuan. Huang Fu mengangguk dan meletakan cangkirnya ke atas meja. "Kita berangkat sekarang." Xun Qiu dan Xiao He mengangguk dan meletakan cangkir mereka. Ketiganya berjalan beriringan menuju aula utama istana T
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-10
Baca selengkapnya

Bab 156_ Berbeda

Pertemuan berjalan dengan lancar. Banyak menteri yang tidak menyangka dengan pergerakan besar yang akan dilakukan oleh Huang Fu. Selama ini, Huang Fu selalu bergerak dengan Aliansi Gongliao tanpa mengikutsertakan pemerintahan saat menundukan suatu wilayah. Selain mengeluarkan lebih sedikit biaya, Huang Fu juga bisa mengurangi jumlah korban yang gugur ketika dia menggerakan Aliansi Gongliao. Selepas pertemuan, Huang Fu menyerahkan segel kekaisaran kepada istrinya. Segel tersebut haruslah ada ketika seseorang menjalankan roda pemerintahan menggantikan kaisar yang sedang bertahta. Permaisuri Xu tidak menyangka jika kepercayaan Huang Fu pada dirinya setinggi ini. Awalnya dia berpikir jika segel tersebut akan dipegang oleh salah satu dari petinggi aliansi. "Terima kasih, Yang Mulia. Hamba akan menjaganya dengan nyawa hamba sendiri."Permaisuri Xu menerima sebuah segel yang terbuat dari giok berwarna kuning. Huang Fu juga memberikan sebuah kotak kayu yang terlihat begitu indah."Ini ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-11
Baca selengkapnya

Bab 157_ Terhalang Pakaian Tipis

Semilir angin di pagi hari menyapu wajah Xiu Zhangjian. Pemuda yang tengah terlelap dalam tidurnya mulai terusik. Perlahan, dia mengerjapkan matanya."Uh ...." Xiu Zhangjian melenguh pelan ketika merasa perutnya sedikit perih. Apakah ini efek karena arak beracun itu? Tak ingin ambil pusing, Xiu Zhangjian berhenti berpikir dan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya."Sudah pagi."Sudut bibir pemuda itu terangkat. Ini adalah kali pertama semenjak beberapa tahun terakhir dirinya istirahat senyenyak itu. "Sepertinya aku terlalu banyak minum obat." Kekeh Xiu Zhangjian ketika menyadari pakaiannya sudah diganti. Jika ini adalah waktu biasa, sebelum orang itu menyentuh tubuhnya, sudah bisa dipastikan dia akan terbangun.Ketika Xiu Zhangjian hendak bangkit, pintu tiba-tiba terbuka. Muncul Mei Shi Lan dari baliknya dengan tangan yang membawa mangkuk kecil."Jangan banyak bergerak!" "Nenek?"Jika sudah ada wanita itu di sini, maka niatannya untuk menyelinap kabur tidak akan terwujud dalam wa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya

Bab 158_ Leher yang Berasap

Tubuh Xin Liang bergetar hebat ketika aura pembunuh menggelegak dari tubuh Huang Fu. Dia yakin, dengan aura pembunuh sepekat ini, sudah terlalu banyak jiwa yang melayang karenanya. Tak mendapat jawaban apa pun dari Xin Liang, Huang Fu mencondongkan tubuhnya hingga jarak antara wajah keduanya hanya tersisa sejengkal saja. Embusan napas Xin Liang yang memburu bisa dia rasakan dengan jelas. "Jawab!"Wajah Huang Fu mulai memerah karena amarah yang memuncak. Xin Liang hanya bisa menelan ludah dengan kasar, tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada dirinya beberapa waktu ke depan. Namun, setakut apa pun dia pada Huang Fu, masih ada garis leluhur Sekte Pedang Kembar di tubuh Xin Liang. Ketika dia sudah memilih, maka walau nyawa melayang dia tidak akan berubah pilihan. Xin Liang memalingkan wajahnya, memandang wajah para tetuanya sejenak, saat itu juga dia seperti mendapat kekuatan baru karena tak ada ketakutan yang terpancar dari wajah orang-orangnya. Mengingat beberapa waktu lalu dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya

Bab 159_ Formasi Pedang Pemenggal 

Dengan menggunakan seluruh tenaganya, Xin Liang berusaha bangkit untuk menyelamatkan anggotanya."Ji-jika aku ha-harus mati hari ini, aku tidak akan me-menyesal!""Jika kau harus mati, maka kau tidak akan mati sendirian!" Seorang tetua yang berlutut tak tahan lagi melihat kekejaman Huang Fu. Dia segera bangkit dan menarik dua pedang pendek yang terselip di pinggangnya. Orang-orang di sekitarnya melakukan hal yang sama. Mereka menarik pedang pendek di pinggang masing-masing dan menyerang Huang Fu bersama-sama.Di sisi lain, Xin Liang juga mengabaikan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Walau tangan kirinya mulai mati rasa dan tak lagi mampu digerakan, walau rasa sakit menyerangnya dengan ganas ketika dia menarik napas, dengan semua yang terjadi di depan matanya barusan, adrenalinnya meningkat hingga di titik ekstrem yang membuat beban di pundaknya terangkat sepenuhnya.Melihat tikus-tikus itu menyerangnya bersamaan, Huang Fu tertawa keras. Tangan kanannya mengeras hingga terdengar suara
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya

Bab 160_ Ketika Pedang Hancur

Awalnya Xun Qiu kesulitan menghadapi Tetua Bai yang mengamuk. Namun, dalam beberapa tarikan napas, wajahnya sudah dihiasi dengan senyum kemenangan seolah telah melihat Tetua Bai menjadi mayat.Boom!Setelah beberapa puluh gerakan berlalu, akhirnya Xun Qiu berhasil mendaratkan sebuah pukulan ke perut Tetua Bai. Tetua Bai mundur beberapa langkah sebelum bertekuk lutut. Rasa sakit yang menyerang tubuhnya membuat kedua kakinya tak mampu berdiri untuk beberapa saat. Jika saja tak ada dua pedang dalam genggamannya, Tetua Bai yakin jika dia tak sekadar berlutut, melainkan tersungkur dengan kondisi yang menyedihkan.Sebuah cairan yang terasa manis mulai memenuhi tenggorokan Tetua Bai seolah didorong dari perut oleh tenaga yang tak terlihat. Lelaki itu berusaha menelannya sebisa mungkin. Namun, seberapa keras pun Tetua Bai berusaha, cairan tersebut seperti tak ada habisnya hingga yang terjadi selanjutnya adalah ..."Urh!"Darah segar yang disertai gumpalan daging menyembur dari mulut Tetua B
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status