Sebenarnya, hanya ada satu hal yang membuat Vero keluar dari bilik ruang kerjanya. Ruang kerja berisi satu meja panjang dari keramik dengan satu kompor doble dan satu kompor singgel. Ruang kerja yang isinya lebih banyak perabotan dan berbagai bahan mentah, setengah jadi atau pun matang. Hanya ada satu alasan yang membuatnya harus pergi keluar dari sana. Meninggalkan adonan roti setengah jadinya, meninggalkan adonan agar-agar yang masih panas, bahkan meninggalkan adonan tepung hankwe, gula, dan santan begitu saja. Bukan menuju gudang, ia sudah bosan dengan tempat itu. Lagi pula, hanya karena benda yang ia cari ini tidak ada di sana lah akhirnya ia berjalan ke arah lain. Belok kiri, melewati lapak kopi milik Wilda di sisi kanan atau tepatnya di depan bilik Dhita, dan meja kasir di sisi kiri tepat di depan biliknya. Kedua kakinya dengan tenang meniti satu demi satu anak tangga. Deretan anak tangga yang
Read more