Beranda / Horor / LAILA / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab LAILA: Bab 41 - Bab 50

112 Bab

DIA WIRANAGARA

Aku melihat seekor burung merpati di samping rumah Wira yang tidak mau beranjak pergi dan hampir terkena puing-puing rumah. Segera aku menyelamatkannya. Aku memeluknya untuk melindunginya."Dik, apa yang kamu lakukan itu berbahaya." Ucap pria yang sedang meruntuhkan rumah Wira. Dia mengusirku kasar untuk menjauh. Di depanku rumah Wira rata dengan tanah. Wira tidak mungkin kembali lagi ke sini. Aku tertunduk lesu. Dalam benakku berucap, "Seandainya Wira jodohku temukan kami. Jikapun dia bukan jodohku aku ingin dipertemukan dengannya." Harapku.Burung Merpati dipelukanku berontak dan pergi terbang ke langit.Saat aku menghadapkan wajah ke langit, nampak awan terbelah dari timur ke barat. Burung merpati itu terbang ke barat. Di arah sana juga aku menikmati indahnya pemandangan matahari tenggelam. Aku terpikirkan sesuatu, "Tiara, ayo kita pergi ke arah Senja.""Maksudmu ke barat. Buat apa?" Tanya Tiara."Sudahlah ikuti saja. Aku kan sudah ikuti kam
Baca selengkapnya

SEBUAH TEROR

Tubuhku gemetar melihat sosok aneh muncul dan diam terpaku di halaman rumah."Wira, bisa kamu usir hantu itu." Ucapku menutup mata setelah melihatnya sekilas sambil menunjuk ke arah halaman."Hantu yang mana?" Ucap Wira bikin aku semakin takut."Jangan bilang kamu tidak bisa melihat hantu lagi." Ucapku cemas."Aku bisa membedakan yang mana hantu dan yang mana bukan." Ucapan Wira membuatku sadar.Aku kembali membuka mataku.Sosok itu mendekat. Rambut panjangnya menutup wajah. Aku menyibak rambutnya."Tiara?" Ucapku kembali terkejut. Aku melihat ke arah Wira dengan heran."Bukannya kamu sudah mengirim Hara ke akhirat. Kenapa Tiara kembali dirasuki." Ucapku ke Wira.Wira juga ikutan heran. "Kalian bicara apa sih." Ucap Tiara bingung."Kamu Tiara?" Ucapku mempastikan. "Iya, emang siapa menurutmu?" Balas Tiara kesal."Bukannya kamu gak suka pakaian putih?" Tanyaku penasaran."Aku nemu pakaian ini di lemari. Padahal aku tidak per
Baca selengkapnya

LAMARAN DAN PENGKHIANATAN

"Laila! aku Wira ingin melamarmu!" Ucap Wira tanpa basa-basi.Sofia memerintah salah satu siswa yang memegangi tanganku, "Dita, Lihat ke Jendela!"Aku baru tahu nama siswa itu Dita seperti tidak asing di telingaku dan juga ternyata di baju seragamnya sudah tertera namanya. Hanya saja aku tidak menyadarinya.Dita langsung melihat ke luar jendela, dan menengok ke bawah. Karena ruangan ini terletak di lantai dua."Wira ada di tengah lapangan dengan alat pengeras suara, nona!" Ucap Dita seakan dia bawahan dari Sofia. Sofia mendorong Dita agar menjauh untuk melihat sendiri ke jendela. Aku manfaatkan kesempatan ini agar Sofia mengurungkan niat jahatnya."Aku akan tunangan dengan Wira. Kamu dengar sendirikan." Ucapku.Sofia malah semakin marah, "Kamu tolak Wira!""Tidak bisa, dia sudah menaruh kepercayaannya kepadaku." Balasku.Aku semakin cemas saat Sofia kembali mendekatiku. Tapi tiba-tiba dia terjatuh. Dita dan temannya langsung menghampiri Sofia."Non
Baca selengkapnya

