Home / Romansa / CATATAN UNTUK SENJA / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of CATATAN UNTUK SENJA: Chapter 1 - Chapter 10

46 Chapters

PROLOG

 ***"Devan Mahendra Aditama, siswa pindahan dari SMA Rajawali.""Alzera Senja Maharani, siswi terpintar di SMA Nusa Bangsa." Senja menerima jabatan tangan itu.Devan mengangguk dan lebih dulu memutus jabatan tangan keduanya. "Buku diary? Lo suka nulis dibuku diary?"Senja berdiri dari duduknya, dan menutup buku diary yang ada di tangannya. "Banyak mimpi yang nggak semuanya dapat terwujud, dan banyak cerita yang nggak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Jadi, Senja lebih suka menuliskan mimpi dan cerita di dalam buku diary ini."Devan mematung, setelah menjawab pertanyaan Devan. Senja pun berlalu pergi, namun satu langkahnya terhenti karena seorang laki-laki telah menghadangnya."Ja, kamu menjadi juara satu lomba olimpiade sains tingkat provinsi, yang diadakan minggu lalu.""Senja!! Selamat, atas kemenangan kamu."Langit Septian Dirgantara, laki-laki yang selama ini menjadi teman setia bagi Senja. Langit, bagaikan te
Read more

Bab 1-Kehadiran yang Tidak Dinantikan

*** Kringg!! "Ja, katanya ada murid baru yang mau masuk di kelas ini." "Siapa?" "Aku juga nggak tahu, Ja. Tapi, kayanya murid barunya laki-laki deh. Soalnya, kelas kita 'kan lagi kekurangan murid laki-laki." "Selamat pagi, anak-anak." Seorang guru memasuki ruang kelas, membawa seorang siswa di sampingnya. Setelah jam masuk berdering, seluruh siswa-siswi pun berbondong-bondong untuk memasuki ruang kelas mereka masing-masing. "Hari ini, Ibu membawa teman baru untuk kalian semua. Silakan perkenalkan diri kamu ke teman-teman, setelah itu cari bangku yang kosong, ya." "Tuh 'kan bener murid barunya laki-laki." "Saya Devan Mahendra Aditama, pindahan dari SMA Rajawali." "Ja, ganteng banget, ya," ucap Aura--sahabat Senja. "Siapa?" "Ya, itu muridnya barunya. Nam
Read more

Bab 2-Perjodohan Membuatku Bersamamu

***"Ja, piala kamu kenapa nggak dimasukin tas aja? Nanti kalo jatuh, gimana?""Nggak akan jatuh, Lang. Lagian, Senja pegang pialanya bener kok. Dan, sampai rumah Senja mau langsung kasih kabar bahagia ini ke ibu. Pasti, ibu bakalan kasih hadiah buat Senja, karena udah menang lomba lagi," ujar Senja dengan senyuman sumringah."Besok-besok biarin aku yang menang diperlombaan, jangan kamu terus yang dapat piala. Aku juga mau, Ja," kata Langit sambil terus mengayuh sepedanya di tengah jalanan yang sepi."Iya, Lang. Senja, juga bingung mau taruh piala ini di mana, karena semua lemari di kamar Senja itu udah penuh sama piala kejuaraan. Kalo perlu, Senja kasih beberapa piala ke Langit. Mau?""Ja, piala-piala itu adalah bukti dari semua bakat dan kepintaran kamu. Dan, piala itu juga menjadi hasil dari usaha-usaha kamu selama ini. Jadi, aku nggak mau menerima piala kamu. Aku mau dapat piala, denga
Read more

Bab 3-Buku Diary dan Cokelat Kacang

***"Ja, kamu mau beli buku diary yang kaya gimana lagi?" tanya Langit saat keduanya sudah menaiki sepeda, untuk menuju ke toko buku langganan."Buku diary yang bisa buat simpan foto, Senja belum punya buku diary kaya gitu," jawab Senja tetap menjaga keseimbangannya, karena ia membonceng sepeda Langit di belakang, yang tidak ada jok-nya. Sehingga, Senja harus berdiri di kedua pedal sepeda supaya menjadi tumpuan kakinya."Langit, serius mau beliin Senja buku diary?" Ketika sampai di depan toko buku langganan mereka berdua, Senja turun dari sepeda itu dan bertanya."Serius." Langit langsung menstandarkan sepedanya, dan meraih tangan Senja untuk masuk ke dalam toko buku."Kamu tinggal pilih mau buku diary yang mana, nanti aku yang bayar," kata Langit."Senja, mau semuanya."Langit mengembuskan napas berat, lantas menangkup pipi Senja. "Ja, uang aku nggak cuku
Read more

Bab 4-Tenggelamnya Senja diLangit Gelap

***"Ya, buat saling kenal. Gue 'kan siswa baru di kelas lo sama Senja, jadi gue mau berteman sama kalian berdua," jawab Devan sedikit gugup."Oh, gitu. Okey aku akan kasih tahu semuanya tentang Senja, biar kita bisa akrab dan berteman baik.""Jadi, lo mau kasih tahu 'kan semuanya tentang Senja?"Aura menyeringai senyumannya. "Iya, mau.""Senja! Jangan hujan-hujanan!" tegur Langit membuat pandangan Aura dan Devan terputus, suara itu mengalihkan pandangan keduanya."Langit, harus terbiasa sama hujan." Senja meraih kedua tangan Langit, lantas mengajaknya berdansa di bawah guyuran air hujan."Lihat, Senja itu cewek yang selalu ceria. Dia, nggak pernah membagi kesedihannya ke orang lain, bahkan ke aku dia selalu kelihatan bahagia.""Apa dia selalu menutupi lukanya?""Mungkin, dia membagi semua luka dan kesedihannya itu di buku
Read more

