Jangan lupa dukung terus karya author đ
King dan Hera terlihat sedang memilih beberapa furniture untuk kantor Sang Suami. Semua sesuai pilihan istrinya, King membebaskan Hera untuk mendesain kantornya sesukahatinya. Tiba untuk memilih ranjang di kamar pribadi Sang Suami yang berada satu ruangan dengan kantor,Hera kebingungan memilih ukuran yang disukai Sang Suami. Setelah memilah-milah akhirnya ia memilih ranjang yang berukuran untuk satu orang. "Mas, aku memilih yang ini untuk ranjang, menurut mas bagaimana?" ujarnya antusias sambil menunjukkan pilihannya kepada King. Ia juga segera memberitahukan kepada pelayan toko itu untuk menyiapkan pilihannya. King memperhatikan ukuran ranjang yang dipilih oleh Hera, ia berpikir sepertinya ukuran ranjang ini tidak sesuai dengan keinginannya. King segera mendekati istrinya yang sedang bernegosiasi dengan pelayan toko. "Sayang.., tunggu dulu, uk
Pintu kamar mereka di ketuk dari luar. Terdengar suara nyonya Yesi dari pintu. Dengan cepat King menyembunyikan bantal dan selimut yang ia pegang. Sementara Hera menangis sesegukan dan mencoba untuk diam saat ibu mertuanya itu menyuruh keduanya untuk makan, ia takut jika ia ketahuan menangis. King menghampiri Hera di ranjanglalu berkata, "Kita ditunggu papi dan mami di meja makan," ketusnya. "Aku nggak lapar, makanlah sendiri," Hera tak kalah ketus kepada suaminya. King semakin marah, membuka pintu kamar mereka lalu menutupnya dengan keras. King sampai di ruang makan. "Lho, mana istrimu?" tanya Sang Mami curiga. "Ia sedang istirahat mi," lalu King menyuruh ART rumahnya untuk menyiapkan makanan untuk Hera dan membawanya ke kamar mereka. Nyonya Yesi ingin berkata lagi namun tua
"Ya ampun si boss pikirannya lagi travelling nih kayaknya, pasti sedang membayangkan nona Hera," gumam Juyan dalam hati. Ia tersenyum mengejek tingkah King yang menurutnya sangat berlebihan. "Lo kenapa senyum-senyum? lagi kesambet lo? kita ke lokasi meeting," King heran melihat tingkah Juyan. "Dia apa gue yang kesambet ya? dari tadi gue nanya mau kemana tetapi tidak dijawab," ia pun melajukan mobil sesuai perintah King. Siang waktu istirahat, Amel segera menggandeng Hera yang sedang menelpon sekretaris Wina. Ia mendapat kabar jika King sedang berada di luar kantor sehingga ia tidak perlu ke ruangan Sang Suami. "Yuk, ke kantin, lo punya utang sama gue," ujar Amel setengah memaksa Hera untuk menemaninya ke kantin. Andro ingin ikut bergabung dengan keduanya namun Amel melarang dan memberi alasan jika ia ingin curhat tentang cowok
Ketiganya sampai di restoran itu. Mereka pura-pura selesai meeting sesuai skenario King. "Eh.., itu bukannya pak Boss ya?" ujar Amel tiba-tiba. Sambil menunjuk ke arah meja King sedang berada saat ini. Hera melotot saat melihat King juga berada di restoran yang sama. Ia berdiri dan pura-pura ke toilet namun tangannya ditahan Amel. Lalu membawanya ke meja King berada. "Maaf tuan Fred, sepertinya boss Kingmau melanjutkan meetingnya dengan kami para tim desain interior terutama kepada Hera sebagai pemimpin divisi bagian desain," keduanya pun meninggalkan meja yang ada Fred dan Andro dan menuju ke tempatdimana King berada. "Selamat sore pak boss, kami sudah memulai lebih dulu di tempat ini sambil menunggu pak boss dan tim datang," ucap Amel menjelaskan. Hera masih mencoba untuk menyimak semua karena ia masih heran sejak kapan Amel dan King terlihat akrab seperti
"Hera belum tau mi, aku ingin menjelaskan kepadanya, namun saat ini komunikasi kami sedang tidak baik," ujarnya sambil memelas. "Menurut mami, ada baiknya semua barang-barang kenanganmu dan Gladis sudah saatnya kamu singkirkan, kamu harusnya menghormati perasaan istrimu, ia pasti kecewa melihatmu yang masih menyimpan kenangan mu dengan mantanmu," Sang Mami mencoba menasihati anaknya dengan bijak. "Tapi.., Gladis kan sudah tiada mi, masa aku harus membuang semua kenangan kami?" King kurang setuju dengan ucapan nyonya Yesi. "King.., Hera itu masa depanmu, sedangkan Gladis adalah masa lalumu, kamu pilih yang mana? jangan sampai kamu masih hidup dengan masa lalumu, dan mengabaikan Hera yang menjadi masa depanmu, pilihan ada ditanganmu. Tapi mami berharap kamu jangan menyia-nyiakan Hera. Dia itu gadis yang baik. Mami sangat suka dengannya. Berpikirlah lebih jernih King, masa
