Selamat membaca all 🙏. Terima kasih dukungannya 😇
"kamu masih berani menanyakan apa salahmu? keterlaluan kamu King!" tuan Roland semakin emosi melihat anaknya yang tidak menyadari kesalahan yang telah ia perbuat. "Mami, tolong bilang Hera agar membawa bantal dan selimut untuk King di kamar tamu!" "Apa-apaan sih papi!" kesalnya. "Iya.., iya aku mengaku salah. Sorry!" ucapnya tanpa dosa dan mengacungkan dua jari tanda perdamaian. "Kamu anggap apa istrimu? sampai-sampai kamu terus-terusan menyakitinya?apakah kamu hanya menganggapnya sebagai boneka hidup yang selalu ada di sampingmu kah?" seru tuan Roland sengit. "Kok boneka sih pi, Hera istrikulah masa dia disamaain sama boneka ngaco nih papi lama-lama, iya kan mi?" King mencoba mencari pembelaan kepada ibunya. "Diam kamu! den
Hasratnya untuk mengecup bibir Hera. Hanya cukup untuk angan-angannya saja di pagi ini. Karena istrinya berwajah datar kepadanya. "Aku berendam, makanya aku lama di dalam." Jawab Hera datar. Ia lalu menuju meja rias. Melepas gulungan handuk di atas kepalanya. Dan mulai mengeringkan rambutnya. King hanya melongo melihat sikap cuek istrinya pagi ini. Hasratnya semakin memburu. Ia bertekad harus mencicipi bibir dan leher istrinya sebelum mereka keluar dari kamar. Karena tadi ia mendapat kabar dari Ewan jika si Jodi juga ikut berkunjung di rumah ayah mertuanya. Ia ingin memperlihatkan hasil karyanya kepada Jodi jika Hera hanyalah miliknya seorang. Ia sedang mencari ide untuk meluluhkan hati istrinya yang sedang marah kepadanya. Namun ia masih berpikir caranya bagaimana. "Hera.., kamu kenapa sih
Karena suaminya tidak melepas rangkulannya. Hera pun menggelitik pinggang King. "Waduh sayang.., geli tau!" ujarnya sambil melepas rangkulannya dari pinggang Hera. "Kamu udah berani ya sekarang sama aku?" serunya sambil kembalimerangkul pinggang istrinya dan mencium pipi Hera. Ia tidak mempedulikan Juyan yang sedang menyetir mobil dan terlihat tersenyum melihat tingkah keduanya. "Apaan sih mas, itu tuh Juyan lihatin kita terus dari tadi, malu tau..," bisiknya. "Juyan! tutup mata lo!buruan!awas lo berani mengintip!" tegasnya. "Maaf tuan muda, saya sedang menyetir. Bagaimana saya bisa menutup mata saat ini?" ujarnya sambil geleng-geleng kepala mendengar perintah King yang menurutnya tidak masuk akal. "Mas.. udah dong, ntar lagi kita juga mau sa
Setelah selesai makan. King memilih duduk di ruang keluarga sambil memangku laptopnya. Ia kembali melakukan pengecekan tentang mega proyek di daerah Tangerang itu. Sementara Hera sedang berada di dapur. Membantu Ewan mencuci piring. "Hai boss lagi sibuk sepertinya!" tegur Jodi kepada King. "Mengganggu saja nih orang, udah tau gue lagi sibuk. Masih pake nanya lagi!" King hanya mengangguk dan menatap sinis ke arah Jodi. King segera menutup laptopnya. Karena yang ia kerjakan saat ini adalah rahasia perusahaan. Terjadi keheningan diantara keduanya. King terlihat memegang punggungnya pura-pura merasa pegal. Hera keluar dari dapur dengan membawa dua cangkir teh untuk keduanya. Ia lalu meletakkan teh tersebut di atas meja. "Mas..,kamu kenapa?" ujarn
Lalu ia menanyakan kepada Juyan. "Siapakah yang menyeduh kopi ini?" "Nona Hera, tuan. Bahkan tadi nona menunggui tuan bekerja." "Kok aku nggak tau. Jika ia tadi berada disini?" "Mungkin karena tuan terlalu fokus dengan laptop." "Shit! terus sekarang dia dimana?" "Sepertinya nona muda sudah masuk ke dalam kamar." Mendengar penjelasan Juyan. King segera masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang sedang tertidur pulas. Ia merasa sedikit bersalah sudah mengabaikan istrinya. Ia pun naik ke atas ranjang dan bergabung tidur di atas ranjang. Hera yang sulit tidur dari tadi merasakan ada pergerakan di atas ranjang dan ia tau itu king. Suaminya itu langsung memeluknya dari belakang dan mengecup tengkuknya dengan lembut. Ada p
"Ih apaan sih Mel.""Lo lagi berantem ya sama pak boss?""Sssssttt, jangan keras-keras lo ngomongnya nanti kedengaran yang lain!""Oups! so sorry nona boss," ujarnya sambil mengatupkan tangannya di depan Hera."Lo cerita dong, lo kenapa saat ini? eh tapi gue serius lo, wajah lo memang tidak dapat dikondisikan saat ini.""Ih.., memang kenapa dengan wajahku Mel? ada-ada saja deh kamu." Hera masih menutupinya kepada Amel."Wajahmu itu cemberut saja dari tadi,seperti orang yang tidak makan seminggu. Lo kenapa sih Ra? Lo bisa cerita ke gue. Jangan memendamnya sendiri."Aku.., aku nggak apa-apa kok Mel. Kamunya saja yang aneh," ujarnya mencoba untuk tersenyum. Sebisa mungkin ia menutupi kemelut yang ia hadapi saat ini.Cukup kepada ibu mertuanya ia jujur tidak kepa
"Perkataanmu tidakmu beralasan Ra! apa kurangnya aku sampai kamu tidak menerima cintaku?""Kakak tidak memiliki kekurangan apapun. Kakak adalah orang yang paling baik yang pernah ku temui. Makanya aku menganggap kakak sebagai saudaraku sendiri." Namun Fred seakan tidak peduli dengan alasan yang diberikan Hera kepadanya.King semakin geram ia ingin menghajar Fred. Namun itu tidak mungkin ia lakukan karena ia juga harus menjaga situasi tetap kondusif saat ini.Ia pun menginstruksikan kepada Juyan agar mereka segera keluar dari restoran itu melalui pintu samping."Ra.., please kenapa kamu tidak bisa menerima perasaanku kepadamu? tolong beri aku kesempatan untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku." Hera menghela napasnya dengan panjang mendengar perkataan Fred. Ia pun mengambil keputusan untuk jujur saja kepada Fred jika ia sudah menikah."Kak.., maaf.
Setelah selesai menikmati es krim. King memaksa untuk pulang karena hari sudah menjelang malam. Sepanjang perjalanan wajahnya ditekuk terus. Padahal ia dan Hera bergandengan tangan. Juyan yang sedang menyetir terlihat tersenyum melihat tingkah King yang sedang cemburu. Sesampai di rumah, King langsung menuju kamar mereka di lantai atas. Ia melewati nyonya Yesi tanpa sedikitpun menyapanya. Hera berjalan dibelakang suaminya. Tapi langkahnya dihentikan oleh ibu mertuanya. "King kenapa? kok mukanya cemberut begitu?" "Nggak tau tuh mi, nanti deh aku tanyain mas King." "Ya sudah kamu sabar-sabar ya menghadapi sifat suamimu. Mungkin dia sedang cemburu saat ini," ujar Sang Mami. "I..iya mi, saya ke atas dulu." ujarnya gugup. Ia juga berpikir mungkin saja suaminya itu sedang ce