Semua Bab Bukan Istri Bayaran: Bab 31 - Bab 40

119 Bab

Magnet

Mila menatap kosong ke arah Fabian yang berdiri di tengah-tengah kelas bak dosen profesional padahal dia hanya mengulang pelajaran yang kemarin dia jelaskan. Dia hanya bermodalkan wajah tampan yang membuat para murid betah berlama-lama menghabiskan waktu mereka di kelas Fabian.Dari gayanya Fabian seperti laki-laki kaya yang ingin diakui keberadaanya. Seorang pengusaha muda yang sukses dan ingin menyombongkan diri, terlihat jelas di sela-sela ucapannya selalu tersisip tentang cerita perjalanan karirnya.Semua orang mendengarnya di bangku dengan tatapan antusias, pasti mereka juga ingin menjadi pengusaha sukses. Sedangkan Mila duduk menopang dagu dengan tangannya, dia seperti puzzle yang berantakan. Segigih apa pun dia ingin mempertahankan pernikahannya dia harus sadar tidak ada secercah harapan selama Kezia ada di pikiran Alister.Hari-harinya bagaikan menunggu kiamat yang akan mendatanginya. Kehadirannya hanya se
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-13
Baca selengkapnya

USG

POV: Alister.Selamat menjadi calon ayah, Mas Alister.Aku melihat kartu ucapan di atas tempat tidur, saat aku membuka kertas terselip hasil USG Mila. Mila melakukan cek secara berkala seorang diri.Aku merasakan dingin yang menyelimutiku, aku memang tidak menawarkan diri untuk mengajak Mila periksa kesehatan dan sekarang aku merasa tidak manusiawi. Saat aku hendak mencari Mila, mataku melihat sofa ada kotak di atasnya baju-baju bayi terpampang. Ada sarung tangan berukuran mungil, dan perlengkapan yang lain."Apa gak terlalu cepat beli ginian?" gumamku. Aku tersenyum memandangi barang-barang yang berserak di atas sofa itu. Padahal bayi itu baru 2 bulan, perut Mila juga masih rata seperti anak gadis.Tiba-tiba suara ringtone ponselku berbunyi, aku berjalan ke arah nakas."Maaf Pak, saya ingin menanyakan untuk pembukaan perusahaan Minggu ini apa ada yang yang perlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-13
Baca selengkapnya

Terpuruk

Nandia, wanita berambut ungu itu sangat bersemangat mendandani Mila bak putri di dunia dongeng. Malam ini adalah acara pembukaan perusahaan yang dinaungi Alister, sebuah pesta yang dihadiri orang-orang penting. Makan malam dan dansa membuat Mila sangat antusias untuk menghadiri acara itu, maklum dia tidak pernah datang ke acara seperti itu.Nandia bersama suaminya mendampingi Ibunya menyapa tamu-tamu. Nenek tua itu walaupun sudah penuh uban rambutnya tetap saja dia menjadi pusat perhatian di acara itu. Sangat dihormati.Para tamu yang datang merupakan orang-orang penting dari kalangan atas, beberapa pasangan tampak berdansa menikmati alunan music. Para wanita tampak anggun dalam gandengan pasangannya. Tidak seperti Mila yang tampak jenuh dengan acara itu, awalnya dia antusias tapi karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan sekitarnya. Mila merasa asing di sana."Mila, kenapa di sini? Harusnya kamu nemenin Pak Alister berke
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-13
Baca selengkapnya

Berjalan sendiri

Ini sudah gelas ke lima Kezia meneguk minumannya, setiap kali ia ingin meneguk gelasnya, "Ini gelas terakhir," gumamnya. Menegaskan pada dirinya sendiri. Tapi setelah segelas habis dia masih menuangkan wine ke gelas kosongnya. Telapak tangannya mulai gatal, seperti disinggapi ulat bulu. Hal itu biasa terjadi saat dia tertekan. Pesta dansa tidak lagi menarik perhatiannya, suhu tubuhnya naik dan kelopak matanya hangat. Namun Kezia berusaha untuk tidak menangis.Baru kemarin rasanya Kezia mengenal Alister, dekat dan menjadi sahabat. Laki-laki itu selalu baik padanya, selalu menuruti keinginannya dan menjadi pendengar yang baik ketika dia bercerita. Tiba-tiba Alister melamarnya--membuat patah hatinya pada Fabian terobati."Bagaimana bisa semua laki-laki tidak mencintaiku." Kezia menatap gelasnya dengan senyum masam. "Kasihan kamu Zia, sebentar lagi Alister akan melupakanmu.""Tidak! Alister sudah memberikan cincin padamu, berm
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-13
Baca selengkapnya

Secangkir kopi

POV: Mila.Seminggu setelah aku tahu anak dalam perutku telah berpulang, aku harus menerima kekecewaan dibatas kemampuanku. Rasanya tenggorokanku menelan beribu-ribu duri hingga aku tak bisa bicara, menutup mulutku pada siapa pun yang berkunjung ke kamar ini. Menolak laki-laki yang membiayai perawatanku untuk masuk ke kamar ini. Sepertinya Tuhan menempatkan tembok diantara aku dan Alister agar aku pergi ke arah lain.Tante Nandia dan Nenek sering berkunjung, setiap hari malah, menghabiskan waktu menemaniku dengan cerita-ceritanya yang lucu. Fabian juga sering berkunjung membakan makanan. Tapi segalanya tak membuatku lebih baik. Kehilangan anak menghanyutkanku dalam kesedihan dan keterpurukan."Mila, kata dokter kamu udah bisa pulang hari ini."Aku terdiam, menatap ke arah jendela kaca melihat cahaya biru luas tersebar dari warna-warna lain, awan-awan putih bergerak sebagai gelombang lebih pendek. Mengapa l
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-13
Baca selengkapnya

