Home / Fantasi / Miss Villain and the Protagonist / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Miss Villain and the Protagonist: Chapter 111 - Chapter 120

163 Chapters

Chapter 109 — Asumsi Liar Yang Beredar

Sebagai putri satu-satunya yang terlahir dari keluarga bangsawan terpandang, keluarga Charles, tentu saja nama Aquila kerap menjadi topik dalam perbincangan hangat baik dalam kalangan rakyat biasa maupun sesama bangsawan mengenai hal-hal yang berkaitan dengannya. Seperti, saat ini, acara pertemuan minum teh yang diselenggarakan oleh Nona Viscount pada wilayah Utara yang awalnya bertujuan untuk mempererat hubungan berubah menjadi sarana pergunjingan putri Charles tersebut."Apa kau sudah mendengar kabarnya? Aku dengan keluarga Charles mengundang Tuan Grand Duke Alucio untuk acara makan malam yang tertutup di kediamannya." Seorang bangsawan kelas bawah membuka topik baru pada acara minum teh yang ia selenggarakan."Sungguh? Bagaimana kau bisa tahu?" Sahut salah seorang tamu yang merasa dirinya sering ketinggalan banyak berita."Aku melihat langsung dengan kedua bola mataku ketika kereta kuda milik Tuan Alucio melaju ke arah wilayah Duke Charles.""Ah, aku juga sempat mendengar desas-de
Read more

Chapter 110 — Bendera Merah Tanda Bahaya

"Yang Mulia, Selir ke-3 itu terus saja mengusikku." Ratha, yang merupakan selir termuda sekaligus selir kesukaan Kaisar Lius untuk saat ini terus saja bergelayut manja pada lengan Lius seraya mengadukan selir-selir pendahulunya yang terus saja mengganggunya, membuatnya merasa tidak nyaman berada di istana. "Yang Mulia tolong lakukanlah sesuatu, dia membuat kehidupanku terasa bagai di neraka." Kaisar Lius tersenyum tipis, baginya, Ratha sangat imut, apalagi wajah melasnya saat ia sedang meminta sesuatu, sangat menggemaskan! Ah, Kaisar Lius jadi teringat apa yang mereka lakukan malam tadi. "Tenang saja, aku pasti akan memberinya teguran." Balas Sang Kaisar. "Kau jangan memasang raut wajah bersedih seperti itu." Imbuhnya seraya merayapkan tangannya ke bawah selimut, menyentuh tubuh Ratha yang kini tak berlapiskan apa-apa. "Benarkah?" Ratha memasang wajah sumringah. "Yang Mulia memang bisa diandalkan!" "Apapun untukmu. Kalau begitu, bisakah kita melanjutkan yang semalam?" Pria tua itu
Read more

Chapter 111 — Rebut Kembali Hatinya!

*** Kaisar Lius, orang paling berpengaruh dalam Kekaisaran itu lagi-lagi mengembuskan napasnya yang terasa berat. Keningnya mengkerut. Membahas hal-hal tadi saja sudah menyita akal sehatnya. Belum lagi, masih ada hal yang tak kalah penting, tidak, justru hal ini lebih mengkhawatirkan."Bendera merah." Kaisar Lius bergumam."Apa?" Zero berkedip, menatap bingung ayahnya yang tiba-tiba berkata demikian.Di dalam Kekaisaran Timur, bendera merah sering dikaitkan dengan pertanda buruk bahwa akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, Kaisar Lius sedang merasakan hal itu."Kau harus tahu, aku memiliki firasat bahwa Grand Duke Alucio dan Nona Charles akan bekerja sama untuk mengkhianati kita."HUH?!?!Kalimat lanjutan yang keluar dari mulut ayahnya ini sungguh tak disangka-sangka. Zero hanya bisa terdiam seraya memasang ekspresi terkejutnya.Zero menggaruk tengkuknya, itu hal yang sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. "Sepertinya itu mustahil.""Entahlah. Tapi kita h
Read more

