Ketiganya sampai di restoran itu. Mereka pura-pura selesai meeting sesuai skenario King. "Eh.., itu bukannya pak Boss ya?" ujar Amel tiba-tiba. Sambil menunjuk ke arah meja King sedang berada saat ini. Hera melotot saat melihat King juga berada di restoran yang sama. Ia berdiri dan pura-pura ke toilet namun tangannya ditahan Amel. Lalu membawanya ke meja King berada. "Maaf tuan Fred, sepertinya boss Kingmau melanjutkan meetingnya dengan kami para tim desain interior terutama kepada Hera sebagai pemimpin divisi bagian desain," keduanya pun meninggalkan meja yang ada Fred dan Andro dan menuju ke tempatdimana King berada. "Selamat sore pak boss, kami sudah memulai lebih dulu di tempat ini sambil menunggu pak boss dan tim datang," ucap Amel menjelaskan. Hera masih mencoba untuk menyimak semua karena ia masih heran sejak kapan Amel dan King terlihat akrab seperti
"Hera belum tau mi, aku ingin menjelaskan kepadanya, namun saat ini komunikasi kami sedang tidak baik," ujarnya sambil memelas. "Menurut mami, ada baiknya semua barang-barang kenanganmu dan Gladis sudah saatnya kamu singkirkan, kamu harusnya menghormati perasaan istrimu, ia pasti kecewa melihatmu yang masih menyimpan kenangan mu dengan mantanmu," Sang Mami mencoba menasihati anaknya dengan bijak. "Tapi.., Gladis kan sudah tiada mi, masa aku harus membuang semua kenangan kami?" King kurang setuju dengan ucapan nyonya Yesi. "King.., Hera itu masa depanmu, sedangkan Gladis adalah masa lalumu, kamu pilih yang mana? jangan sampai kamu masih hidup dengan masa lalumu, dan mengabaikan Hera yang menjadi masa depanmu, pilihan ada ditanganmu. Tapi mami berharap kamu jangan menyia-nyiakan Hera. Dia itu gadis yang baik. Mami sangat suka dengannya. Berpikirlah lebih jernih King, masa
King melepas pelukannya. Lalu kembali menatap mata istrinya. "Sayang.., aku menunggu jawaban darimu..," Hera menunduk malu. "Memangnya aku harus menjawabnya mas?" ujarnya gugup. "Iya dong sayang.., ayo buruan aku nungguin nih honey..," godanya kepada istrinya. "I..i love you tou my husband..," ucapnya, lalu dengan cepat King menyambar bibir Hera lalu melumatnya habis-habisan. Ia seperti kehilangan akalnya. Ia juga tidak lupa bermain di leher istrinya. Hera hanya bisa pasrah saat tangan King mulai bergerilya ditubuhnya. King mencoba melawan naluri memangsanya, ia tidak mau terburu-buru meminta haknya. Cukup untuk malam ini bermain di atas bibir istrinya dan di leher istrinya serta meraba-raba dari luar baju tidurnya. Ia ingin mereka menikmati masa-masa pacaran dulu. Ia lalu melepas ke
Hera keluar dari mobil dengan wajah cemberut karena bekas bibir King bertengger di lehernya dan meninggalkan noda merah disana. Sepanjang perjalanan menuju kantor Sekretaris Wina terlihat senyum-senyum sendiri melihat leher Hera yang memerah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Sementara Sang Pelaku, terlihat sangat ceria hari ini. Ia menyapa semua orang yang ia jumpai di kantor, tentu saja sikapnya ini berbeda dengan hari-hari kemarin. Hal itu sontak membuat para bawahannya merasa terheran-heran. Juyan yang ada disampingnya hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia mengakui kedatangan Hera dihidup Sang Boss sangat memberi pengaruh besar, yang membuat King lebih manusiawi kembali dari sebelumnya. Hera sampai di ruangan dimana divisinya berada. Iasegera menuju toilet dan melihat bagian lehernya yang memerah melalui cermin yang ada di dalam toilet itu.