King melepas pelukannya. Lalu kembali menatap mata istrinya. "Sayang.., aku menunggu jawaban darimu..," Hera menunduk malu. "Memangnya aku harus menjawabnya mas?" ujarnya gugup. "Iya dong sayang.., ayo buruan aku nungguin nih honey..," godanya kepada istrinya. "I..i love you tou my husband..," ucapnya, lalu dengan cepat King menyambar bibir Hera lalu melumatnya habis-habisan. Ia seperti kehilangan akalnya. Ia juga tidak lupa bermain di leher istrinya. Hera hanya bisa pasrah saat tangan King mulai bergerilya ditubuhnya. King mencoba melawan naluri memangsanya, ia tidak mau terburu-buru meminta haknya. Cukup untuk malam ini bermain di atas bibir istrinya dan di leher istrinya serta meraba-raba dari luar baju tidurnya. Ia ingin mereka menikmati masa-masa pacaran dulu. Ia lalu melepas ke
Hera keluar dari mobil dengan wajah cemberut karena bekas bibir King bertengger di lehernya dan meninggalkan noda merah disana. Sepanjang perjalanan menuju kantor Sekretaris Wina terlihat senyum-senyum sendiri melihat leher Hera yang memerah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Sementara Sang Pelaku, terlihat sangat ceria hari ini. Ia menyapa semua orang yang ia jumpai di kantor, tentu saja sikapnya ini berbeda dengan hari-hari kemarin. Hal itu sontak membuat para bawahannya merasa terheran-heran. Juyan yang ada disampingnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia mengakui kedatangan Hera dihidup Sang Boss sangat memberi pengaruh besar, yang membuat King lebih manusiawi kembali dari sebelumnya. Hera sampai di ruangan dimana divisinya berada. Iasegera menuju toilet dan melihat bagian lehernya yang memerah melalui cermin yang ada di dalam toilet itu.
Namun sepertinya Andro tidak percaya namun ia juga berpikir untuk apa Amel berbohong kepadanya mengenai Hera. Sementara di ruang CEO, Hera dan King sedang menikmati makan siang mereka. "Sayang.., kamu suapin aku ya, aku mau periksa beberapa dokumen nih," King beralasan untuk memeriksa beberapa pekerjaan. Padahal ia ingin disuapi oleh istrinya. Hera dengan telaten menyuapi King yang terlihat sibuk di depan laptop. Tiba-tiba ponselnya yang berada di atas meja berdering terlihat dari layar jika yang menghubungi adalah Andro. "Sebentar ya mas, aku angkat telpon dulu," ujarnya lalu meletakkan piring ke atas meja. "Halo Ndro, oh iya.., saya hampir lupa, baiklah saya akan kesanasegera," lalu Hera mematikan panggilan dari Andro. King terlihat mengepalkan tangannya.
Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya. "Oma, Mommy kemana,kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu. Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat. "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya. "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya. "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya. "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Empattahun kemudian,"Kiran.., anak Daddy, Where are youbaby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood.Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka.Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Luimasih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King.Satu persatu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekiankalimya Hera menancapkan kuku-kukunya dilengan King.Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago,melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka.Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam."Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yangsudah bercampur air mata di wajah istrinya."Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Beberapa bulan kemudian,"Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar."Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi."Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi."Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akanmenggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit."Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya."Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?"
Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati.Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit.Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland danNyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri."Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring."Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut."Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi."Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Juyan yang baru saja mendapat laporan dari Jonas, jika Hera saat ini di rawat di sebuahrumah sakit, segera membawa King menuju rumah sakit dimana Hera sedang dirawat.Sepanjang perjalanan King mencoba terus mengumpulkan kesadarannya. Ternyata pengaruh wine yang ia minumtadi mulai bereaksi.Sesampai di rumah sakit, ia langsung menerobos masuk ke dalam ruangan unit gawat darurat, ia tidak peduli lagi jika beberapa perawat menghalangi jalannya.Ia melihat istrinya yang terbaring tidak sadarkan diri, dengan wajah pucat dan infus yang terpasang di tangannya.Ia lalu menggenggam tangan istrinya sambil menangisia berkata, "Ra.., kamu kenapa sayang? maafkan aku, bangun baby.., maafkan aku..," lirihnya."Dokter bagaimana keadaan istri saya?" tanyanya kepada dokter yang bertugas di UGD saat itu."Kondisi pasien saat ini
Sepanjang malam King terus mengitari jalanan kota Jakarta malam itu, namun ia tidak dapat menemukan jejak istrinya Juyan yang merasa kasihan dengan bosnya dari tadi tetap setiap mengikuti mobil King kemana pun ia pergi. Sementara itu, di sebuah apartemen, Hera tak henti-hentinya menangis. Berbagai cara dilakukan oleh Fred agar Hera berhenti untuk menangis namun sama sekali tidak berhasil. "Sudahlah Ra, untuk apa kamu menangisi suamimu yang tidak becus itu! itu hanya akan membuang-buang energimu, sudahlah lupakan saja masalah itu, anggap saja semua hanyalahangin lalu!" Fred bukannya membuat Hera tenang malah yang ia lakukan semakin memprovokasi Hera. "Kurang ajar lo,King! semua ini gara-gara lo! tunggu saja pembalasanku!" Fred mengeraskan rahangnya saat ini. Ia lalu
"Saya baru dapat kabar, dari seorang pengintai,jika Hera terlihat bersama Fred," Jonas segera memperlihatkan ponselnya yang menampilkan Hera dan Fred yang terlihat masuk ke dalam sebuah mobil. "Bajingan! jadi lo kerjasama dengan dengannya?!"dengan cepat King melayangkan tinjunya ke wajah Jonas. "Jo..nas..," Amel berteriak histeris dan segera menghampiri Jonas yang terjatuh di lantai karena mendapat serangan tiba-tiba dari King. "Lo pikir gue nggak tau, jika bokap lo yang menghancurkan perusahaan ayah Tobi?" Juyan terlihat menahan King yang ingin kembali menghajar Jonas. Jonas terlihat meringis kesakitan, lalu bangkit dari lantai dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Amel. Ia mulai berkata, "gue sama sekali tidak tau-menahu tentang rencana Fred untuk menculik Hera! dan mengenai perusahaan ayahnya Hera
Sarah terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya karena Jodi juga ikut-ikutan menatapnya penuh emosi saat ia melihat foto Sarah yang memeluk King.Hatinya merasa marah karena diam-diam Sarah mulai menarik perhatiannya. Dan ia sudah bertekad untuk lebih mengenalnya. Namun lagi-lagi ia harus menelan rasa kecewa karena cinta karena Sarah ternyata bukan gadis baik-baik."Itu semua tidak benar, semua ini hanya salah paham, aku.., aku.. bisa menjelaskannya..," lirihnya sambil mulai menangis.Sarah tiba-tibamenyesal telah memeluk King saat itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang akan diam-diam mengambil beberapa fotonya dengan King.Awalnya memang niat Sarah masuk ke perusahaan King untuk merayunya dan mengacaukan pernikahannya dengan Hera.Namun seiring berjalannya waktu, King yang menugaskannya menjadi sekretaris Jodi telah merubah segalanya.