Home / Romansa / Bukan Istri Bayaran / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Bukan Istri Bayaran: Chapter 51 - Chapter 60

119 Chapters

Bulan madu tertunda

Pov Mila.Aku tidak tahu apa artinya bulan madu, tapi seingatku semenjak aku dan Mas Alister menikah kami belum pernah liburan berdua. Tapi tidak masalah karena bagiku yang terpenting kami bersama terus. Kadang aku berpikir di antara miliaran manusia kenapa laki-laki itu adalah Alister Bagaskara, pasti Tuhan memiliki alasan kenapa aku bertemu kamu.Pernah menonton berita gadis belia dinikahi kakek-kakek? Dan itu beneran miris sih, takut banget hal itu terjadi sama aku. Sama sekali aku tidak berani membayangkan kalau laki-laki di hotel malam itu bukan kamu, Mas.Aku inget pertama kali melihat Mas Alister di hotel, laki-laki berbaju kemeja putih duduk di sofa samping ranjang. Menatapku liar banget seolah-olah aku sedang telanjang-- waktu itu aku memakai baju Meira yang lumayan pendek. Dan sekarang dia adalah suamiku yang tercinta."Ayo Mas... Jangan cemberut gitu lho mukanya," seruku pada suamiku.
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more

Kegelisahan

POV: Mila.Aku hanya punya satu hati yang tak akan kubagi, meski pernah patah berulangkali. Bukan hanya kehilangan yang dapat membuat patah hati tercipta, ada rasa jenuh atau menyakitimu adalah sesuatu yang menyenangkan untuknya. Mungkin itulah yang kurasakan.Kehidupanku terlalu diatur, tidak ada kebebasan dalam hidupku. Bagi Alister dia adalah satu-satunya orang dalam hidupku, tidak boleh ada kata tidak. Dan itu membuatku selalu ingin berbohong karena takut. Aku ingat dia pernah marah waktu aku pergi dengan Alona ke tempat Fabian dan aku bilang pergi ke mall. Ternyata Alister menyuruh Mang Udin menjemputku, sialnya aku lebih dulu pulang diantar Alona dan Fabian.Dia marah besar. "Emang kamu suka ya kalau dibohongin? Kenapa pergi ke tempat Fabian gak bilang,  ngapain aja kamu di belakang aku? Terus kamu harap aku bakal percaya lagi sama kamu?"Yeah, dia terlalu mengekang. Dia pikir hanya dia yang but
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more

You're mine

POV: Alister.Entah sudah berapa lama aku mundar-mandir di kamar mandi sambil berdecak kesal, tidak percaya istriku mengangkat telepon dari pria lain di saat kami bercinta. Dia merusak gairah-ku dengan sempurna. Entah apa yang dipikirkan Mila melakukan itu, apa dia sudah bosan padaku?Aku tidak ingin mengakui ini, tapi yang aku tunjukkan adalah jelas tidak ingin kehilangan Mila lagi. Apalagi wanita itu semakin sempurna diusianya yang sekarang. Sebagai seorang ibu, Mila lebih terlihat seperti gadis remaja.Dan apa? Dia memberikan nomornya pada Elkana, brengsek yang mendekati Mila. Mencari kesempatan dalam kesempitan saat aku lengah. Demi Tuhan, saat aku mendengar suara Elkana aku ingin mencekik Mila dengan penuh amarah. Dan sekarang aku harus melakukan solo untuk mencapai klimaks sendiri.Aku rasa Mila juga sama denganku, kami belum lagi mencapai puncak. Dia pasti menahan seorang diri, aku tidak tahu apa pe
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

Gedung Merah

Siapa yang tidak mengenal Alister Bagaskara, memiliki segalanya yang diinginkan wanita. Tampan, kaya raya, dan juga memiliki akal sehat yang melebihi orang di sekitarnya. Namanya semakin berkibar sebagai pengacara kondang, pengusaha, dan juga pemilik firma hukum keluarganya, ABK. Wajah tampannya yang berambut coklat gelap sering muncul di media sosial. Namun, seperti orang lain... dia juga memiliki kelemahan. Setiap laki-laki akan tunduk pada wanita tertentu. Dan kelemahan Alister adalah Karmila, beruntungnya wanita itu adalah istrinya. Kalau tidak, mungkin saja Alister akan berbuat apa pun untuk memiliki wanita itu. Disaat seorang Alister memiliki segalanya, dia malah harus merelakan istrinya bekerja di tempat lain. Dan ketika itu dia ingin sekali mengunci Mila di kamar namun apa daya suara rintihan Mila selalu merusak pikirannya. "Seneng banget hari ini hari pertama aku kerja, setelah
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

Makan Siang

POV: Mila.Aku melepaskan sepatu hak tinggi yang menempel di kakiku. Rasanya kakiku kesetrum mundar-mandir ke ruang Elkana memberikan berkas yang dia minta, lucu... kenapa tidak sekalian kan mintanya. Mesti berulang kali kah? Aku memicit betisku di kursiku dengan gerakan perlahan. "Besok-besok pakek sendal jepit ajalah." Monologku.Wanita dengan baju super ketat berdiri di depanku. "Tolong fotocopy ini di lantai bawah." Bella meletakkan kertas di atas mejaku.Aku mengangguk. "Ya. Tunggu bentar ya." Aku kembali memicit betisku, rasanya lumayan berat membuatku meringis."Sekarang. Nanti Pak Elkana nungguin.""Oh gitu, maaf." Aku langsung berdiri memakai kembali sepatuku, menahan sakit berjalan ke arah tangga. Hari ini sial sekali lift-nya rusak.Jika kalian melihatku berpenampilan bak istri pejabat dengan sepatu hak tinggi, baju bermerk, tas bermerk, rambut
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

