Home / Romansa / CATATAN UNTUK SENJA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of CATATAN UNTUK SENJA: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Bab 30 - Apakah Benci Bisa Bersatu?

***"Jadi guys!! Ada murid baru di kelas sebelas IPA 1 yang akan menikah dengan teman kelasnya sendiri. Waw! Kira-kira kalian semua penasaran nggak? Siapa cewek yang beruntung, untuk dinikahi sama murid baru itu.""Siapa? Kasih tahu dong." Suara sorakan dari berbagai pertanyaan pun menggema, di area kantin. Sehingga, Senja yang tengah menikmati semangkuk bakso bersama Devan, akhirnya terhenti untuk mendengarkan perkataan dari seorang perempuan, yang masih berdiri di atas meja kantin."Devan Mahendra Aditama, murid pindahan yang tiba-tiba mau menikah sama siswi cupu, polos tapi berbakat di pelajaran sains. Siapa lagi kalo bukan, Alzera Senja Maharani. Salah satu siswi yang selalu merasa pintar, dan terus memenangkan perlombaan di berbagai macam olimpiade.""Wah? Nggak mungkin, masa cewek cupu bisa mendapatkan hatinya seorang Devan. Yang jelas dia murid terfavorit di sekolahan ini, karena dia ganteng, keren,
Read more

Bab 31 - Cemburu Melihat Dia Bersamamu

***"Devan, tunggu di sini dulu, ya. Senja mau ganti baju, setelah itu kita toko cokelat."Sesampainya di rumah Senja, Devan justru dibuat menunggu olehnya. Namun, selama menunggu Senja mengganti pakaiannya, Devan sedikit berbincang dengan Mawar. Hanya untuk membahas hubungan perjodohan, antara dirinya dengan Senja."Mamah, kamu bilang. Sebelum kamu dan Senja ujian nasional, kalian berdua harus bertunangan lebih dulu. Setelah itu, kalian berdua bisa menikah sesudah lulus SMA.""Iya, Tante. Devan udah setuju kok, karena Senja juga udah menerima perjodohan ini. Jadi, Devan dan Senja akan mengikuti kemauan Tante, papah dan mamah.""Setelah menikah, kamu mau melanjutkan kuliah?" tanya Mawar dengan tatapan dalam pada Devan, sementara Devan merunduk sebelum menjawab pertanyaan tersebut."Kayanya, Devan mau mengurus bisnis papah aja, Tan. Tapi, Devan nggak akan melarang Senja, kalo memang Senja mau melanjutkan pendidikannya, dan berkuliah di univer
Read more

Bab 32 - Tapi, Aku Sungguh Mencintaimu

***Senja mendengus kesal, ia melangkah keluar dari ruang perpustakaan itu. Disusul, dengan Aura yang juga berlalu pergi dari sana. Sementara, Neysa tersenyum manis sebagai balasan karena Langit telah menyelamatkan dirinya."Lain kali, hati-hati." Langit yang hendak beranjak pergi, tetapi dicegah oleh Neysa begitu saja."Ah, Langit. Mau membaca buku ini bersama?" tanya Neysa sambil menunjukan judul buku novel di tangannya, kepada Langit."Maaf, Sa. Aku mau main basket, sama anak-anak yang lain di lapangan." Langit berbalik, dan meninggalkan Neysa di perpustakaan.Neysa hanya bisa mengembuskan napasnya singkat, ia berjalan menghampiri meja perpustakaan, untuk membaca buku novel di sana seorang diri, tanpa ada yang ingin menemaninya. Sedangkan, Langit mulai bersiap di tengah lapangan, untuk bermain basket dengan teman kelasnya."Ja, Aura masih nggak menyangka, kenapa Langit
Read more

