Home / Romansa / Bukan Istri Bayaran / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Bukan Istri Bayaran: Chapter 61 - Chapter 70

119 Chapters

Mood

Alister lebih dulu bangun, ia masih berpelukan dengan istrinya di dalam selimut setelah malam panas yang mereka lewati. Aktivitas itu memang tidak pernah terlewatkan oleh pasangan suami-isteri ini. Dia lebih dulu bangun, mengecup dahi Mila lalu ke kamar mandi.Alister membiarkan Mila tidur lebih banyak lagi, dia selalu membuat Mila kehabisan tenaga setiap malam.Selesai mandi dan menghairdryer rambutnya, pria itu keluar dan mendapati istrinya sudah membuka mata."Morning sayang." Sapa Alister, Mila tampak malu-malu memunguti bajunya di lantai. Dia memang wanita pemalu, Alister tersenyum geli."Pagi sayang." Sahutnya lalu membalikkan badan memakai dress tidurnya.Mila menatap suaminya yang sedang memasang jam tangannya. Dia mengakui ketampanan suaminya. "Mas, aku bisa kerja kan? Gak enak aku libur sendiri."Alister sempat terdiam. Dia tidak ingin merusak
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Dia kembali

POV: Mila.Tante Nandia--wanita berambut pirang ini kembali pada hobinya yang gonta-ganti warna rambutnya. Dengan baju formal serba putih, wig putih, dan tidak lupa kukunya juga sudah di cat warna putih. Tidak cukup itu, tas, sepatu, hingga jam tangannya akan mengikuti warna rambutnya.Dia terlihat bahagia, berbeda dengan wajah Mbah yang melihat penampilan Tante terlihat tidak suka. Satu hal yang bisa ditiru dari Tante Nandia menurutku--dia tidak pernah terlihat sedih walaupun pernah menjalani kangker hingga tidak bisa punya anak.Dengan mataku sendiri, aku melihat Mas Alister memperhatikan Tante Nandia saat sakit setahun lalu. Keluarga membiarkan Tante Nandia menghabiskan uang dengan cara dia menikmati hidup."Kenapa di cat lagi Tante rambutnya?" tanyaku. Kalau aku di suruh milih aku lebih suka warna rambutnya ungu, seperti artis K-POP.Tante Nandia tersenyum lebar memperlihatkan gigi put
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Do this

POV: Alister."Ali, kamu udah pulang..." seorang wanita menyapaku dari ruang keluarga begitu aku melewati pintu.Kezia? Ngapain dia duduk santai di ruang keluarga kami. Wanita itu menatapku sambil tersenyum dan tanpa sadar aku tersenyum sebelum perhatianku pada Mila yang sedang berjalan ke arahku dengan tatapan dingin. "Aku udah lama nungguin kamu, untung aku belum pulang." Kezia bersuara lagi. Aku ingat wajah Kezia saat bertemu di Singapure sebulan lalu, tatapannya kosong dan penuh air mata. Tidak ada senyuman dan suara lembutnya, penampilannya berbeda dengan waktu itu--saat kami bertemu sebulan lalu."Sayang--" Mila marah, dia melewatiku begitu saja dan berjalan keluar.  Itu artinya Mila sudah tahu aku menemui Kezia di Singapure, Mila tidak akan marah tiba-tiba seperti ini kalau bukan tentang Kezia."Zia, sorry aku tinggal dulu." Ucapku, lalu berbalik lagi melihat Kezia.
last updateLast Updated : 2021-08-25
Read more

Teman lama

POV: Mila.Kepingin liburan di Bali, selama ini cuma bisa lihat di TV aja. Tapi pas dapet kesempatan ternyata bukan sama suami sendiri. Sebenarnya Mas Alister pernah ngajak liburan tapi setahun lalu di Thailand, liburan itu singkat karena waktu itu aku kepingin makan udang dengan suasana pantai.Berasa Sultan banget waktu Mas Alister langsung pesan tiket pesawat, siangnya kami terbang. Nginap semalam di hotel dekat pantai, besoknya pulang karena dia ada kerjaan. Dan sekarang di suruh pergi jauh tanpa suami itu berasa kurang, lebay banget kan aku. "Ini kan masalah kerjaan Mila, masa iya Alister gak kasih izin. Aku berhak lho nyuruh kamu ikut aku ke sana untuk nemenin persentasi proyek aku." Ucap Elkana di bangkunya. "Bukan aku gak mau Pak, kalo aku ikut bisa dimarahin sama Mas Alister." Aku memberi alasan, tapi wajah Elkana sepertinya tidak terima. Aku pake alesan apa lagi ya? Ntar k
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

Terpojok

"Jam berapa baru pulang?"Laki-laki bersetelan mahal duduk di sofa menyambut kedatangan Mila yang berjalan mengendap-endap. Kedua mata mereka bertemu memberikan gelombang tsunami di jantung Mila. Terlihat wajah Alister tanpa senyuman, rahangnya tegas terkesan galak.Mila tersenyum kaku. "Maaf aku telat. Tadi aku ke rumah Meira, Mas. Dia baru pindah ke Jakarta. Aku gak izin dulu sama kamu soalnya perginya dadakan." Ia memberi alasan dengan lembut, hari ini dia sangat lelah hingga malas berdebat."Ya, Pak Udin udah ngasih tahu." Alister memberitahu. "Harusnya kamu chat aku biar aku lebih tenang. Apa susahnya sih chat aku? Gak guna ya kamu pegang hape, buang aja kalo gak perlu lagi." Kata Alister tanpa berteriak-teriak sudah terlihat kemarahannya.Mila menundukkan kepalanya merasa bersalah. Ya, seharusnya dia meminta izin kemanapun pergi pada Alister. Tapi kadang Alister itu paling susah ngebiarin Mila pergi-
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

