Beranda / Romansa / THE HERA'S KING / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab THE HERA'S KING: Bab 61 - Bab 70

155 Bab

61. Miki oh Miki

Mereka akhirnya sampai ke kamar, King menutup pintu dengan keras. "Kamu ngapain sih bertemu dengan Leo? kamu kan sudah tau sendiri dia itu suka banget mengganggumu, kamu kenapa menuruti permintaannya, kamu itu harus sadar diri! kamu itu wanita bersuami! apalagi rumah sakit ini milik papi! bagaimana kalau orang-orang tau menantu pemilik rumah sakit asyik berduaan dengan dokter mesum! seharusnya kamu tau semua resiko itu!" bentaknya berkali-kali.   Hera mulai terisak, ia sangat takut jika King sedang marah. Tangisannya semakin menjadi-jadi. "Ma..maafkan aku mas.., maafkan aku..," King menjadi terenyuh melihat istrinya yang terus menangis, ia pun berkata, "sayang..., aku juga minta maaf sudah membentakmu..," ia lalu menarik tubuh istrinya dan membawanya dalam pelukannya. Hera menangis sejadi-jadinya dalan pelukan King, entah mengapa ia merasa nyaman berada dalam pelukan Sang Suami.  
Baca selengkapnya

62. Menginginkanmu

"Memangnya kamu mau ngomong apa King," tanya nyonya Yesi dengan mimik penasaran.   King segera duduk di sofa ruang keluarga, kedua orang tuanya pun ikutan duduk dan ingin mendengar keluhan Sang anak.   Terlihat ia menghela napasnya panjang, lalu berkata, "papi, mami, aku sudah berapa kali mengatakan jika aku tidak suka jika istriku punya sopir pribadi! kenapa kalian malah membiarkan si Miki itu tetap bekerja?" kesalnya. "Papi kirain kamu mau ngomong apa! papi punya alasan tersendiri memperkerjaannya selain ia mahir membawa mobil, ia juga jago bela diri!" tuan Roland mencoba menjelaskan kepada anaknya.   "Papi sudah tau semuanya King, istrimu tidak pernah mau berangkat kerja bersama-sama denganmu karena ia takut ketahuan orang lain jika bersamamu. Itu pasti karena perjanjian konyol yang kamu buat dulu, iya kan? mi.., jika mami di posisi Hera apa yang akan mami l
Baca selengkapnya

63. Satu syarat..?

Hera pun mendengarkan syarat dari suaminya. "Setiap pagi kamu harus mencium seluruh bagian wajahku, mulai hari ini kamu dan aku harus berangkat dan pulang bareng-bareng satu mobil, kamu harus makan siang bersamaku dan menyuapi aku seperti yang kamu lakukan di rumah sakit, dan yang terakhir pilih semua furniture di ruang CEO yang dulu kamu desain, aku ingin segera memulai berkantor di sana.   Hera melongo mendengar begitu banyak syarat dari suaminya. "Katanya tadi cuma satu syarat, ini malah lebih dari satu," pikirnya dalam hati.   Hera akhirnya menyetujui syarat dari suaminya. Ia pun bersyukur King melepaskannya pagi itu.   Keduanya sarapan bersama dengan kedua orang tua King. Nyonya Yesi melihat jika menantunya agak berbeda pagi ini, ia terlihat banyak menunduk dan berusaha menutupi lehernya dengan memakai setelan kemeja berleher panjang.  Sementara King
Baca selengkapnya

64. Akhirnya ketahuan

"Duh.., kok makin runyam sih," Hera semakin bingung saat King tidak mengizinkannya keluar dari ruangan itu.   "Mas.., aku nggak pernah bandingkan mas dengan siapapun juga, mas kan tau, sebelumnya aku tidak pernah menjalin hubungan dekat dengan pria lain. Mas lah orang pertama itu," Hera mencoba menjinakkan suaminya yang sedang marah.   "Apa benar semua yang kamu katakan itu?" tanyanya penasaran.   "Iya mas.., jika mas tidak percaya, mas bisa menanyakannya kepada Ewan," serunya lagi meyakinkan King.    "Baiklah, aku percaya, tapi kamu tetap tidak boleh keluar dari sini, kita mau ke toko furniture untuk memilih semua perlengkapan di ruang kerjaku," Hera melongo saat King mengutarakan maksudnya.   "Aku ada perlu sebentar dengan Juyan," ujarnya dan menutup pintu ruang kerjanya.
Baca selengkapnya

65. Bertengkar

King dan Hera terlihat sedang memilih beberapa furniture untuk kantor Sang Suami. Semua sesuai pilihan istrinya, King membebaskan Hera untuk mendesain kantornya sesuka hatinya. Tiba untuk memilih ranjang di kamar pribadi Sang Suami yang berada satu ruangan dengan kantor, Hera kebingungan memilih ukuran yang disukai Sang Suami. Setelah memilah-milah akhirnya ia memilih ranjang yang berukuran untuk satu orang.   "Mas, aku memilih yang ini untuk ranjang, menurut mas bagaimana?" ujarnya antusias sambil menunjukkan pilihannya kepada King. Ia juga segera memberitahukan kepada pelayan toko itu untuk menyiapkan pilihannya.   King memperhatikan ukuran ranjang yang dipilih oleh Hera, ia berpikir sepertinya ukuran ranjang ini tidak sesuai dengan keinginannya.  King segera mendekati istrinya yang sedang bernegosiasi dengan pelayan toko. "Sayang.., tunggu dulu, uk
Baca selengkapnya