365

POV: Alister.365 hari. Waktu cepat sekali berlalu, semua memori kita, semua kenangan kita semakin buram... Rasanya tidak siap untuk perpisahan ini. Aku belajar dari senja. Senja mengajarkanku untuk menerima sebuah perpisahan dengan jaminan pertemuan hangat esok hari.Aku berharap banget kita ketemu lagi.Tak apa kamu membenciku dan aku hanya menjadi bagian dari masa lalumu, tapi izinkan aku tahu langkahmu. Kamu selalu hadir disetiap relung waktuku. Namun sekarang hilang bagaikan diterjang ombak lautan, hilang tanpa jejak.Haruskah begini perpisahan kita?"Pak... Pak Alister... Pak?""PAK ALISTER BAGASKARA... ""Ya... Ya yaaaa Jovanka aku mendengarnya!" Aku terbangun karena suara Jovanka yang membuat kupingku sakit. Suara Jovanka memang kuat walaupun dia bicara pelan. Aku meringis, kepalaku sakit seperti terhantam besi. Terduduk di sofa dengan kesada
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-14
Baca selengkapnya

Pernikahan

Suasana acara pernikahan sangat sakral setelah kedua mempelai mengucap janji. Sang mempelai wanita, Meira Marsya terlihat begitu bahagia di samping pasangannya, Adam Bezer. Mereka secantik princess dan setampan pangeran. Soal tamu undangan, Meira dan Adam sepakat untuk membatasi tamu yang hadir. Hanya mengundang keluarga dan kerabat terdekat saja.How beautiful... How touching it is.Alunan music instrumental Bridal March - Richard Wagner yang super ikonik ini mengiring suasana semakin romantis dan khidmat."Na?" Mila yang berada di sebelah Aalona Galenka menepuk bahunya sembari tertawa kecil. Dia menggunakan dress di atas lutut berwarna hitam, wajahnya dipoles make-up natural, dan rambutnya juga sudah di tata hingga wanita itu terlihat sangat cantik."Nggak tau tiba-tiba pengen nangis ngeliat mereka. Kayaknya aku terlalu baper deh," sahut Aalona, cewek berambut panjang lurus itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-14
Baca selengkapnya

Menutup kisah

POV: Mila.Jam delapan pagi dan orang-orang belum pada dateng, yang ada di kepalaku 'Okeh Meira pengantin baru, terus apa kabar dengan Alona? Jam segini masih ngaret udah tahu banyak kerjaan' Aku memilih pakaian yang akan kami post untuk jualan online- kalau kalian mau tahu penghasilannya lebih dari lumayan. Aku punya motor dari hasil kerja kerasku, tabungan untuk masa depan.Setahun lalu saat aku dan Meira jalan-jalan ke mall, di sana ada peragaan busana. Saat itulah terpikir oleh kami membuat usaha ini bersama Alona, sepupu Meira. Studio kami bukan di pusat kota tapi bukan juga perkampungan. Bisa dibilang adiknya ibukota.Aku berharap Alona segera datang sebelum darah tinggiku naik, dan akibatnya bisa fatal. Dari pagi sampai malam mulutku tak akan berhenti menggerutu.Aku menyalakan laptopku, melihat penjualan kami dan mengecek barang. Aku menepuk jidat, sampai lupa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-14
Baca selengkapnya

Pria berjas hitam

"Semoga ya Mei kita bisa dapetin proyek ini." Ujar Mila antusias. "Aku yakin banget bakal maju usaha kita." Salah satu perusahaan besar menawarkan kerja sama pada mereka."Tapi Mil--""Kenapa lagi, Mei?" tanya Mila melihat wajah Meira tak seantusias dirinya."Modalnya besar, kalo kita ambil proyek ini kerjaan lain gak bisa kita ambil, Mila." Ujar Meira menghentikan makannya.Mila melirik Meira kesal bercampur geli. "Kamu aneh di kasih rejeki malah nolak. Gak baik tahu." Ucap wanita berpakaian blouse hitam dan rok panjang bahan transparan berwarna putih dengan belahan di atas dengkul sangat elegan dan manis membalut tubuh rampingnya.Satu jam yang lalu mereka meeting dengan klien. Mila dan Meira akhirnya memutuskan menghabiskan waktu di kafe untuk makan siang. Kafe itu tidak terlalu ramai karena hanya orang-orang tertentu yang mampu memboking tempat itu."
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-14
Baca selengkapnya

Gedung bobrok

POV Alister."Jalannya rusak, banyak jeblokan... Siapa yang akan berkunjung ke sini? Benar-benar menyusahkan." Aku berjalan ke arah pintu masuk utama, setelah hampir satu jam berkeliling halaman taman gedung ini. Menurutku ini hanya bangunan bobrok tiga lantai yang tak layak lagi dijadikan tempat usaha."Pak, taman belakang belum bapak cek?""Kamu pikir aku akan mengotori sepatuku dengan tanah becek itu? Suruh saja orang untuk mengukurnya."Jovanka mengikuti di belakang bersama seorang wanita yang memakai dres merah menyala. Mungkin dia bekerja di sini, orangnya sedikit aneh... Berapa kali aku mengejek tempat ini dia sama sekali tidak marah. Malah tersenyum... Bodoh.Bangunannya usang, membuat siapa pun yang melihat pasti bosan. Kalau saja si pemilik punya selera tinggi tempat ini bisa di sulap menjadi lebih cantik dengan gaya Eropa pakai mural.Aku tidak mengatak
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-08-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status