PERSYARATAN

"Laila, kamu sudah boleh ke ruang keluarga." Di sana kami seperti di sidang."Kamu serius dengan Wira, apa yang membuatmu yakin!" Tanya Ayah."Dia baik, ayah." Balasku."Wira ingin kamu tinggal bersamanya setelah menikah. Apa kamu siap berpisah dengan Ayah dan Ibu." Tanya ibu.Aku terdiam, berat rasanya."Aku sudah bangun rumah yang baru. Berbeda dari yang pernah kamu kunjungi dulu. Aku sesuaikan dengan yang kamu ingin." Ucap Wira."Ayah dan Ibu akan mengunjungimu." Ucap Ibu. "Wira sudah menyanggupi persyaratan Ayah dan Ibu. Cuma itu syarat yang diinginkan Wira. Keputusan ada di kamu, Laila." Sambung Ayah.Sebenarnya, saat aku tahu rumah Wira tidak seram aku sudah mau. Tapi Ibu dan Ayah tidak memberikan kesempatanku bicara."Menikah, artinya kamu menyatakan diri sudah dewasa." Ucap ayah lagi."Iya, aku bersedia Ayah." Sambungku cepat. Wira mengeluarkan sepasang cincin dari sakunya.Dia memasangkannya ke jari manis tangan kiriku.
Baca selengkapnya

PANTAI TERSEMBUNYI

Sesampainya di panti anak. Aku menyumbangkan semua seragam sekolahku. Aku ke sana sendiri. Wira menunggu di luar."Tempat yang luas dan juga bersih!" Pujiku ke pengurus panti."Anak-anak di sini sangat menjaga tempat ini. Mereka senang memiliki tempat tinggal. Ini berkat seorang pemuda yang menyediakan tempat ini. Dia bagaikan malaikat penolong bagi mereka." Ucap pengurus panti."Wira!" Ucapku. Entah kenapa setiap aku dengar kata malaikat pasti yang terlintas dipikiranku adalah Wira."Nona tahu Wira? Kami tidak pernah melihatnya. Hanya bantuan mengatas namakan dia." Pengurus Panti itu terkejut.Wira pasti ingin membantu tanpa pamrih. Aku harus mendukungnya."Maksud saya, sudah senja. Bentar lagi gelap. Saya harus buru-buru pulang." Balasku buat alasan, kemudian pergi.Wira kemudian langsung mengantarku pulang.Memasuki bulan Ramadan. Wira mengajariku menyetir mobil sambil menunggu berbuka puasa."Putar stirnya ke kiri. Sesuaikan d
Baca selengkapnya

RESORT

Aku di bawa Wira ke pinggiran Kota dengan mobilnya.Sesampainya di sana. Aku dibuat heran, "Lebih tepat disebut gedung dibandingkan rumah. Ini yang ingin kamu tunjukan kepadaku?""Ini bukan rumah kita, tapi gedung perusahaan!" Jawab Wira."Kamu cuma bilang punya beberapa Resort . Bukan perusahaan!" Ucapku."Aku hanya belum bilang ke kamu. Dibandingkan mengatakannya aku lebih memilih menunjukannya langsung." Jelasnya.Aku benar-benar kagum dengan caranya menyampaikan. Aku tersenyum melihat gedung berbentuk kubus dan sepertinya berlantaikan tiga."Aku membutuhkan Perusahaan ini untuk melindungi beberapa Resort ku di bawah naungan hukum." Ucap Wira lagi.Dan aku membutuhkanmu Wira untuk melindungiku di bawah naungan ikatan pernikahan. Ucapku dalam hati."Kamu mengatakan sesuatu Laila?" Tanya Wira.Aku kaget. Apa tadi aku tidak sadar bicara."Aku rasa tidak!" Jawabku agak ragu."Ayo masuk!" Ucap Wira.Kami disambut petugas
Baca selengkapnya

SARKASME

Aku lalu diantar Wira pulang atau bisa dibilang aku sendiri yang mengantar diriku pulang. Wira mempersilahkan aku menyetir mobilnya.Di tengah perjalanan. Aku berhenti di sebuah minimarket."Aku mau belanja kebutuhan wanitaku. Kamu mau ikut?""Aku menunggu di sini saja." Jawabnya.Aku keluar dari mobil."Tidak lama!" Ucapku.Saat aku ingin pergi dia menahan tanganku."Mungkin kamu butuh ini!" Ucap Wira sambil memberikan kartu kreditnya. Cepat sekali Wira keluar dari mobil. Bahkan aku tidak sadar dia sudah ada di belakangku."Aku tidak akan memakai uangmu, termasuk perusahaanmu. Sebelum aku resmi jadi istrimu." Balasku. Aku masuk minimarket. Beberapa saat. Kemudian keluar setelah selesai belanja. Terlihat dari jauh Wira sedang dipojokkan oleh dua pria. Aku menghampiri mereka."Wira, ada apa?" Tanyaku penasaran."Dia siapa, Wira? Cantik juga. Kenalin ke kami." Bukannya Wira yang menjawab. Malah pria itu."Aku tunangan Wira!" Balasku."Tidak
Baca selengkapnya

