Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Bab 160_ Ketika Pedang Hancur

Share

Bab 160_ Ketika Pedang Hancur

Penulis: Khoirul N.
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-12 15:23:44

Awalnya Xun Qiu kesulitan menghadapi Tetua Bai yang mengamuk. Namun, dalam beberapa tarikan napas, wajahnya sudah dihiasi dengan senyum kemenangan seolah telah melihat Tetua Bai menjadi mayat.

Boom!

Setelah beberapa puluh gerakan berlalu, akhirnya Xun Qiu berhasil mendaratkan sebuah pukulan ke perut Tetua Bai.

Tetua Bai mundur beberapa langkah sebelum bertekuk lutut. Rasa sakit yang menyerang tubuhnya membuat kedua kakinya tak mampu berdiri untuk beberapa saat.

Jika saja tak ada dua pedang dalam genggamannya, Tetua Bai yakin jika dia tak sekadar berlutut, melainkan tersungkur dengan kondisi yang menyedihkan.

Sebuah cairan yang terasa manis mulai memenuhi tenggorokan Tetua Bai seolah didorong dari perut oleh tenaga yang tak terlihat. Lelaki itu berusaha menelannya sebisa mungkin. Namun, seberapa keras pun Tetua Bai berusaha, cairan tersebut seperti tak ada habisnya hingga yang terjadi selanjutnya adalah ...

"Urh!"

Darah segar yang disertai gumpalan daging menyembur dari mulut Tetua B
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 161_ Kisah Sebelum Pertumpahan Darah

    Beberapa orang pria paruh baya yang sedang mengintai Sekte Pedang Kembar menitikkan air mata ketika melihat Xun Qiu melakukan pembantaian dengan brutal. Mereka tidak menyangka, hingga akhir hidup, kawan-kawannya berjuang demi kebenaran. "Kalian sudah melihat bagaimana perjuangan orang-orang itu. Jika kalian tidak bekerja keras setelah ini, maka kematian mereka menjadi sia-sia." Yang berkata demikian adalah seorang pria berusia tiga puluhan tahun yang merupakan salah satu tetua Sekte Harimau Putih. Namanya adalah Ji Feng yang berarti angin kencang. Seperti namanya, Ji Feng mempelajari sebuah teknik meringankan tubuh yang mampu membuatnya bergerak secepat angin. Jika Xiu Zhangjian tidak dilahirkan sebagai seorang pewaris, maka teknik meringankan tubuhnya bukanlah tandingan Ji Feng. Beberapa orang yang berada di dekat Ji Feng mengangguk dengan air mata masih menetes. Mereka bukanlah wanita yang mengungkapkan emosinya dengan air mata, tetapi mereka merasa kali ini tidak ada hal yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 162_ Pengorbanan

    Sontak saja ucapan Ji Feng bagai sebuah belati yang menghujam hati masing-masing orang yang mendengarnya. Bahkan, orang-orang dari Sekte Harimau Putih tidak menyangka jika Ji Feng akan sekasar itu. "Kalian bisa hidup dengan nyaman setelah bersama-sama menggulingkan kekuasaan Aliansi Gongliao. Aku tidak mau menjanjikan terlalu banyak hal untuk saat ini. Yang jelas, ini adalah jalan yang sudah ketua siapkan untuk kalian."Melihat keraguan di wajah masing-masing tetuanya, Xin Liang kemudian angkat bicara. "Kalian ikutilah jalan yang sudah disiapkan sang pewaris. Aku yakin inilah yang terbaik untuk kita saat ini. Jika kita melewatkan kesempatan ini begitu saja, aku khawatir jika di masa depan kita harus berhadapan dengan sang pewaris.""Terima kasih karena telah berpikir demikian, Ketua Xin. Sekarang, aku berikan waktu satu dupa untuk kalian bersiap karena kita harus segera pergi. Huang Fu pasti akan sampai dalam dua dupa. Aku tidak ingin berhadapan dengannya untuk saat ini."Walau teras

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-13
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 163_ Rumah Terakhir