Bab 33 - Ujian Kenaikan Kelas

*** Hari yang dinantikan selama satu Minggu pun akhirnya tiba, setelah melewati beberapa ulangan harian dan tugas-tugas sekolah. Kini saatnya, seluruh murid dihadapkan dengan ujian kenaikan kelas. Setelah menjalankan ujian selama satu Minggu penuh, seluruh murid pun akan memasuki ruang kelas baru dan naik tingkat. Sesuai dengan nilai yang didapatkan, selama mengikuti ujian kenaikan kelas."Ujian hari pertama, bagaimana perasaan kamu, Ja?" tanya Aura yang terus memainkan bolpoin di tangannya, sebelum bel masuk berbunyi."Lumayan ... tegang," ujar Senja dengan ucapan yang terhenti sebentar. Seluruh murid dibuat menunggu, di depan ruang kelasnya masing-masing. Sebelum bel masuk berbunyi, mereka semua tidak diperbolehkan untuk masuk ke dalam kelas. Hingga, guru yang sudah ditugaskan sebagai panitia, memasuki ruang kelas sesuai dengan jadwalnya. Dan, bel masuk pun berbunyi, membuat perasaan para murid semakin berkecamuk."Semoga kita
Read more

Bab 34 - Kamu Lebih Memilih Dia

***   "Lo mau bicara apa?" tanya Devan setelah ia tiba di sebuah cafe, tempat tongkrongannya bersama dengan Nabil dan anak SMA Rajawali dahulu. Namun, saat ini Devan sudah tidak pernah lagi mengunjungi cafe tersebut, karena statusnya yang bukan lagi menjadi murid SMA Rajawali, dan alasan lain ialah menjadi jodoh Senja.  Nabil hanya tersenyum miring, sembari mengangkat kedua kakinya di atas meja kayu berbentuk bundar. Devan mengeraskan rahangnya, dan berdiri dengan sedikit pukulan pada meja tersebut. "Gue nggak mau buang waktu, hanya untuk melihat cowok berandalan kaya lo di sini!" serunya. Lantas, Devan pun berbalik. "Lo yakin mau pergi, sebelum mendengarkan perkataan gue?" Suara itu menembus gendang telinga Devan, membuat langkahnya terhenti. "Apa yang lo mau, Nabil!" teriak Devan mendekatinya, lalu menarik kerah seragam Nabil. Sehingga, keduanya saling berhadapan. "Gue jelas mau jodoh lo, dan lo tahu itu. Jadi, batalkan per
Read more

Bab 35 - Benarkah Tidak Ada Rasa?

***Hari berlalu begitu cepat, bahkan masa-masa ujian kenaikan kelas telah usai. Kini, ruang kelas telah berbeda dari sebelumnya. Senja, Aura, Devan telah berhasil mendapatkan nilai tinggi, untuk memasuki ruang kelas dua belas IPA 1 sementara Langit dan Neysa memasuki ruang kelas dua belas IPA 2.Suasana berbeda di dalam ruang kelas itu, karena saat ini mereka sudah menjadi seorang Kakak tingkat, bagi adik-adik kelas dan murid baru di SMA Nusa Bangsa. Jabatan sebagai ketua OSIS telah didapatkan oleh Devan, sedangkan Langit menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Keduanya saling bekerja sama, untuk melaksanakan orientasi.Di hari ini, semua murid baru sudah mempersiapkan diri di lapangan upacara. Dengan berbagai peralatan, yang telah ditentukan dari para anggota OSIS. Devan, selaku ketua OSIS pun berbicara di hadapan para murid baru, untuk menjelaskan beberapa peraturan selama masa orientasi. Para murid perempuan terperangah, memandang ketampanan dari wajah Devan yang
Read more

Bab 36 - Seluruh Dunia Tau, Aku Jodohmu

 ***Senja memundurkan langkahnya, sehingga jemari Devan yang tengah memegangi dagu Senja pun terlepas. "Ja, kalo memang lo mencintai Langit ....""Devan! Mana mungkin, Senja mencintai Langit. Senja itu menganggap Langit teman, nggak lebih. Hanya teman, Devan." Setiap perkataan itu, terdapat penegasan yang cukup jelas dari Senja. Sedangkan, Langit yang mendengarnya dari kejauhan langsung merunduk, dan kembali mengayuh sepedanya untuk menuju ke rumah Aura.Bola mata Senja, tidak sengaja menangkap kedatangan Langit dan Aura di sana. "Sampai bertemu nanti malam Devan," ujar Senja berbalik, dan membuka pintu gerbang rumahnya."Ja, gue tahu perasaan lo yang sebenarnya. Lo nggak benar-benar mencintai gue, bahkan mungkin kalo lo mencintai gue. Perasaaan cinta itu, nggak lebih besar dari perasaan cinta lo ke Langit. Begitu sebaliknya, dulu gue juga sangat mencintai Neysa. Karena dia cinta pertama gue dan karena itu gue susah buat melupakan Neysa."
Read more

