Semua Bab LAILA: Bab 31 - Bab 40

112 Bab

HILANG

Tidak beberapa lama Sofia mendapat telepon. Lalu melempar HPnya ke meja."Ih ketua kelas sombong banget. Masa gak pakai salam langsung bicara, gak sempat aku bicara langsung di tutup." Ucap Sofia kesal."Gak penting keluhmu. Yang penting pesan ketua kelas." Balasku."Katanya sekolah diliburkan." Jawab Sofia. "Ada kasus apalagi di sekolah kalian?" Tanya Wira."Kunci sekolah hilang semua." Balas Sofia. "Prankkk!" Tiba-tiba terdengar suara piring pecah di dapur."Apa itu?" Tanyaku panik."Mungkin Hamster." Balas Sofia ragu."Kamu memeliharanya?" Tanya Wira."Gak." Jawab Sofia."Berarti itu tikus. Gak usah dibikin keren sebutannya." Balasku."Prakkk!" Kemudian terdengar lagi dari arah berlawanan di dalam kamar Sofia, seperti suara pot jatuh dan pecah."Itu apa lagi?" Tanyaku selalu penasaran."Mungkin Anggora." Balas Sofia."Kucing kali. Kaya kebun binatang aja rumahmu." Ucapku."Emang kamu punya?" Tanya Wira."Gak. Kok rumahk
Baca selengkapnya

MEMBAYAR BIAYA

Di luar ruangan ada wanita tua bersama pemuda. Yasmine menyambut mereka dengan senyum, "Ibumu masih sanggup berjalanan? Sebaiknya gunakan saja kursi roda kami."Pemuda itu menjabat tangan Yasmine, "Sudah cukup dok bantuannya. Saya sangat berterima kasih telah membuat ibu saya sehat. Saya janji akan membayarnya kapan-kapan jika sudah punya uang.""Tidak perlu sekaligus, berangsur-angsur saja. Tidak perlu dipikirkan masalah biaya karena tidak ada batas waktu di sini." Ucap Yasmine."Bawakan kursi roda." Perintah Yasmine kepada perawat wanita di sampingnya."Baik dok."' Balas perawat itu lalu pergi. "Laila, kamu sudah kabari orang tuanya Sofia?" Tanya Yasmine ke aku.Segera aku menghubungi orang tua Sofia, memberitahu anaknya yang hilang sudah ditemukan dan alamat Sofia yang terluka dirawat. Setelah selesai telponnya aku bicara lagi ke Yasmine."Ibunya akan datang ke sini." Perawat wanita tadi datang membawa kursi roda dan menyerahkannya ke si pemuda.
Baca selengkapnya

SEBUAH HUBUNGAN

Sepertinya Jugo mencoba memanfaatkan keanehan Tiara. Tidak akan kubiarkan."Tiara kamu mau ajak aku kan, kita teman baik jauh sebelum Jugo muncul.""Kami lagi kencan, masa diganggu."' Potong Jugo."Aku mau Laila juga ikut." Ucap Tiara. Dia terlalu polos tidak tahu artinya kencan."Ya udah, kalau Toara bilang gitu." Balas Jugo.Aku dan Tiara lalu pergi dengan Jugo menggunakan mobilnya. Saat di dalam mobil. Aku baru sadar lupa pamit dengan Yasmine. Saat aku menoleh ke belakang mobil yang digunakan Yasmine sudah tidak ada. Ketika aku menoleh ke depan Jugo terlihat memperhatikanku melalui kaca spion depan."Kan sudah ada Tiara di sampingmu. Buat apa memperhatikanku?" Ucapku merasa risih.Jugo cuma diam dan terlihat kesal. Saat Jugo tidak lagi memperhatikanku. Aku mengeluarkan HP dari saku celana jeansku mencoba menghubungi Wira."Uhh, signalnya kok gak ada sih." Gumamku pelan.Tapi tetap disadari Jugo dengan memberikan senyum sinisnya lewat kac
Baca selengkapnya

