Home / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pendekar Pedang Suci: Chapter 161 - Chapter 170

231 Chapters

Bab 161_ Kisah Sebelum Pertumpahan Darah

Beberapa orang pria paruh baya yang sedang mengintai Sekte Pedang Kembar menitikkan air mata ketika melihat Xun Qiu melakukan pembantaian dengan brutal. Mereka tidak menyangka, hingga akhir hidup, kawan-kawannya berjuang demi kebenaran. "Kalian sudah melihat bagaimana perjuangan orang-orang itu. Jika kalian tidak bekerja keras setelah ini, maka kematian mereka menjadi sia-sia." Yang berkata demikian adalah seorang pria berusia tiga puluhan tahun yang merupakan salah satu tetua Sekte Harimau Putih. Namanya adalah Ji Feng yang berarti angin kencang. Seperti namanya, Ji Feng mempelajari sebuah teknik meringankan tubuh yang mampu membuatnya bergerak secepat angin. Jika Xiu Zhangjian tidak dilahirkan sebagai seorang pewaris, maka teknik meringankan tubuhnya bukanlah tandingan Ji Feng. Beberapa orang yang berada di dekat Ji Feng mengangguk dengan air mata masih menetes. Mereka bukanlah wanita yang mengungkapkan emosinya dengan air mata, tetapi mereka merasa kali ini tidak ada hal yang
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

Bab 162_ Pengorbanan

Sontak saja ucapan Ji Feng bagai sebuah belati yang menghujam hati masing-masing orang yang mendengarnya. Bahkan, orang-orang dari Sekte Harimau Putih tidak menyangka jika Ji Feng akan sekasar itu. "Kalian bisa hidup dengan nyaman setelah bersama-sama menggulingkan kekuasaan Aliansi Gongliao. Aku tidak mau menjanjikan terlalu banyak hal untuk saat ini. Yang jelas, ini adalah jalan yang sudah ketua siapkan untuk kalian."Melihat keraguan di wajah masing-masing tetuanya, Xin Liang kemudian angkat bicara. "Kalian ikutilah jalan yang sudah disiapkan sang pewaris. Aku yakin inilah yang terbaik untuk kita saat ini. Jika kita melewatkan kesempatan ini begitu saja, aku khawatir jika di masa depan kita harus berhadapan dengan sang pewaris.""Terima kasih karena telah berpikir demikian, Ketua Xin. Sekarang, aku berikan waktu satu dupa untuk kalian bersiap karena kita harus segera pergi. Huang Fu pasti akan sampai dalam dua dupa. Aku tidak ingin berhadapan dengannya untuk saat ini."Walau teras
last updateLast Updated : 2022-09-13
Read more

Bab 163_ Rumah Terakhir

Setelah melewati perdebatan singkat dengan Mei Shi Lan, akhirnya Xiu Zhangjian berhasil keluar dari ruangan pengobatan meski dalam pengawasan ketat orang-orang yang dipercaya Mei Shi Lan.Xiu Zhangjian pergi menemui beberapa tetua yang dia kumpulkan untuk menjemput sekte-sekte yang ingin dia seret ke dalam aliansinya.Di sisi lain, Feng Yin sedang berbicara dengan Ji Feng di ruangan pribadi miliknya. Dia cukup terkejut dengan kabar yang disampaikan oleh Ji Feng mengenai ketua Sekte Pedang Kembar. "Kenapa kau tidak memaksanya untuk ikut?" tanya Feng Yin.Ji Feng tertunduk dengan rasa bersalah yang menyelimutinya. Namun, dia juga merasa apa yang dia lakukan murni dari hatinya yang terdalam. Walau dia merasa bersalah, dia tidak menyesal sama sekali. "Tetua Feng, apa yang Ketua Xin lakukan juga bisa kita lakukan ketika berada di posisi yang sama."Mendengar ucapan Ji Feng, Feng Yin mengusap dagunya dengan kasar. Dia telah mengenal Ji Feng bertahun-tahun lamanya, dia juga mengenal Xin Li
last updateLast Updated : 2022-09-14
Read more