Foto-foto

POV: Mila.Kami kembali ke apartemen. Akhir-akhir ini  tidak ada lagi keanehan yang terjadi, aku pikir semua sudah kembali baik-baik saja. Ketenangan itu ternyata hanya sebentar, kekhawatiran kembali bergelayut di hatiku. Suara deringan ponselku dengan nomor baru terus saja mengganggu. "Mungkin nomor iseng Bu." suara Lily mengalihkan mataku dari ponsel ke wajah wanita itu. Siapa yang iseng kurang kerjaan seperti ini?"Iya. Tapi ini udah keterlaluan dari tadi mcall gak jelas. Entah apa maunya." Kataku sedikit geram. Aku meletakkan ponsel di nakas lalu kembali bersih-bersih. Aku mengelap debu membantu pekerjaan pelayan."Oia, Bu. Wanita yang tempo hari berkunjung ke rumah Oma, siapanya Pak Alister  Bu? Saya pernah baca artikel, foto dia ada dihalaman paling depan. Saya juga pernah lihat di kampus, dia datengin dosen saya Pak Fabian." Ucapan Lily membuatku menoleh padanya, tidak habis pi
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

Kenangan

PLAK! Kemarahan mengendalikan Mila, beberapa menit yang lalu dia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengawal emosinya. Namun bertemu dengan Kezia tangannya gatal untuk menampar wanita yang lebih tua umurnya dari dia. Bukan hanya pipi Kezia yang merah dan perih, telapak tangan Mila juga merasakan hal yang sama. Hingga detik ini telapak tangan itu masih gemetar,  sorot matanya dingin dan tajam menatap wanita berambut pirang itu.Seakan urat malu Mila putus di tatap banyak orang yang berbisik-bisik, dia tidak takut sama sekali. "Ini untuk empat tahun lalu." Ucapnya mengingatkan kembali perbuatan Kezia yang mempermalukan dia di kampus dulu. "Saya ingetin ya Mbak, tolong dijaga kelakuannya... jangan buat hidup kamu hancur hanya karena  laki-laki."Kezia membersihkan tenggorokannya, satu tangannya menempel pada pipinya. "Lancang sekali kamu." Matanya memicing tajam lurus pada Mila.
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

Bertengkar

POV Alister.Kemarahan dan kecewa jelas ditunjukkan Mila melihatku, dan aku hanya berdiri di depannya tanpa berani memeluknya. Aku menunggu suaranya keluar tapi yang ia lakukan hanya diam menatapku penuh kecewa."Jangan tinggalin aku." Ucapan itu keluar begitu saja. "Gak masalah kamu marah, benci sama aku... jangan pergi please." Aku terlalu mencintai dia melebihi batasku dan saat waktu perpisahan tiba, tidak akan rela. Tidak akan ada perpisahan diantara kita...  "Lebih menyakitkan itu, ketika kamu mencintai tapi gak dihargai. Aku selalu berusaha untuk kamu bisa terima aku, Mas. Tapi kamu masih belum move on ya. " Aku terdiam, bukan karena tersinggung. Tapi membiarkan dia bicara banyak tentang hatinya. Ketenangannya tanpa air mata membuatku semakin merasa bersalah. Aku tidak tahu apa saja yang dikatakan Kezia pada Mila, matanya yang sayu penuh luka membuatku sadar. Dia yang te
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

Tiket

Suara dering ponsel Mila membuatnya menoleh ke arah tempat tidur. Karena terburu-buru ingin mandi dia mengabaikan panggilan itu, suara ringtone ponselnya terus saja berdering seperti lagu yang mengiringinya mandi. Setelah mandi dan berpakaian Mila penasaran ingin melihat siapa yang dari tadi menelponnya. Namun kali ini Mila lagi-lagi mengabaikan karena suara ketukan pintu kamarnya.Mila membuka pintu dan mendapatkan Elkana berdiri di depannya mengenakan kaus kasual dengan celana berwarna hitam. Dia akui Elkana punya wajah yang tampan dan berkharisma."Pak El, ada apa?" Mila menahan pintunya agar Elkana tidak masuk. Pria itu tampak kecewa karena tidak ditawari masuk. Untung Mila sudah berpakaian, coba kalau masih handukan. "Pertemuannya sejam lagi, kita punya waktu sarapan di bawah." Ajak Elkana. Karena asistennya si Bella tidak diajak, Mila mengambil porsi lebih tugasnya untuk membantu Elkana.
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more

Kedatangan

Mila memasukkan baju-bajunya ke dalam koper,  seperti yang dikatakan Mila pada Elkana kalau sudah selesai pekerjaannya dia akan pulang duluan ke Jakarta. Nyatanya pertemuan itu dibatalkan sebelah pihak. Mila tidak tahu kenapa itu bisa terjadi, kasihan juga dengan Elkana karena terlihat sangat menginginkan proyek ini.Suara ketukan pintu kamarnya membuat kegiatan Mila terhenti, dia menatap ke arah pintu. "Ganggu aja sih... siapa malem-malem gini dateng ya." Monolognya sambil berpikir. Tuk! Tuk!Wanita berbalut blue t-shirt dipadu dengan black slip dress membuat penampilan feminim kasual Mila terlihat cantik. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai ke bawah. Dia sengaja berpenampilan cantik untuk memberi kejutan pada Alister, butuh 1 jam 45 menit terbang ke Jakarta. Dia berniat sampai di Bandara baru menelpon suaminya.Tuk! Tuk!Suara ketukan pintu masih terdeng
last updateLast Updated : 2021-08-26
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status