KEMAMPUAN ROH

Pantesan persahabatanku cepat hancur. Selama ini aku selalu meminta bantuan tanpa membantu balik."Tiara, sahabatmu, masih tinggal di rumah Yasmine, kamu mau berkunjung ke sana?" Tanya Wira.Aku merasa sedih, "Tidak Wira. Dia tidak ingin bertemu aku lagi.""Kalau ke rumah Ayahku, kamu mau?" Ucapnya bikin aku tersenyum.Tidak beberapa lama Yasminw datang dengan menggunakan motornya."Aku nitip Sania ya ke kamu. " Ucap Wira ke Yasminw."Iya, apa yang tidak, buat kamu Wira." Balas Yasmine bikin aku cemburu.Sania tiba-tiba memeluk Wira, "Kak Wira janji akan menemui aku lagi."Aduh kok Wira disukai banyak wanita sih."Iya kakak janji dan akan mengajarimu ilmu bela diri biar bisa jaga diri." Ucap Wira.Aku benar-benar diuji agar tidak egois dan ingin menang sendiri. Bagaimanapun Wira dibutuhkan oleh mereka.Wira kemudian menghadapku."Aku suka kamu yang pengertian. Aku akan belajar mengerti kamu. Besok aku akan ajak kamu ke
Baca selengkapnya

PERNIKAHAN DI PENJARA

Malam hari tiba. Kami sampai di depan rumahku. Suasananya gelap. Saat kami turun. Tiba-tiba datang sekelompok polisi dari kegelapan dan menodongkan pistol ke arah Wira. Aku terkejut sekaligus gemetar. Tiba-tiba Sania muncul, "Kakak itu yang menculik aku." Ucapnya sambil menunjuk ke arah Wira membuatku terperangah. Polisi langsung meringkus Wira tanpa perlawanan. Terlihat Yasmine yang sudah diborgol oleh polisi dan beberapa polisi mendekatiku."Yasmine, aku yang perintah dan Laila, dia tidak terlibat apa-apa." Terang Wira. Hari yang kelam itu berlalu hingga proses pengadilan tiba. Wira ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan. Yasmine dan aku dibebaskan. Sebelum Wira dimasukan dalam sel penjara, Wira menyentuh pundakku dan menenangkanku yang terus menangis."Beruntung kita belum sempat menikah. Jadi kamu bisa cari suami yang lain. Maaf untuk pertama kalinya aku tidak bisa menepati janjiku." Ucap Wira yang membuatku langsung menggenggam k
Baca selengkapnya

BAYI DI JURANG

Esok paginya. Aku bersiap pagi-pagi sekali mengemasi barang-barangku ke dalam koper. Saat mobil Wira tiba. Aku bergegas pamit dengan kedua orang tuaku. Ayah berwajah datar sedangkan Ibu menangis sambil memelukku."Semoga kamu bahagia nak. Dengan keluarga barumu." Doa Ibu padaku.Dari kecil hingga besar aku hidup di sini. Kenangannya membuatku tidak kuasa menahan air mata ini. Aku mencium tangan Ayahku."Maaf Ayah, Saya gak kuliah seperti Ayah inginkan. Saya juga tidak berkerja seperti Ayah harapkan. Tapi saya janji akan selalu ingat Ayah dan Ibu. Saya akan membalas jasa kalian. Saya akan mengunjungi kalian. Sa..."Ayah memelukku. Mengelus kepalaku dengan lembut."Ayah senang kamu masih menghargai orang tuamu!" Ucap Ayah.Aku merasa bersalah. Hampir saja aku kualat sama orang tuaku. Untung Wira mengingatkanku malam tadi. Setelah Ayah melepaskan pelukannya, aku bersiap keluar. Wira sudah berada di depan pintu. Dia masuk dan melewatiku. Mencium kedua t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status