Bab 37 - Menjaga Jodoh Orang

***"Kenapa cari Langit, Ja? Sekarang 'kan udah ada Devan jodoh kamu, jadi kamu nggak perlu lagi memikirkan Langit," balas Aura."Ra, bagaimanapun Langit itu tetap sahabat Senja. Jadi, Senja nggak bisa sehari aja nggak memikirkan Langit. Karena bagi Senja, Langit itu segalanya."Kening Devan berkerut, saat mendengarnya. "Terus, gue bagi lo apa, Ja? Orang ketiga, dalam hubungan persahabatan kalian?"Senja langsung terperanjat, ia menangkap Devan di hadapannya. Senja tidak menyadari, jika sejak tadi Devan tengah bersamanya. "Bukan gitu maksud Senja, Devan.""Udahlah, Ja. Sekarang yang harus kamu pikirkan itu, ujian nasional sama Devan karena dia jodoh kamu." Aura mengatakannya begitu lantang, sehingga perbincangan itu pun berakhir. Kala Senja yang beranjak pergi, dari area kantin."Senja!" panggil Devan tidak diperdulikan oleh Senja, namun kedatangan Neysa telah menahan Devan, untuk tidak pergi dari kantin.Sementara itu, Senja tetap an
Read more

Bab 38 - Mewujudkan Keinginan Senja

***Langit meletakkan buku-bukunya di atas tempat tidur, dan meraih kedua tangan Senja yang berada di pangkuan. "Ja, sampai kapan pun kita berdua akan menjadi sahabat. Bahkan, kalo perlu sampai tua.""Langit, janji sama Senja, ya. Jangan pergi meninggalkan Senja sendiri, karena Senja nggak bisa hidup tanpa Langit."Langit meraih tubuh Senja, untuk membawanya ke dalam dekapan. "Aku nggak bisa janji, Ja. Karena setelah lulus, aku akan pergi ke Amerika buat melanjutkan pendidikan di sana," bisik Langit membuat air mata Senja tumpah."Langit, kenapa harus pergi," ucap Senja parau."Karena aku dapat beasiswa di salah satu universitas, yang ada di Amerika." Lantas, Langit melepaskan pelukan itu, dan menghapus air mata Senja. "Kamu tahu 'kan, Ja. Kalo impian aku itu menjadi dokter, dan masa depan aku itu ada di sana. Jadi, aku harus pergi ke Amerika untuk meraih masa depan aku.""Langit, berbeda sama Devan. Devan bilang masa depannya itu Senja. Tap
Read more

Bab 39 - Maaf, Aku Sudah Mencintaimu

***"Ajak Langit juga, ya," balas Senja dengan senyuman lebar. Lantas, mereka bertiga beranjak dari area kantin, untuk menemui Langit di perpustakaan."Ke dermaga? Ngapain? Ini masih siang, jadi mataharinya belum tenggelam," balas Langit setelah mendapat ajakan dari Senja dan juga Aura."Kita mau ke dermaga, bukan buat melihat matahari tenggelam, Langit.""Iya, kita cuman mau mewujudkan keinginan Senja, sebelum kelulusan sekolah," sambar Aura membuat Langit langsung menutup buku komik, yang sejak tadi sedang ia baca."Kita bolos sekolah hari ini?" tanya Langit memandang mereka bertiga, secara bergantian. Lantas, mendapat anggukan cepat dari Aura.Kali ini mereka lebih memilih untuk membolos, karena sudah tidak waktu bagi mereka bersenang-senang. Sebelum ujian nasional tiba, dan sebelum Senja menikah dengan Devan. Sehingga, Langit pun mengiyakan permintaan Senja dan Aura, untuk segera meninggalkan sekolah ketika jam pelajaran."Setelah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status