Chapter 112 — Informasi Berharga Dari Rose

"Saya akan merebut hatinya kembali."'Saya akan merebut hatinya kembali.''Saya akan merebut hatinya kembali.'"Sial." Zero mengusap wajahnya yang nampak gusar. "Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan hal itu dengan penuh percaya diri?" Ia sendiri pun bertanya-tanya, bagaimana bisa?Tadi, saat berada di hadapan Sang Kaisar, Zero merasa begitu yakin terhadap dirinya, bahwa ia dapat membuktikan apa yang ia ucapkan, namun, saat benar-benar akan melakukannya, Zero mendadak merasa gundah.Ini perasaan yang aneh. Seumur hidup, tak pernah terpikirkan olehnya bahwa akan datang hari di mana dirinya yang sibuk berupaya agar Aquila sudi melihat ke arahnya kembali. Selalunya, selama ini hanyalah Aquila yang selalu berusaha untuk dilihat oleh Zero, meskipun ujung-ujungnya Zero tak pernah menghargai usaha Aquila. Apa ini yang dinamakan karma? Huh! Semakin memikirkannya semakin membuat perasaan Zero bertambah buruk.Zero menghela napas, tangannya bergerak menutup sebuah kotak berisi kalung permata
Read more

Chapter 113 — Berlian Merah, Pemberian Putra Mahkota

"NONA? NONA!" Suara pintu dibuka bersamaan dengan seruan Ahn membuyarkan lamunan Aquila, wanita itu menoleh, mengapa wajah Ahn terlihat panik seperti ini?"Nona, utusan dari kerajaan datang berkunjung dengan membawakan begitu banyak hadiah!" Ahn memberi kabar.Apa?Aquila segera bangkit dari tempatnya dan melangkah menuju aula besar.Benar saja. Aula dipenuhi oleh para pekerja yang bergerak dengan tumpukan kotak kado di tangannya.Aquila menatap sangsi, tak salah lagi, tentu saja ini perbuatan Zero.Apalagi yang pria itu rencanakan?***"Selamat siang, Nona Aquila. Kedatangan kami ke sini sebagai utusan Yang Mulia Putra Mahkota untuk memberikan anda beberapa hadiah spesial yang telah beliau persiapkan. Saya harap anda dapat menerima kemurahan hati beliau." Salah satu pria berambut klimis yang merupakan utusan kerajaan berbicara kepada Aquila yang masih terdiam."Hadiah? Untukku?" Aquila memerhatikan tumpukan kotak kado yang seakan menggunung itu. "Tapi ini terlalu banyak, apa ini tida
Read more

Chapter 114 — Biar Aku Saja Yang Melindungimu!

"Aquila, ini merupakan kalung dengan liontin berlian merah yang aku dapatkan dari acara pelelangan dulu. Aku tahu kau sangat menginginkannya, aku seharusnya dulu langsung memberikannya padamu. Kau pasti merasa senang kan karena akhirnya bisa mendapatkannya? Salam hangat, Zero."Tidak. Bukannya merasa senang seperti yang Zero duga pada kartu ucapan itu, Aquila kini justru tak dapat berkata-kata, ia tak dapat mempercayai apa yang baru saja ia baca.Sorot matanya berubah dingin, tangannya bergerak tanpa sadar meremas kartu ucapan itu. "Putra mahkota sedang terang-terangan menghinaku, ya?!" Geramnya dengan ekspresi kekesalan yang terlihat jelas.***"Apa?!" Zero yang sejak tadi duduk diam pada kursi kerjanya, seketika langsung bangkit ketika mendengar laporan dari bawahannya yang ia tugaskan untuk mengantarkan hadiah.Apa tadi katanya? Aquila merasa kesal dengan hadiah yang diberikan?!"M- maafkan saya, Yang Mulia, saya hanya menjalankan tugas sesuai dengan yang anda perintahkan. Awalnya
Read more

Chapter 115 — Kapan ia akan datang?

Matahari sudah tenggelam sejak tadi, tapi Zero masih berada di dalam ruang kerjanya. Zero merenggangkan tangannya, tubuhnya terasa pegal karena ia terlalu lama berada dalam posisi duduk. Pria itu merapikan tumpukan dokumen pada atas meja kerjanya, kemudian bangkit dan berjalan ringan menuju balkon.Udara malam yang segar berembus masuk menggantikan udara pengap akibat jendela yang ditutup. Embusan angin menerpa dirinya ketika ia bertopang pada besi penyangga di balkon.Tapi, ada satu hal yang menarik perhatiannya.Zero baru menyadari, ada seekor burung merpati yang terbang ke arahnya. Hal yang membuatnya fokus adalah secarik surat yang diikatkan pada kaki burung tersebut.Sebuah surat? Kira-kira siapa pengirimnya?Tak ingin terlalu lama bertanya-tanya, ia segera melepaskan ikatan pada surat itu."Kau payah."Apa?!Baru baris pertama pada surat yang Zero baca, pria itu sudah dibuat kesal. Siapa pengirimnya? Berani-beraninya ia mengejek Putra Mahkota seperti ini?!Kalau sampai Zero tah
Read more

