Acara wisuda Ewan baru saja selesai. Pak Tobi ikut bangga saat nama Ewan diumumkan sebagai salah satu wisudawan terbaik di kampusnya. Ada rasa bangga dihatinya walaupun Ewan bukanlah putra kandungnya. Hera dan King juga turut mengucapkan selamat kepada Ewan. Bahkan King menawarkan pekerjaan kepada Ewan di kantornya. Namun Ewan menolaknya. Karena ia sudah diterima lebih dulu di perusahaan besar yang juga berada di Jakarta. King mengajak keluarga Sang Istri untuk merayakan kelulusan Ewan dengan makan di sebuah restoran mewah yang berada di daerah Jakarta Selatan. Disaat mereka sedang asyik menikmati makan malam mereka, ada seorang pria yang mengenali pak Tobi. "Om Tobi?" kagetnya. Pak Tobi berpikir keras dan mengenali siapa anak muda yang saat ini berada di depannya. "Nak Jodi..," ia langsung mengenali
Hera keluar dari kamar mandi. Ia lalu menuju meja rias yang ada dikamar mereka. Ia sengaja menyisir rambutnya dan memperlihatkan leher jenjangnya. Biasanya jika ia melakukan itu. King dengan cepat akan melompat ke arahnya dan menerkamnya untuk mengecup lehernya dan meninggalkan beberapa bekas merah disana. Namun yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan apayang terjadi sebelum-sebelumnya. Ia menghela napasnya panjang bingung dengan sikap suaminya. Ia lalu mendekati tempat tidur lalu berkata. "Mas.., sepertinya mas sibuk banget, apakah mas mau jika aku bikinin kopi?" ujarnya lembut kepada suaminya. Namun King tetap tidak menggubris omongan istrinya. Namun Hera tidak menyerah, ia ingin tau kenapa suaminya diam saja dari tadi. Ia lalu menyentuh lengan suaminya lalu ber
"Ra.., sebenarnya.., sebenarnya.., sudah sejak di bangku kuliah, aku ingin mengatakan hal ini. Namun sepertinya saat ini waktu yang tepat aku mengatakan yang sesungguhnya kepadamu," "Ra.., sebenarnya.., aku.., aku.., selama ini sudah sangat me.., me..," belum sempat Andro mengutarakan isi hatinya. Tiba-tiba King mucul dihadapan keduanya. "Mas King..," Hera kaget dengan kedatangan King. Dengan cepat King berjalan menuju kearah istrinya berada dan langsung meraih tangan Hera dan menggenggamnya dengan erat dan melewati Andro lalu berkata, "urusan kita belum selesai!" ketusnya. Kingsegera menarik tangan Hera dan berlalu dari situ. Terdengar suara Amel dari arah luar, "cie.., cie yang tangannya digenggam pak boss," Amel masuk ke divisinya dan melihat wajah pucat Andro. &
Miki segera membanting setir berbelok ke kanan saat lampu merah. "Sialan lo Miki!" gerutunya saat tau Miki mengambil jalan memutar. "Maaf tuan muda, sepertinya kita kehilangan jejak mereka," Juyan terpaksa memberitahukan King keadaan sebenarnya. Nyonya Yesi masih memilih diam dan tidak bertanya apapun kepada menantunya.Ia ingin mengajak Hera untuk mengobrol di tempat yang tenang karena ia tau jika saat ini menantunya sedang sedih. "Hera.., kamu kenapa sayang? mami perhatikan dari tadi kamu tidak semangat? apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Sang Ibu mertua. Saat ini keduanya sedang berada di sebuah restoran yang cukup tenang suasananya. "A..aku nggak apa-apa kok mi..," ujarnya sendu. "Sayang kamu itu sudah mami anggap sebagai anak kandung mami se
"kamu masih berani menanyakan apa salahmu? keterlaluan kamu King!" tuan Roland semakin emosi melihat anaknya yang tidak menyadari kesalahan yang telah ia perbuat. "Mami, tolong bilang Hera agar membawa bantal dan selimut untuk King di kamar tamu!" "Apa-apaan sih papi!" kesalnya. "Iya.., iya aku mengaku salah. Sorry!" ucapnya tanpa dosa dan mengacungkan dua jari tanda perdamaian. "Kamu anggap apa istrimu? sampai-sampai kamu terus-terusan menyakitinya?apakah kamu hanya menganggapnya sebagai boneka hidup yang selalu ada di sampingmu kah?" seru tuan Roland sengit. "Kok boneka sih pi, Hera istrikulah masa dia disamaain sama boneka ngaco nih papi lama-lama, iya kan mi?" King mencoba mencari pembelaan kepada ibunya. "Diam kamu! den
Hasratnya untuk mengecup bibir Hera. Hanya cukup untuk angan-angannya saja di pagi ini. Karena istrinya berwajah datar kepadanya. "Aku berendam, makanya aku lama di dalam." Jawab Hera datar. Ia lalu menuju meja rias. Melepas gulungan handuk di atas kepalanya. Dan mulai mengeringkan rambutnya. King hanya melongo melihat sikap cuek istrinya pagi ini. Hasratnya semakin memburu. Ia bertekad harus mencicipi bibir dan leher istrinya sebelum mereka keluar dari kamar. Karena tadi ia mendapat kabar dari Ewan jika si Jodi juga ikut berkunjung di rumah ayah mertuanya. Ia ingin memperlihatkan hasil karyanya kepada Jodi jika Hera hanyalah miliknya seorang. Ia sedang mencari ide untuk meluluhkan hati istrinya yang sedang marah kepadanya. Namun ia masih berpikir caranya bagaimana. "Hera.., kamu kenapa sih
Karena suaminya tidak melepas rangkulannya. Hera pun menggelitik pinggang King. "Waduh sayang.., geli tau!" ujarnya sambil melepas rangkulannya dari pinggang Hera. "Kamu udah berani ya sekarang sama aku?" serunya sambil kembalimerangkul pinggang istrinya dan mencium pipi Hera. Ia tidak mempedulikan Juyan yang sedang menyetir mobil dan terlihat tersenyum melihat tingkah keduanya. "Apaan sih mas, itu tuh Juyan lihatin kita terus dari tadi, malu tau..," bisiknya. "Juyan! tutup mata lo!buruan!awas lo berani mengintip!" tegasnya. "Maaf tuan muda, saya sedang menyetir. Bagaimana saya bisa menutup mata saat ini?" ujarnya sambil geleng-geleng kepala mendengar perintah King yang menurutnya tidak masuk akal. "Mas.. udah dong, ntar lagi kita juga mau sa
Setelah selesai makan. King memilih duduk di ruang keluarga sambil memangku laptopnya. Ia kembali melakukan pengecekan tentang mega proyek di daerah Tangerang itu. Sementara Hera sedang berada di dapur. Membantu Ewan mencuci piring. "Hai boss lagi sibuk sepertinya!" tegur Jodi kepada King. "Mengganggu saja nih orang, udah tau gue lagi sibuk. Masih pake nanya lagi!" King hanya mengangguk dan menatap sinis ke arah Jodi. King segera menutup laptopnya. Karena yang ia kerjakan saat ini adalah rahasia perusahaan. Terjadi keheningan diantara keduanya. King terlihat memegang punggungnya pura-pura merasa pegal. Hera keluar dari dapur dengan membawa dua cangkir teh untuk keduanya. Ia lalu meletakkan teh tersebut di atas meja. "Mas..,kamu kenapa?" ujarn