Bab 164_ Sumpah Seorang Perjaka

Derap langkah kuda membelah udara yang kian memanas. Angin semilir yang berembus pelan tak mengurangi panasnya siang ini. Huang Fu menarik tali kekang kudanya, membuat kuda yang sedang berlari kencang tiba-tiba berhenti. Orang di belakangnya juga melakukan hal serupa, tetapi di dahi mereka terdapat banyak kerutan karena belum mengetahui apa yang sedang terjadi di depan sana. "Ada apa, Ketua?" tanya Xun Qiu yang berada di samping Huang Fu. Huang Fu mengangkat tangannya, menunjuk sebah tempat yang ada di dalam kerimbunan hutan di sekitarnya. "Dari arah sana aku mendengar pergerakan yang cukup besar. Seharusnya mereka bukan orang biasa karena langkah kakinya terdengar samar."Mendengar apa yang Huang Fu katakan, orang-orang yang ikut bersamanya memperhatikan tempat yang dimaksud. Setelah diperhatikan dengan lebih teliti, ternyata benar, ada pergerakan yang begitu samar sehingga membuat mereka tidak sadar."Tambatkan kuda, kita sergap orang-orang itu!"Kuda-kuda ditambatkan di pohon-p
last updateLast Updated : 2022-09-15
Read more

Bab 165_ Nyanyian Kematian

Suasana kian menegangkan tatkala Huang Fu yang sedang diselimuti api amarah mengangkat kedua tangannya. Kedua telapak tangan tersebut bagai besi yang dipendam bara api, seperti lempengan baja yang akan dibentuk menjadi pedang, begitu panas dan kuat. Deru angin yang keluar dari pukulannya, bisa setajam pedang dan sepanas api kremasi yang menghancurkan tubuh korbannya."Mari kita lihat, apakah utusan surga kalian akan datang?" Anggota Sekte Bambu Kuning mulai kebingungan, apa yang harus mereka lakukan. Di satu sisi mereka begitu takut Huang Fu akan menghabisi mereka, sementara di sisi lain ada sang ketua yang tak bergerak untuk melarikan diri. Jika mereka pergi tanpa perintah, maka mereka akan hidup sebagai seorang pengecut.Ren He dengan wajah tenangnya, mengeluarkan sebuah seruling giok berwarna hijau dan menempelkannya di bibir. Begitu Ren He meniupnya, jemari lentiknya yang mulai keriput dengan lincah bergerak memainkan sebuah nada yang menyayat hati hingga kata 'sedih' itu sendir
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

Bab 166_ Lelaki Sejati

Bukan tanpa alasan Huang Fu mengatakan demikian. Dia tidak pernah menyangka jika nyanyian kematian dari Sekte Bambu Kuning rupanya sekuat itu. Jika dia tahu dari awal, sudah pasti dia akan menarik Ren He ke sisinya dan tidak membiarkan sekte tersebut hidup dalam kesulitan. Walau sebelumnya dia pernah mendengar teknik ilusi milik Sekte Bambu Kuning, Huang Fu menganggap hal itu hanya bualan belaka. Namun, setelah merasakannya sendiri, Huang Fu menjadi tahu mengapa banyak orang yang segan terhadap Sekte Bambu Kuning.Mendengar penawaran menggiurkan dari Huang Fu, senyum di wajah Ren He semakin lebar, sontak saja membuat Huang Fu yakin jika dirinya bisa menarik Ren He ke sisinya. Namun, begitu mendengar jawaban ketua Sekte Bambu Kuning, Huang Fu hanya bisa mengepalkan kedua tangannya. "Ketua Huang, anda terlambat. Aku sudah mengatakan sumpah setia pada Xiu Zhangjian. Bahkan jika aku mau, langit tidak akan membiarkan diriku melanggar sumpah.""Kalau begitu, maka berkumpulah dengan kawan-
last updateLast Updated : 2022-09-16
Read more

Bab 167_ Keji di Atas Keji

Ren He jatuh berlutut dengan tubuh yang bergetar. Seruling giok di tangan kanannya menancap ke tanah bertujuan sebagai penopang tubuhnya. Tak ada ketakutan di wajah Ren He, yang ada hanya penyesalan karena dirinya tidak mampu lolos dari kematian yang datang sebentar lagi. "Walau aku mati ... aku tidak menyesal. Hahaha!" Ren He memang tertawa, tetapi tidak ada sedikit pun kebahagiaan yang terpancar di dalamnya. Tawanya terasa hampa, tawa yang dikeluarkan oleh orang-orang yang mulai putus asa. 'Jika aku lolos, aku bisa membantu melenyapkan orang-orang ini dan membuat pertempuran berjalan lebih mudah.'Uhuk! Darah kembali menggelegak dari mulut Ren He. Wajahnya semakin memucat, air matanya juga mulai menetes walau tangan tuanya bersicepat menyekanya. Huang Fu berjalan dengan perlahan menghampiri Ren He yang mulai sekarat. Xun Qiu dan Xiao He juga bergerak menghampirinya.Bruk!Xiao He menendang punggung Ren He yang menyebabkan pria tersebut terjerembab. Tak sampai di sana, Xiao He ju
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