66. Mode hening cipta

Pintu kamar mereka di ketuk dari luar. Terdengar suara nyonya Yesi dari pintu. Dengan cepat King menyembunyikan bantal dan selimut yang ia pegang. Sementara Hera menangis sesegukan dan mencoba untuk diam saat ibu mertuanya itu menyuruh keduanya untuk makan, ia takut jika ia ketahuan menangis.   King menghampiri Hera di ranjang lalu berkata, "Kita ditunggu papi dan mami di meja makan," ketusnya. "Aku nggak lapar, makanlah sendiri," Hera tak kalah ketus kepada suaminya. King semakin marah, membuka pintu kamar mereka lalu menutupnya dengan keras.   King sampai di ruang makan. "Lho, mana istrimu?" tanya Sang Mami curiga. "Ia sedang istirahat mi," lalu King menyuruh ART rumahnya untuk menyiapkan makanan untuk Hera dan membawanya ke kamar mereka.   Nyonya Yesi ingin berkata lagi namun tua
Baca selengkapnya

67. Masih perang dingin

"Ya ampun si boss pikirannya lagi travelling nih kayaknya, pasti sedang membayangkan nona Hera," gumam Juyan dalam hati. Ia tersenyum mengejek tingkah King yang menurutnya sangat berlebihan.   "Lo kenapa senyum-senyum? lagi kesambet lo? kita ke lokasi meeting," King heran melihat tingkah Juyan.    "Dia apa gue yang kesambet ya? dari tadi gue nanya mau kemana tetapi tidak dijawab," ia pun melajukan mobil sesuai perintah King.   Siang waktu istirahat, Amel segera menggandeng Hera yang sedang menelpon sekretaris Wina. Ia mendapat kabar jika King sedang berada di luar kantor sehingga ia tidak perlu ke ruangan Sang Suami.   "Yuk, ke kantin, lo punya utang sama gue," ujar Amel setengah memaksa Hera untuk menemaninya ke kantin. Andro ingin ikut bergabung dengan keduanya namun Amel melarang dan memberi alasan jika ia ingin curhat tentang cowok
Baca selengkapnya

68. Diapit dua pria

Ketiganya sampai di restoran itu. Mereka pura-pura selesai meeting sesuai skenario King. "Eh.., itu bukannya pak Boss ya?" ujar Amel tiba-tiba. Sambil menunjuk ke arah meja King sedang berada saat ini.   Hera melotot saat melihat King juga berada di restoran yang sama. Ia berdiri dan pura-pura ke toilet namun tangannya ditahan Amel. Lalu membawanya ke meja King berada.  "Maaf tuan Fred, sepertinya boss King mau melanjutkan meetingnya dengan kami para tim desain interior terutama kepada Hera sebagai pemimpin divisi bagian desain," keduanya pun meninggalkan meja yang ada Fred dan Andro dan menuju ke tempat dimana King berada.   "Selamat sore pak boss, kami sudah memulai lebih dulu di tempat ini sambil menunggu pak boss dan tim datang," ucap Amel menjelaskan. Hera masih mencoba untuk menyimak semua karena ia masih heran sejak kapan Amel dan King terlihat akrab seperti
Baca selengkapnya

69. Aku sangat mencintaimu

"Hera belum tau mi, aku ingin menjelaskan kepadanya, namun saat ini komunikasi kami sedang tidak baik," ujarnya sambil memelas.   "Menurut mami, ada baiknya semua barang-barang kenanganmu dan Gladis sudah saatnya kamu singkirkan, kamu harusnya menghormati perasaan istrimu, ia pasti kecewa melihatmu yang masih menyimpan kenangan mu dengan mantanmu," Sang Mami mencoba menasihati anaknya dengan bijak.   "Tapi.., Gladis kan sudah tiada mi, masa aku harus membuang semua kenangan kami?" King kurang setuju dengan ucapan nyonya Yesi.   "King.., Hera itu masa depanmu, sedangkan Gladis adalah masa lalumu, kamu pilih yang mana? jangan sampai kamu masih hidup dengan masa lalumu, dan mengabaikan Hera yang menjadi masa depanmu, pilihan ada ditanganmu. Tapi mami berharap kamu jangan menyia-nyiakan Hera. Dia itu gadis yang baik. Mami sangat suka dengannya. Berpikirlah lebih jernih King, masa
Baca selengkapnya

70. Ada beberapa vitamin

King melepas pelukannya. Lalu kembali menatap mata istrinya. "Sayang.., aku menunggu jawaban darimu..," Hera menunduk malu.   "Memangnya aku harus menjawabnya mas?" ujarnya gugup.   "Iya dong sayang.., ayo buruan aku nungguin nih honey..," godanya kepada istrinya.   "I..i love you tou my husband..," ucapnya, lalu dengan cepat King menyambar bibir Hera lalu melumatnya habis-habisan. Ia seperti kehilangan akalnya. Ia juga tidak lupa bermain di leher istrinya.  Hera hanya bisa pasrah saat tangan King mulai bergerilya ditubuhnya.   King mencoba melawan naluri memangsanya, ia tidak mau terburu-buru meminta haknya. Cukup untuk malam ini bermain di atas bibir istrinya dan di leher istrinya serta meraba-raba dari luar baju tidurnya. Ia ingin mereka menikmati masa-masa pacaran dulu. Ia lalu melepas ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status