Beranda / Romansa / THE HERA'S KING / Bab 151 - Bab 155

Semua Bab THE HERA'S KING: Bab 151 - Bab 155

155 Bab

151. Semua menjadi jelas

Pagi hari pukul enam, Hera terbangun dan merasakan badannya terasa capek. Ia melihat sekelilingnya, "aku ada dimana?" gumamnya dalam hati. Ia lalu mengitari pandangannya di dalam ruangan itu. Akhirnya ia tau jika ia sedang berada di dalam rumah sakit. Tangannya juga telah di infus, ia lalu mengingat bayi di dalam kandungannya."Bayiku.., apakah kamu baik-baik saja nak?" Hera mulai terisak, dan menangis tersedu-sedu. Tuan Roland dan Nyonya Yesi yang sedang menjaga Hera seketika terbagun dari sofa yang mereka tiduri. "Pi.., Hera sudah sadar! segera hubungi dokter!" pinta nyonya Yesi kepada suaminya.Sementara ia sendiri menghampiri ranjang tempat Hera terbaring. "Ra.., kamu sudah bangun?" sapa nyonya Yesi lembut. "Mi.., bayiku mi.., bayiku bagaimana mi?" isaknya lagi. "Kamu tenang ya Ra, cucu mami
Baca selengkapnya

152. Ritual suci

Beberapa bulan kemudian, "Sayang.., i'm home baby.., where are you?" ucap King setengah berteriak mencari keberadaan istrinya di dalam kamar. "Aku disini mas," jawab Hera yang baru saja selesai mandi. "Kamu baru selesai mandi sayang? ayo buruan, aku akan mengantarmu ke rumah sakit," ujar King lagi. "Lho mas, bukannya pagi ini kamu akan menghadiri meeting penting?" seru Hera bingung. Soalnya mami Yesi mengatakan jika suaminya sangat sibuk hari ini jadi, ibu mertuanya yang akan menggantikan King untuk mengantarkannya ke rumah sakit. "Sayang.., yang terpenting bagiku saat ini hanya kamu dan bayi kita, yang lain mah.., lewat! lagian kamu nggak usah kuatir ada dua tim kuat yang ikut mendukung suksesnya perusahaan kita," jelas King kepada istrinya. "Maksud mas, tim kuat yang bagaimana sih?" 
Baca selengkapnya

153. Baby K, Kirani Putri Elwood

"Sayang.., pelan aduh..," King merasa sangat kesakitan karena untuk kesekian kalimya Hera menancapkan kuku-kukunya di lengan King. Saat ini Hera sedang berjuang di ruang persalinan untuk melahirkan bayi pertama mereka.King yang sok jago, melarang mami Yesi dan mama Lisma untuk menemaninya masuk ke ruang bersalin. Alhasil ia yang menjadi bulan-bulanan istrinya yang sedang berjuang melahirkan bayi mereka. Hera terlihat menahan rasa sakit yang teramat sangat, namun bibirnya sama sekali tak mengeluh, hanya sorot matanya yang mengeluarkan banyak air mata, mengisyaratkan rasa sakit yang mendalam. "Sayang.., semangat baby, kamu pasti bisa!" King mencoba menyemangati Hera, ia juga menyeka keringat yang sudah bercampur air mata di wajah istrinya. "Bu Hera, sekali lagi kita coba, kepala si kecil sudah mulai nongol nih, tarik napas dalam-dalam, l
Baca selengkapnya

154. Lui si posesif

Empat tahun kemudian, "Kiran.., anak Daddy, Where are you baby..," ucap King yang mulai mencari keberadaan anak sulungnya itu di setiap ruangan dalam rumahnya, karena tadi ia sengaja mampir ke sekolah anaknya untuk menjemputnya, namun gurunya mengatakan jika si anak sudah dijemput duluan oleh seseorang.Jelas saja ia sangat kuatir karena Bu Gurunya kurang kenal dengan orang itu, ia hanya berkata jika ia adalah sopir keluarga Elwood. Ditambah lagi, istrinya Hera sedang ngambek dengannya sudah dua hari ini. Semua gara-gara putranya yang lahir setelah dua tahun Kiran hadir dalam kehidupan mereka. Lui Putra Elwood, demikian nama putra mereka. Walaupun Lui masih berumur 2 tahun namun tingkahnya seperti anak yang berumur lima tahun, ia sering kali menjalihi King. Satu per satu King menyebut nama-nama orang yang ada di rumahnya. Namun tidak ad
Baca selengkapnya

155. The last

Lui langsung mencari sang mommy. "Selamat sore jagoan Opa?" sapa tuan Roland kepada cucunya.   "Oma, Mommy kemana, kok nggak kelihatan?" ia bukannya membalas sapaan kakeknya. Ia malah menanyakan keberadaan sang mommy. Jadinya tuan Luther menjadi terbengong-bengong dengan sikap cucunya itu.   Sifat Lui bertolak belakang dengan sifat kakaknya Kiran yang menyapa kedua kakek dan neneknya dengan semangat.   "Welcome home.., Oma, Opa," ucap Kiran lalu memeluk keduanya.   "Lui.., kamu nggak kangen sama Oma?" Nyonya Yesi pura-pura sedih. Ia sangat tau kelemahan cucunya.   "Tentu saja, Lui kangen Oma," ujarnya lalu memeluk omanya dengan erat. Namun ia tidak mau memeluk opanya.   "Opa jangan sedih ya, sini main sama aku saja," Kiran mengetahui raut kesedihan di&n
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status