Bab 168_ Racun Kalajengking Hitam

Ji Feng bergerak secepat mungkin begitu dia berhasil melesatkan dua anak panah hingga mengenai sasarannya. Air mata membasahi wajahnya ketika mengingat bagaimana penyiksaan yang dilakukan oleh Huang Fu dan kawanannya. Benar. Orang yang membunuh Feng Nian dan Ren He tidak lain adalah Ji Feng. Dia yang memiliki ilmu meringankan tubuh terbaik memang ditugaskan oleh Xiu Zhangjian untuk mengawasi perpindahan sekte-sekte kecil yang akan bergabung dengan Sekte Harimau Putih. Jika saja bukan Huang Fu yang mereka temui, tentu saja Ji Feng akan turun dan membantunya. Walau tidak bisa memenangkan pertempuran, setidaknya dia bisa membawa Feng Nian dan Ren He kabur bersamanya.Di tempat lain, Huang Fu dan orang-orang Aliansi Gongliao kembali ke tempat di mana kuda mereka ditambatkan. Setelah Xun Qiu mengingatkannya, Huang Fu baru ingat jika dadanya juga terluka. "Ketua, obati dulu lukamu baru kita lanjutkan perjalanan." Huang Fu mengangguk dan menerima botol obat yang Xun Qiu berikan. Setelah
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

Bab 169_ Ketika Penyiksa Tersiksa

Huang Fu sebagai orang yang berteman dengan ahli racun tentu saja mengetahui apa itu racun kalajengking hitam. Racun tersebut akan menyiksa korbannya ketika malam tiba hingga pagi menjelang. Namun, jika manusia biasa yang terkena, maka dia akan mati bahkan sebelum matahari tenggelam. "Apa anda memiliki penawarnya?" tanya Xun Qiu. Dia juga mengerti tentang racun kalajengking hitam. Berbeda dengan Huang Fu yang belum pernah merasakannya, Xun Qiu sudah pernah terkena racun kalajengking hitam yang membuatnya tahu bagaimana mengerikannya racun tersebut. Sang tabib menggeleng pelan. "Sayang sekali, tidak Tuan." "Tabib Yao, walau kau tidak memilikinya, setidaknya kau tahu bagaimana membuatnya 'kan?" Tabib Yao mengangguk. "Kami bisa membuatnya. Namun, ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama." Xun Qiu menoleh ke arah Huang Fu dengan wajah cemas. Tabib Yao kemudian mengelus janggutnya yang memutih seolah sedang mengingat sesuatu. "Aku lupa jika penawarnya harus menggunakan cula badak. K
last updateLast Updated : 2022-09-17
Read more

Bab 170_ Penawar Palsu

Begitu Huang Fu menghabiskan obatnya, Tabib Yao keluar karena harus menyiapkan obat lainnya. Tanpa curiga sedikit pun, Xun Qiu mengangguk mengizinkan sementara Huang Fu sudah bisa beristirahat. Dengan langkah tenang untuk menghindari kecurigaan, Tabib Yao masuk ke ruang pribadinya, tempat dia biasa meramu obat-obatan untuk pasiennya. Aroma herbal yang pekat tercium dalam ruangan tersebut. Tabib Yao setelah masuk dan menutup pintunya rapat, kemudian menguncinya seolah takut ada yang tiba-tiba masuk. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah rak yang menempel di dinding. Rak tersebut berisi laci-laci kecil berisi ramuan herbal yang telah dikeringkan. Di setiap laci, terdapat nama-nama herbal yang tersimpan di dalamnya.Tabib Yao mendatangi lemari tersebut. Bukannya, menarik, Tabib Yao malah mendorong salah satu laci yang menyebabkan lemari tersebut mundur. Terlihat sebuah lorong yang cukup gelap. Tabib Yao melangkah masuk ke dalam lorong tersebut dan menyalakan sebuah obor sebagai pe
last updateLast Updated : 2022-09-18
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
24
DMCA.com Protection Status