Home / CEO / Istri Kedua CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri Kedua CEO: Chapter 41 - Chapter 50

227 Chapters

41. Kabar Bahagia Untuk Allendra

Angela mengerjabkan kedua matanya perlahan karena mendengar ponselnya yang berada di atas meja samping tempat tidur bergetar. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya saat tahu siapa orang yang telah meneleponnya dini hari seperti ini."Siapa?" tanya Allendra dengan suara serak. Dia merasa sangat mengantuk karena baru tidur selama beberapa jam. Dia dan Angela baru saja melewati malam yang sangat panas dan penuh gairah.Aroma tubuhnya dan Angela pun bercampur menjadi satu. Bahkan jejak-jejak cinta mereka semalam masih membekas di tubuh kedua."Alvaro," jawab Angela lirih.Allendra mendengkus kesal lalu membenamkan wajahnya di leher Angela. "Untuk apa saudara kembarku yang bodoh itu menelepon?"Angel mengangkat kedua bahunya ke atas. "Aku tidak tahu.""Apa kau mau menerimanya?""Em ...." Angela tampak berpikir."Jangan diangkat." Alle
Read more

42. Angela Is Back

Felix mengerutkan dahi melihat Alvaro yang hari ini begitu semangat menyelesaikan pekerjaannya. Padahal biasanya Alvaro selalu meninggalkan pekerjaannya begitu saja dan menyuruhnya untuk menyelesaikannya. Aneh sekali.Apa mungkin kepala Alvaro baru saja membentur sesuatu? Kenapa sahabatnya itu hari ini bertingkah sangat aneh?Alvaro menekan intercom di atas meja yang terhubung langsung dengan sekretarisnya. "Gabriella, tolong ambil berkas yang ada di ruanganku sekarang lalu berikan pada manager keuangan."Tidak lama kemudian seorang wanita masuk ke ruangan Alvaro untuk mengambil berkas. "Apa Anda ada perlu yang lain, Mr. Alvaro?""Tidak ada, Gabriella. Oh, iya, tolong atur ulang pertemuanku dengan Mr. Mahendra."Gabriella mengangguk. "Baik, Mr. Alvaro," ucapnya sebelum undur diri dari ruangan atasannya itu.Felix menghampiri Alvaro, lantas mendudukkan diri di kursi yang be
Read more

43. Hadiah Palsu Untuk Mama

Tempat itu tidak pernah sepi. Orang-orang datang dan pergi silih berganti. Alvaro sengaja mengosongkan jadwalnya hari ini karena ingin menjemput sang istri tercinta. Perjalanan dari Paris ke Jakarta membutuhkan waktu sekitar tujuh belas jam. Jika tidak ada halangan Angela seharusnya tiba beberapa menit lagi.Banyak pasang mata yang mencuri pandang ke arah Alvaro, terutama kaum hawa. Tidak heran karena pria beristri dua itu hari ini terlihat sangat tampan. Dia memakai kemeja putih dengan dua kancing paling atas yang sengaja dibuka, serta celana bahan berwarna hitam dan tatanan rambut yang dibuat naik ke atas membuat kadar ketampanan lelaki 29 tahun itu semakin bertambah.Alvaro berulang kali melihat jam tangan merek Rolex yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Dia sudah datang di bandara sejak dua puluh menit yang lalu. Namun, orang yang dia tunggu tidak kunjung datang. Rasanya dia sudah tidak sabar sekali ingin bertemu dengan Angela.
Read more

44. Pesta Pengumuman

Suasana kediaman keluarga Dinata malam ini sangat ramai. Lampu-lampu menyala terang hampir di setiap sudut ruangan. Beberapa rangkaian bunga gardenia dan mawar hijau turut menghiasi pesta yang digelar khusus oleh Mama.Beberapa pelayan sibuk menata hidangan  di atas meja untuk para tamu undangan yang datang. Semua hidangan terlihat sangat lezat dan mewah karena dimasak oleh koki ternama.Semua rekan bisnis Alvaro dan teman Angela sesama model sudah datang sejak tiga puluh menit yang lalu. Mereka terlihat sangat menikmati pesta yang digelar untuk mengumumkan terpilihnya Alvaro sebagai pemimpin sekaligus pewaris tunggal perusahaan Dinata.Malam ini Alvaro terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo berwarna maroon. Sang istri pun juga tidak kalah memesona. Angela terlihat sangat cantik memakai gaun berwarna hitam dan tatanan rambut yang disanggul ke atas. Kecantikannya semakin terpancar karena bibirnya dipoles lipstik b
Read more

45. Insiden di Tengah Pesta

"Long time no see, Caramell ...." Lelaki bertubuh tambun itu menatap Cara dengan penuh minat, seperti srigala kelaparan yang melihat seonggok daging segar. "O-Om Hery ...," ucap Cara terbata-bata. Wajah gadis itu seketika berubah pucat, setitik keringat dingin pun keluar membasahi pelipisnya karena teringat kejadian enam bulan lalu yang dialaminya saat bekerja sebagai pelayan di Paradisse Club. Saat itu dia diminta oleh kepala pelayan untuk mengantar minuman ke Om Hery yang berada di ruangan khusus pelanggan VIP. Sebagai seorang pelayan yang baru bekerja, Cara pun segera mengantar minuman tersebut ke Om Hery. Wajah cantik dan tubuh sintalnya ternyata berhasil menarik perhatian lelaki itu. Om Hery menginginkan Cara untuk menemaninya minum. Cara sebenarnya tidak mau karena curiga dengan gelagat Om Hery, tapi dia dipaksa oleh kepala pelayan untuk menemani Bandot Tua itu minum jika tidak ingin dipecat.
Read more