    Setelah melewati perdebatan singkat dengan Mei Shi Lan, akhirnya Xiu Zhangjian berhasil keluar dari ruangan pengobatan meski dalam pengawasan ketat orang-orang yang dipercaya Mei Shi Lan.Xiu Zhangjian pergi menemui beberapa tetua yang dia kumpulkan untuk menjemput sekte-sekte yang ingin dia seret ke dalam aliansinya.Di sisi lain, Feng Yin sedang berbicara dengan Ji Feng di ruangan pribadi miliknya. Dia cukup terkejut dengan kabar yang disampaikan oleh Ji Feng mengenai ketua Sekte Pedang Kembar. "Kenapa kau tidak memaksanya untuk ikut?" tanya Feng Yin.Ji Feng tertunduk dengan rasa bersalah yang menyelimutinya. Namun, dia juga merasa apa yang dia lakukan murni dari hatinya yang terdalam. Walau dia merasa bersalah, dia tidak menyesal sama sekali. "Tetua Feng, apa yang Ketua Xin lakukan juga bisa kita lakukan ketika berada di posisi yang sama."Mendengar ucapan Ji Feng, Feng Yin mengusap dagunya dengan kasar. Dia telah mengenal Ji Feng bertahun-tahun lamanya, dia juga mengenal Xin Li

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-14
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 164_ Sumpah Seorang Perjaka

    Derap langkah kuda membelah udara yang kian memanas. Angin semilir yang berembus pelan tak mengurangi panasnya siang ini. Huang Fu menarik tali kekang kudanya, membuat kuda yang sedang berlari kencang tiba-tiba berhenti. Orang di belakangnya juga melakukan hal serupa, tetapi di dahi mereka terdapat banyak kerutan karena belum mengetahui apa yang sedang terjadi di depan sana. "Ada apa, Ketua?" tanya Xun Qiu yang berada di samping Huang Fu. Huang Fu mengangkat tangannya, menunjuk sebah tempat yang ada di dalam kerimbunan hutan di sekitarnya. "Dari arah sana aku mendengar pergerakan yang cukup besar. Seharusnya mereka bukan orang biasa karena langkah kakinya terdengar samar."Mendengar apa yang Huang Fu katakan, orang-orang yang ikut bersamanya memperhatikan tempat yang dimaksud. Setelah diperhatikan dengan lebih teliti, ternyata benar, ada pergerakan yang begitu samar sehingga membuat mereka tidak sadar."Tambatkan kuda, kita sergap orang-orang itu!"Kuda-kuda ditambatkan di pohon-p

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-15
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 165_ Nyanyian Kematian

    Suasana kian menegangkan tatkala Huang Fu yang sedang diselimuti api amarah mengangkat kedua tangannya. Kedua telapak tangan tersebut bagai besi yang dipendam bara api, seperti lempengan baja yang akan dibentuk menjadi pedang, begitu panas dan kuat. Deru angin yang keluar dari pukulannya, bisa setajam pedang dan sepanas api kremasi yang menghancurkan tubuh korbannya."Mari kita lihat, apakah utusan surga kalian akan datang?" Anggota Sekte Bambu Kuning mulai kebingungan, apa yang harus mereka lakukan. Di satu sisi mereka begitu takut Huang Fu akan menghabisi mereka, sementara di sisi lain ada sang ketua yang tak bergerak untuk melarikan diri. Jika mereka pergi tanpa perintah, maka mereka akan hidup sebagai seorang pengecut.Ren He dengan wajah tenangnya, mengeluarkan sebuah seruling giok berwarna hijau dan menempelkannya di bibir. Begitu Ren He meniupnya, jemari lentiknya yang mulai keriput dengan lincah bergerak memainkan sebuah nada yang menyayat hati hingga kata 'sedih' itu sendir