Bab 5-Awal Pendekatan Membuat Dilema

***"Pagi, Senja ..," sapa Aura mendekat."Pagi juga, Ra. Tumben udah berangkat jam segini? Biasanya, masih ....""Masih tidur? Ya, nggak lah. Mulai hari ini, seorang Aura Margareta akan bangun pagi. Dan, berangkat sekolah lebih awal," potong Aura menyeringai senyuman, sambil memainkan kedua alisnya."Kesambet setan apa, Ra?" tanya Senja meledek."Kesambet cowok ganteng, yang lagi main basket di sana," tunjuk Aura terperangah."Banyak cowok yang lagi main basket di sana, Ra.""Ih, Senja! Itu loh, yang lagi pegang bola basket," tunjuk Aura lagi.Senja memicingkan mata, ia melihat seorang Devan yang tengah mendribble bola basket di tangannya, untuk memasukkannya ke dalam ring."Yes!! Masuk!!!" jerit Aura lompat-lompat kegirangan."Senja!" panggil seseorang dari belakang, membuatnya berbalik.
Read more

Bab 6-Diary yang Saling Jatuh Cinta

***"Langit, duduk di sini dulu, ya." Senja melepaskan genggaman tangan Langit, lantas ia memasuki kelasnya untuk mengambil tissu di dalam tas."Heh, lo nggak usah ngambil perhatiannya Senja. Gue tahu, lo cuman pura-pura mimisan biar Senja peduli sama lo 'kan." Devan tiba-tiba saja datang menghampiri Langit."Pura-pura mimisan gimana? Jelas-jelas lo yang udah buat gue kaya gini, apa lo sengaja melempar bola voli itu ke hidung gue tadi? Biar kelompok gue kalah?" Langit berdiri dari duduknya, mendorong Devan cukup kasar."Kalo gue sengaja kenapa? Gue lakuin itu, karena gue nggak mau Senja sedih.""Ini ada apa?" tanya Senja mendekat."Ja, obatin lukanya di kelas aja," ajak Langit meraih tangan Senja."Apa-apaan! Senja, harus merayakan kemenangan kelasnya.""Lo itu udah gede, masa obatin luka mimisan aja nggak bisa. Senja, nggak perlu bantu lo
Read more

Bab 7-Bertamu Untuk Bertemu Ibu

***"Senja sama Devan nggak pacaran, Bu.""Alhamdulillah kalo gitu, biar kamu bisa Ibu jodohkan."Senja mengembuskan napas berat. "Senja, tetap nggak mau dijodohkan, Bu."Tuk! Tuk!"Biar Senja aja yang buka pintunya." Senja melangkah ke ruang tamu kembali, untuk membuka pintunya."Aura!!" seru Senja dibalas pelukan darinya. "Senja.""Om, Tante. Apa kabar?" tanya Senja meraih tangan keduanya, setelah berpelukan dengan Aura."Baik Senja.""Senja, siapa yang datang?" tanya Mawar menghampiri Senja di ambang pintu."Aura sama keluarganya, Bu.""Aura datang ke sini sama Papah dan Mamah, mau kasih oleh-oleh, buat Ibu dan Senja.""Ayo masuk dulu, Ra. Shinta kamu apa kabar? Lama kita nggak bertemu," ucap Mawar memeluk Shinta--Mamah Aura."Alhamdulillah, ak
Read more

Bab 8- Penyusunan Rencana Untuk Senja

***"Itu orangnya baik-baik aja nggak, ya? Aduh, bapak sih. Kenapa nyetirnya nggak hati-hati, jadinya tabrakan sama motor 'kan."Langit bergegas keluar dari mobil itu, menghampiri pemilik motor yang sempat ditabrak oleh mobilnya. "Mas, gakpapa?" tanya Langit."Gue sih gakpapa, tapi lihat motor gue lecet!" serunya memandang Langit."Lah, lo ...." Langit menganga, ketika mendapati pemilik motor itu; ialah Devan."Oh, jadi lo yang udah nabrak gue? Tanggung jawab, gue nggak mau tahu lo harus tanggung jawab.""Bukan gue yang nabrak lo, ya. Tapi supir taksi ini, lagi pula motor lo cuman keserempet sedikit, jadi gue nggak perlu buat tanggung jawab," bantah Langit."M-maaf, Mas. Saya nggak sengaja, soalnya tadi saya buru-buru mau mengantarkan penumpang ke Bandara." Supir taksi yang mengemudikan mobil itu pun merunduk, merasa bersalah."Bapak, ngga
Read more

Bab 9-Hari Libur Bersama Devan

***"Senja, bangun!!"Suara jam beaker tidak membangunkan Senja, bahkan teriakan dari Mawar pun tidak membuat Senja bangun dari tidurnya. Satu-satunya jalan, supaya Senja terbangun; ialah menyiram wajahnya menggunakan air dingin."DINGIN!" jerit Senja langsung terduduk di atas tempat tidurnya."Dingin 'kan?!" Suara di sampingnya, membuat Senja mengucek mata dan menengok."Ibu! Kenapa siram Senja pakai air!" sembur Senja."Ini baru air dingin, belum air panas.""Bu, ini hari Minggu. Jadi, gakpapa kalo Senja bangun siang, lagian setiap malam Senja itu sibuk belajar jadi sekarang Senja mau tidur seharian," ucap Senja."Hari ini nggak ada kata tidur! Kamu harus bangun, mandi dan siap-siap!" tegas Mawar berkacak pinggang."Siap-siap memangnya mau ke mana, Bu?""Orang tua jodoh kamu, mau bertamu lagi hari ini. D
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status