Chapter 116 — Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama

"Lalu, kapan pria itu akan datang?" Aquila mengangkat bahunya. Entahlah. Wanita itu bangkit, entah karena dorongan apa ia berinisiatif berjalan mendekati jendela, dan benar saja, perasaannya selalu tepat. Begitu Aquila melihat, gerbang utama kediaman Charles langsung terbuka lebar, sebuah kereta kuda yang besar dan mewah dengan berlambangkan lambang kerajaan terparkir pada perkarangan rumahnya. Itu pasti Zero. "Sekarang." Ujar Aquila yang menjawab pertanyaan Alaster yang sebelumnya belum ia jawab. *** Dengan tubuh tegapnya yang memakai pakaian mewah, dan cara berjalannya yang nampak berwibawa, pria itu turun, menghampiri Aquila dengan senyuman di wajahnya. "Selamat pagi, lama tidak berjumpa." Zero menyapa, menjulurkan tangannya ke arah Aquila. "Selamat pagi, Yang Mulia. Semoga dewa selalu menyertai anda." Balas Aquila dengan senyuman yang penuh dengan rasa percaya diri. Aquila menyambut uluran tangan Zero, membawanya masuk ke dalam. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah
Read more

Chapter 117 — Ancaman Yang Tersirat

"Salam hormat saya ucapkan kepada Yang Mulia cahaya kekaisaran, semoga keberkatan dewa selalu menyertai anda." Duke Charles membungkukkan punggungnya di hadapan Sang Kaisar yang tiba-tiba memanggilnya. "Ada perihal apa Yang Mulia memanggil saya ke istana?"Meskipun melontarkan pertanyaan, sebenarnya, Duke Charles sendiri memiliki dua opsi jawaban di kepalanya ; pertama, tujuan Yang Mulia Kaisar adalah untuk mengancamnya agar tetap menempatkan posisi putrinya berada di dekat Putra Mahkota, opsi kedua, Yang Mulia Kaisar hanya sekadar ingin bertanya kabar dan mempererat tali hubungan mereka sebagaimana yang ia katakan.Opsi yang kedua itu sangat amat mustahil untuk terjadi, jadi, mari kita singkirkan itu. Yang paling masuk akal untuk terjadi hanyalah pilihan pertama."Oh, ayolah, Andres, kau ini memang terlalu serius, ya. Memangnya harus ada alasan khusus untuk memanggilmu?" Kaisar Lius terkekeh, ia menyebut nama depan Duke Charles yang nyaris tidak pernah terdengar dari mulut orang lain
Read more

Chapter 118 — Ekspektasi Zero Yang Kacau

Hari dengan cepat berlalu, kini tibalah hari yang telah dinanti-nanti oleh Zero, hari dimana ia mengajak Aquila untuk menghabiskan waktu bersama menuju villanya yang indah.Zero sudah membayangkan hal-hal yang menyenangkan, seperti duduk bersebelahan di dalam kereta kuda sembari membahas nostalgia masa kecil yang menyenangkan, berjalan-jalan ringan sambil menikmati pemandangan alam yang indah, dan menghabiskan malam bersama. Itu semua sudah berada di dalam ekspektasi Zero, tapi...Tapi...Kenapa tiba-tiba ada pria bertubuh besar yang duduk ditengah-tengah dan memisahkan posisinya dengan Aquila?Sial.Kenapa, sih, pria ini harus ikut?Zero menoleh kepada Alaster yang duduk persis di antara dirinya dengan Aquila. Ekspresi Zero jelas memberi tanda kalau ia tidak nyaman, tapi, Alaster yang menyadari hal itu hanya memasang senyum lebarnya."Pemandangannya sangat indah, ya, Yang Mulia." Alaster tersenyum, senyum yang membuat kekesalan Zero bertambah dua kali lipat.Zero segera memalingkan w
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status