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 166_ Lelaki Sejati

    Bukan tanpa alasan Huang Fu mengatakan demikian. Dia tidak pernah menyangka jika nyanyian kematian dari Sekte Bambu Kuning rupanya sekuat itu. Jika dia tahu dari awal, sudah pasti dia akan menarik Ren He ke sisinya dan tidak membiarkan sekte tersebut hidup dalam kesulitan. Walau sebelumnya dia pernah mendengar teknik ilusi milik Sekte Bambu Kuning, Huang Fu menganggap hal itu hanya bualan belaka. Namun, setelah merasakannya sendiri, Huang Fu menjadi tahu mengapa banyak orang yang segan terhadap Sekte Bambu Kuning.Mendengar penawaran menggiurkan dari Huang Fu, senyum di wajah Ren He semakin lebar, sontak saja membuat Huang Fu yakin jika dirinya bisa menarik Ren He ke sisinya. Namun, begitu mendengar jawaban ketua Sekte Bambu Kuning, Huang Fu hanya bisa mengepalkan kedua tangannya. "Ketua Huang, anda terlambat. Aku sudah mengatakan sumpah setia pada Xiu Zhangjian. Bahkan jika aku mau, langit tidak akan membiarkan diriku melanggar sumpah.""Kalau begitu, maka berkumpulah dengan kawan-

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-16
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 167_ Keji di Atas Keji

    Ren He jatuh berlutut dengan tubuh yang bergetar. Seruling giok di tangan kanannya menancap ke tanah bertujuan sebagai penopang tubuhnya. Tak ada ketakutan di wajah Ren He, yang ada hanya penyesalan karena dirinya tidak mampu lolos dari kematian yang datang sebentar lagi. "Walau aku mati ... aku tidak menyesal. Hahaha!" Ren He memang tertawa, tetapi tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang terpancar di dalamnya. Tawanya terasa hampa, tawa yang dikeluarkan oleh orang-orang yang mulai putus asa. 'Jika aku lolos, aku bisa membantu melenyapkan orang-orang ini dan membuat pertempuran berjalan lebih mudah.'Uhuk! Darah kembali menggelegak dari mulut Ren He. Wajahnya semakin memucat, air matanya juga mulai menetes walau tangan tuanya bersicepat menyekanya. Huang Fu berjalan dengan perlahan menghampiri Ren He yang mulai sekarat. Xun Qiu dan Xiao He juga bergerak menghampirinya.Bruk!Xiao He menendang punggung Ren He yang menyebabkan pria tersebut terjerembab. Tak sampai di sana, Xiao He ju

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 168_ Racun Kalajengking Hitam

    Ji Feng bergerak secepat mungkin begitu dia berhasil melesatkan dua anak panah hingga mengenai sasarannya. Air mata membasahi wajahnya ketika mengingat bagaimana penyiksaan yang dilakukan oleh Huang Fu dan kawanannya. Benar. Orang yang membunuh Feng Nian dan Ren He tidak lain adalah Ji Feng. Dia yang memiliki ilmu meringankan tubuh terbaik memang ditugaskan oleh Xiu Zhangjian untuk mengawasi perpindahan sekte-sekte kecil yang akan bergabung dengan Sekte Harimau Putih. Jika saja bukan Huang Fu yang mereka temui, tentu saja Ji Feng akan turun dan membantunya. Walau tidak bisa memenangkan pertempuran, setidaknya dia bisa membawa Feng Nian dan Ren He kabur bersamanya.Di tempat lain, Huang Fu dan orang-orang Aliansi Gongliao kembali ke tempat di mana kuda mereka ditambatkan. Setelah Xun Qiu mengingatkannya, Huang Fu baru ingat jika dadanya juga terluka. "Ketua, obati dulu lukamu baru kita lanjutkan perjalanan." Huang Fu mengangguk dan menerima botol obat yang Xun Qiu berikan. Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-17

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 231_ Pertaruhan Manis

    Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 230_ Bulan Darah?

    Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 229_ Lentera 

    Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 228_ Kunci Teh Enak

    Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 227_ Salju Hangat

    Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 226_ Menerima Pinangan 

    "Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 225_ Teh atau Arak

    Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 224_ Menengok Boushan 

    Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 223_ Kuil Naga Suci 

    Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b

DMCA.com Protection Status