HITAM DAN PUTIH

Aku sebenarnya agak kecewa Wira tidak menghukum Jugo dengan kemampuan mistisnya. Tapi aku juga senang dia bisa diharapkan. Di luar aku di sambut Yasmine."Kenapa Tiara?" Tanya Yasmine."Tangannya mungkin terkilir." Ucapku menduga."Biar aku bantu." Balas Yasmine sambil memegang tangan Tiara."Tahan rasa sakitnya." Lanjut Yasmine, lalu mengurut tangan Tiara."Ahhh." Teriak Tiara."Bagaimana?" Tanya Yasmine."Sudah tidak terlalu sakit lagi untuk digerakan. Makasih." Balas Tiara. Tidak beberapa lama kemudian mobil polisi datang.Satu persatu temannya Jugo dijemput dari dalam bangunan dan dimasukan ke dalam mobil tahanan. Saat Jugo di bawa polisi dan melewatiku, dia tersenyum. Entah kenapa aku menjadi takut. Aku melihat Yasmine sedang menyerahkan HP Wira ke salah satu polisi. Saatku menghampirinya. Polisi itu pergi."Aku mau bicara denganmu?" Ucapku ke Yasmine.Aku melihat keseliling, meski Wira jauh dari kami, ada burung Gagak yang dekat de
Baca selengkapnya

PENGAKUAN TIARA

Aku memperhatikan ke arah pintu rumah Tiara. Masih terbuka. Tiba-tiba Tiara di dorong keluar hingga jatuh oleh ibunya. Sebuah tas juga dilempar. Ibunya terlihat memarahi Tiara. Kemudian menutup pintu dengan membantingnya. Aku melihatnya langsung keluar mobil untuk menghampiri Tiara. Lalu menuntunnya ke arah mobil Wira."Tiara di usir Ibunya." Kataku ke Wira.Yasmine keluar mobil dan memayungi kami karena gerimis mulai turun."Masuklah ke dalam mobil, sepertinya hujan susulan akan turun lagi." Ucap Wira.Aku lalu duduk di belakang bersama Tiara sedangkan Yasmine beralih duduk di samping Wira. Di dalam mobil terlihat Tiara menahan tangisannya tapi tetap air matanya mengalir."Tiara, bisa tinggal di rumahku. Aku cuma tinggal sendiri." Ucap Yasmine."Kamu kenapa di usir. Apa karena kami lambat membawamu pulang." Ucapku merasa bersalah."Bukan salah kalian." Jawab Tiara."Terus, katakanlah biar kami bisa carikan solusinya." Tanyaku penasaran tapi Tiara cum
Baca selengkapnya

KEKAYAAN YANG DI SEMBUNYIKAN

Aku baru tahu dia punya Resort. Tapi itu masih belum cukup mengobati rasa penasaranku."Kalau dia lama punya aset itu? kenapa dia baru bisa beli mobil." Tanyaku."Rumah ini juga punyanya." Jawab Yasmine.Aku baru ingat, Wira juga membiayai kuliah Yasmine. "Kamu nyerahin apa saja, sampai Wira nyerahin salah satu asetnya ke kamu?" Tanya Tiara ke Yasmine.Yasmine terlihat bingung harus jawab apa."Yasmine bekerja untuk Wira, sebagai asistennya." Ucapku ngasal membantu Yasmine."Iya." Sambung Yasmine."Kamu sendiri kenapa berpakaian menarik gitu? Mau cari pacar cadangan?" Celoteh Tiara lagi. "Aku mau ke rumah pacarku lah!" Ucapku."Emang kamu diajak Wiraa?" Ucap Tiara.Aku bingung harus berkata apa. Jika aku bilang, aku sendiri yang mau kesana pasti akan ditertawakannya. Tiba-tiba HPku berbunyi. Dari Wira."Kamu mau gak? kuajak bertemu dengan orang tuaku." Ucap Wira, seakan dia selalu ada saat aku butuhkan."Iya, tentu." Jawabku,
Baca selengkapnya

PENAMPAKAN RUMAH

Wira terlihat termenung. Apa dia sedang mengalihkan kesedihannya karena tidak mendapatkan perhatian dari Ayahnya."Aku memberikan perhatian lebih kepada burung ini. Mereka menjadi jinak dan mengenalku." Ucap Wira."Boleh aku pegang!" Ucapku ingat di kebun binatang biasanya burung jinak juga bisa dipegang orang lain. Tapi itu tidak berlaku dengan peliharaan Wira. Mereka langsung terbang ke langit. Wira terlihat kesal."Gak usah dimarahi mereka. Kasian!" Ucapku.Wira tersenyum, "Kamu mengganggapku bisa bicara dengan kedua burung itu!""Apa sih yang gak bisa buat kamu." Balasku. Terlihat Wira kembali mengalihkan topik, "Kamu tidak malu punya pacar rumahnya kayak gubuk gini.""Aku sudah tahu asetmu?"Wira menepuk jidatnya. Dia panik atau gugup, jadi bicara basi kayak gitu seperti di sinetron-sinetron."Aku mau lihat isi rumahmu, boleh gak?" Tanyaku curiga rumah Wira menyimpan rahasia yang bisa menjelaskan keanehannya."Silahkan." Balas Wira.
Baca selengkapnya

APA RAHASIANYA?