Namun sepertinya Andro tidak percaya namun ia juga berpikir untuk apa Amel berbohong kepadanya mengenai Hera. Sementara di ruang CEO, Hera dan King sedang menikmati makan siang mereka. "Sayang.., kamu suapin aku ya, aku mau periksa beberapa dokumen nih," King beralasan untuk memeriksa beberapa pekerjaan. Padahal ia ingin disuapi oleh istrinya. Hera dengan telaten menyuapi King yang terlihat sibuk di depan laptop. Tiba-tiba ponselnya yang berada di atas meja berdering terlihat dari layar jika yang menghubungi adalah Andro. "Sebentar ya mas, aku angkat telpon dulu," ujarnya lalu meletakkan piring ke atas meja. "Halo Ndro, oh iya.., saya hampir lupa, baiklah saya akan kesanasegera," lalu Hera mematikan panggilan dari Andro. King terlihat mengepalkan tangannya.
Acara wisuda Ewan baru saja selesai. Pak Tobi ikut bangga saat nama Ewan diumumkan sebagai salah satu wisudawan terbaik di kampusnya. Ada rasa bangga dihatinya walaupun Ewan bukanlah putra kandungnya. Hera dan King juga turut mengucapkan selamat kepada Ewan. Bahkan King menawarkan pekerjaan kepada Ewan di kantornya. Namun Ewan menolaknya. Karena ia sudah diterima lebih dulu di perusahaan besar yang juga berada di Jakarta. King mengajak keluarga Sang Istri untuk merayakan kelulusan Ewan dengan makan di sebuah restoran mewah yang berada di daerah Jakarta Selatan. Disaat mereka sedang asyik menikmati makan malam mereka, ada seorang pria yang mengenali pak Tobi. "Om Tobi?" kagetnya. Pak Tobi berpikir keras dan mengenali siapa anak muda yang saat ini berada di depannya. "Nak Jodi..," ia langsung mengenali
Hera keluar dari kamar mandi. Ia lalu menuju meja rias yang ada dikamar mereka. Ia sengaja menyisir rambutnya dan memperlihatkan leher jenjangnya. Biasanya jika ia melakukan itu. King dengan cepat akan melompat ke arahnya dan menerkamnya untuk mengecup lehernya dan meninggalkan beberapa bekas merah disana. Namun yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan apayang terjadi sebelum-sebelumnya. Ia menghela napasnya panjang bingung dengan sikap suaminya. Ia lalu mendekati tempat tidur lalu berkata. "Mas.., sepertinya mas sibuk banget, apakah mas mau jika aku bikinin kopi?" ujarnya lembut kepada suaminya. Namun King tetap tidak menggubris omongan istrinya. Namun Hera tidak menyerah, ia ingin tau kenapa suaminya diam saja dari tadi. Ia lalu menyentuh lengan suaminya lalu ber
"Ra.., sebenarnya.., sebenarnya.., sudah sejak di bangku kuliah, aku ingin mengatakan hal ini. Namun sepertinya saat ini waktu yang tepat aku mengatakan yang sesungguhnya kepadamu," "Ra.., sebenarnya.., aku.., aku.., selama ini sudah sangat me.., me..," belum sempat Andro mengutarakan isi hatinya. Tiba-tiba King mucul dihadapan keduanya. "Mas King..," Hera kaget dengan kedatangan King. Dengan cepat King berjalan menuju kearah istrinya berada dan langsung meraih tangan Hera dan menggenggamnya dengan erat dan melewati Andro lalu berkata, "urusan kita belum selesai!" ketusnya. Kingsegera menarik tangan Hera dan berlalu dari situ. Terdengar suara Amel dari arah luar, "cie.., cie yang tangannya digenggam pak boss," Amel masuk ke divisinya dan melihat wajah pucat Andro. &