Bicara ngaco

POV: AlisterMungkin, pria brengsek ini pikir aku terlalu bodoh membiarkan istriku begitu saja bebas bekerja dengannya. Untungnya alat pelacak di ponsel Mila berfungsi."Pak maaf banget aku harus pergi," suara Mila penuh penyesalan. Si Elkana dengan tampang sok tenangnya hanya mengangguk dan tersenyum. Bersikap baiklah, kalau tidak aku akan membunuh orang yang mencuri Mila dariku."Elkana bukan tipe pria baik yang akan membiarkan wanita cantik begitu saja." Ucapku menyentuh posesif pinggang Mila saat berjalan."Mas, jangan mikir aneh-aneh deh. Dia itu cuma ingin bersikap baik sama bawahannya." Mila menatapku, dan aku mendesah kasar."Kamu belum aja melihat sisi nakalnya. Semua cowok sama Mila--mungkin sekarang dia lagi mengasah kemampuannya merayu kamu." Cara berjalan Mila terlihat aneh, aku berhenti sejenak. "Kakimu sakit?"Mila mengabaikan kecemasanku, "Jangan suka mikir
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

Terpeleset

POV: Mila.Aku sudah bilang melihat seseorang di kamar kami bukan? Tapi mas Alister tidak percaya, aku melihatnya malam itu, aku yakin sekali matanya nyata saat kami bertatapan. Malam itu aku haus, mataku terbuka dan saat aku bangkit. Kami saling menatap dia di ambang pintu.Paginya aku mengecek sisi cctv tidak ada yang aneh. Aku tidak mendapatkan apa pun. Aku berangkat kerja diantar Mang Udin, Alister marah dan kami berdebat karena aku bersikeras pada ucapanku.Di tempat kerja berjalan lancar, aku pulang seperti biasa sedangkan Mas Alister sebentar lagi mungkin akan pulang."Safa itu mama pulang... peluk dulu mamanya." Suara itu dari Lily yang membuatku mengernyit adalah kata 'mama' Safa biasa memanggilku 'mami'"Mami! Sapa kangen mami." Safa memeluk kakiku. Aku berjongkok mencium pipi tembemnya."Anak mami makin tembem... udah makan belum? Gimana di rumah mamitua,
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

Trauma

POV: Alister."Demi Tuhan, Alister... Gak semua kecelakaan anak atas kelalaian ibunya!" Wanita tua itu memekik dengan geram. "Oma tahu, kamu trauma atas kematian orangtua kamu dulu... tapi itu juga bukan karena kesalahanmu. Itu kecelakaan."Itu salahku, kalau saja aku tidak menyuruh mereka datang saat itu. Aku duduk di sofa tanpa bicara, "Ini gak benar Alister! Kamu selalu menekan Mila... membuat dia tersudut setiap dia melakukan kesalahan. Hanya karena kamu takut terjadi apa-apa pada keluarga kecil kamu." Oma berkata dengan wajah murka, ya... aku meninggalkan Mila di rumah seorang diri. Dan Oma tidak terima."Tapi, emang Mila salah Oma. Dia harusnya lebih hati-hati menjaga Safa! Ada Lily bukan berarti dia melepas peranannya sebagai ibu." Kami berdebat sengit."Kamu yang mengizinkan dia kerja." "Dia maksa. Harus kerja." Aku menekan jawabanku melihat Oma yang semakin tua. Untung
last updateLast Updated : 2021-08-21
Read more

Balas Budi

POV: Mila.Aku memohon padanya dengan bibir gemetar ketakutan, berlari hingga terjatuh di lantai. Suara langkah kakinya semakin lama semakin mendekat. Dengan ketakutan amat sangat aku  tidak berani untuk menoleh kebelakang, tubuhku terasa remuk karena pukulan yang kuterima berapa kali.Dan aku berhasil melarikan diri karena senjata yang Alister simpan, ya... aku ingat dia mengatakan menyimpan senjata di kamar kami. Aku menghadapkan pistol ke belakang dan sosok itu telah menghilang. Aku akui dalam ketakutan kita akan nekad, tidak peduli aku menjadi pembunuh.Seharusnya aku sadar menjadi istri Alister Bagaskara tidak akan membuatku aman."Mas..." Alister tidak ada di kamar, bantalnya seperti tidak di tersentuh. Aku melihat jam dinding, pukul 7:30 aku terlambat bangun.Kakiku turun dari rajang, aku ingin melihat anakku. Namun, pemandangan yang kudapat di ruang makan adalah Alister membia
last updateLast Updated : 2021-08-22
Read more

Seseorang

 "What the fuck, Mila!" suara mengumpat itu berasal dari Lyli untuk Mila. Dia hampir membanting pintu di depannya... ucapan Mila tadi membuatnya mendidih, untungnya dia masih bisa mengendalikan dirinya."Sombong kamu, mentang-mentang istri boss." Runtuknya di kamar, dia membayangkan wajah Alister... astaga dia mengingat kejadian tadi malam.Saat Alister sedang duduk di bar rumahnya, awalnya dia ingin minum kopi. Namun, dia malah menyentuh wine untuk menenangkan dirinya. Melihat bekas dipunggung Mila dia menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang dialami istrinya. Rasanya Alister tidak mabuk walaupun dia meneguk berulangkali minuman alkohol-nya.Tiba-tiba seorang wanita membuka pintu, dress tidur itu milik Mila... mata Alister menyipit melihat istrinya tersenyum mendekat. Mila selalu mengerti apa yang bisa membuatnya tenang, bukan minuman tapi belaian Mila. Namun, sekilas wajah Mil
last updateLast Updated : 2021-08-22
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status