Saat tengah hari, kami pulang. Tiara terlihat senang, sedangkan aku sebaliknya. Di rumah aku menunggu kabar dari Wira. Tapi HPku hanya dipenuhi notifikasi dari teman-teman. Malam sudah tiba. Ibu menyuruhku makan. Tapi aku menolaknya dengan alasan tidak nafsu makan. Padahal karena mengkhawatirkan Wira. Hatiku tidak tergerak melihat Ibu sedih. Aku tidak tahu kenapa? Tiba-tiba HPku berbunyi. Pesan dari Wira, "Aku baik-baik saja." Pesan singkat itu berhasil mengubah suasana hatiku. Aku menghampiri Ibu yang makan sendiri di dapur. Ibu terlihat senang."Maaf Bu, jika aku buat Ibu bersedih." Ucapku merasa bersalah."Iya nak, Ibu senang kamu bersama Ibu di sini." Balas Ibu. Setelah makan aku sempatkan nonton TV sebelum tidur.Tubuhku gemetar saat melihat berita langsung yang mengatakan telah terjadi ledakan bom oleh teroris yang melukai anggota kepolisian. Aku segera menelpon Wira. Tapi sambungan tidak bisa terhubung. Aku berkali-kali mencoba
Baca selengkapnya

PEMBACA PERASAAN

Di dalam kamar. Aku telepon Sofia. Beberapa lama kemudian Sofia datang. Kami mengunci kamar. Aku segera mengeluarkan kartu memori dari dalam liontin. Udah mirip brankas saja ya kalung liontinku?Aku lalu memasang kartu memori itu ke laptop Sofia. Memutar rekamannya. Kami benar-benar terpaku dengan layar. Terlihat Wira masuk mobil sendiri. Dia cuma diam. Tapi tiba-tiba bicara sendiri."Jadi, aku harus nyebutmu apa?" Ucap Wira.Dia diam seakan membiarkan sesuatu menjawab pertanyaannya."Hara, nama yang bagus." Ucap Wira lagi. "Siapa Hara?" Tanya Sofia."Kamu lihat seseorang selain Wira di dalam rekaman itu!" Tanyaku.Kami saling bertanya heran. Aku menghentikan videonya."Kok dijeda sih?" Protes Sofia.''Bentar!" Ucapku sambil memperhatikan jendela."Ada apa?" Tanya Sofia penasaran."Lihat ke arah jendela. Burung Gagak itu baru datang dan bertengger di pohon." Balasku sambil mendekati jendela dan membukanya. "Katakan pada t
Baca selengkapnya

JUGO KELUAR LAGI

"Kamu mendapatkan kemampuan itu, pasti mengorbankan sesuatu?" Tanyaku."Ini bukan didapatkan. Ia hadir saat aku butuh. Agar dapat selalu menggunakannya, aku harus menghilangkan kemampuan berbohong, ingkar janji dan mengkhianati." Jawab Wira membingungkanku."Itu bukan kemampuan tapi sifat buruk. Kamu bohong setia denganku dan ingkar janji serius denganku bahkan mengkhianatiku dengan selingkuh dariku?" Ucapku meluapkan semua emosi. "Saat itu aku sudah bilang, bahwa aku sudah punya pacar, kepada Polwan itu. Apa kamu tidak menonton keseluruhan rekamannya." Ucap Wira."Iya sepertinya tidak. Maaf aku melanggar privasimu. Karena cuma cara ini yang bisa membuatmu menjawab pertanyaanku dan tidak hanya diam." Balasku tulus. "Sekarang kamu tahu, aku bukan hanya polisi di dunia ini tapi juga polisi di dunia lain. Kemampuan ini punya resiko. Aku bahkan tidak bisa merasakan nikmatnya makanan ini dan sepertinya aku kehilangan hawa nafsu." Penjelasan Wira bikin aku terceng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status