46. Gosip Panas

Prang!!!Om Hery meraba-raba belakang kepalanya yang terasa sakit. Lelaki paruh baya itu cepat-cepat berdiri karena ingin tahu siapa orang yang sudah berani melempar kepalanya dengan sebuah piring. Dia akan membuat perhitungan dengan orang itu karena sudah membuat kepalanya sakit.Bugh!Sebuah bogem mentah langsung mendarat di pipi kanan Om Hery begitu balik badan hingga sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah."Berengsek!" geram Felix terdengar penuh amarah. Dia memang bukan lelaki baik, tapi kelakukan mantan ayah tirinya itu benar-benar membuatnya muak.Lelaki bernama Hery Pramono itu tidak pernah cukup dengan satu wanita. Sejak dulu Om Hery selalu menduakan istri-istrinya, termasuk mamanya. Karena alasan itulah akhirnya mamanya meminta cerai dari lelaki itu.Bajingan!Felix langsung menghampiri Om Hery yang tersungkur di tanah. Dia kembali melayangkan
Read more

47. Maaf, Aku Harus Pergi

"Ugh!" Cara cepat-cepat pergi ke kamar mandi sambil membekap mulutnya dengan telapak tangan. Perut gadis itu terasa sangat mual, rasanya dia ingin sekali memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya, tapi tidak ada apa pun yang keluar. Cara membasuh wajahnya lalu memperhatikan pantulan dirinya di dalam cermin kamar mandi. Lingkaran hitam tampak menghiasi kedua matanya, wajahnya sekarang terlihat sangat pucat, pipinya tampak lebih tirus dan tubuh berkeringat dingin. Cara pun kembali membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar sebelum keluar dari kamar mandi. Seharusnya dia banyak-banyak istirahat karena kandungannya lemah. Namun, gadis itu tidak bisa tidur karena memikirkan Alvaro. Lelaki itu pasti pusing memikirkan rumor tidak benar yang beredar tentang dirinya. Apa lagi dia ikut terlibat dalam masalah tersebut. "Ah ...." Cara mengusap wajah kasar. Andai saja kemarin dia tidak mengacaukan pesta Alvaro,
Read more

48. Pria Lemah

'Kenapa kau baru mengangkat teleponku, Baby? Apa kau tidak tahu kalau aku ingin sekali mendengar suaramu?' berondong Allendra saat Angela menerima teleponnya.Bibir Angela melengkung ke atas mendengar ucapan Allendra barusan. Dia bisa membayangkan bibir Allendra sekarang pasti sedang mencebik kesal karena dia baru memberi kabar sejak datang ke Indonesia."Apa kau sangat merindukanku, Allend?" tanya Angela menggoda.Allendra mendesah panjang. 'Tentu saja, Baby. Kenapa kau masih bertanya? Apa kau ingin aku muncul di depanmu sekarang untuk membuktikannya?' sungutnya kesal.Angela malah terkikik geli. "Maaf, Allend. Kau tahu sendiri kan, Alvaro tidak bisa jauh-jauh dariku? Aku harus curi-curi kesempatan seperti sekarang untuk meneleponmu. Sekali lagi maaf, ya ...?"Allendra mendesah panjang. Saudara kembarnya yang bodoh itu memang cinta mati dengan Angela. Alvaro pas
Read more

49. Jangan Jatuh Hati!

"Apa yang Dokter lakukan di sini?"Kafka malah tersenyum melihat ekpresi Cara yang terkejut karena kedatangannya. "Tentu saja untuk bertemu denganmu. Apa suamimu ada di rumah?" tanya Kafka sambil melongok ke dalam mencari Alvaro."Tuan Alvaro sedang tidak ada di rumah," jawab Cara."Em, apa aku boleh masuk, Caramell?""Ah, tentu saja, Dokter." Cara pun mempersilakan Kafka untuk duduk di ruang tamu. Tanpa diminta dia beranjak ke dapur membuat secangkir teh panas untuk dokter muda itu. Untung saja Alvaro tidak ada rumah, jika ada suaminya itu pasti marah karena Kafka datang ke rumah."Terima kasih banyak, Caramell.""Sama-sama, Dokter. Kenapa Dokter datang pagi-pagi sekali?"
Read more

50. Hujan dan Rindu

"Apa kau merindukan, Caramell?"Alvaro terkejut mendengar pertanyaan Felix barusan, sedetik kemudian dia cepat-cepat mengubah raut wajahnya agar kembali tenang. "Em, ti-tidak," jawabnya terbata-bata."Sungguh?" Felix menatap Alvaro dengan pandangan menyelidik."Tentu saja. Untuk apa juga aku berbohong?" Alvaro mencoba fokus membaca berkas yang ada di tangannya. Namun, pertanyaan Felix barusan berhasil menghancurkan konsentrasinya. Dia malah terus memikirkan Cara."Kau bohong, kan?" tanya Felix sambil mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di depan Alvaro.Alvaro mengempaskan punggungnya di kursi kebanggannya. Percuma saja dia berbohong karena Felix sudah tahu kalau dia sedang memikirkan Cara."Aku—hanya memikirkan bayiku yang berada dalam kandungan Cara. Itu hal yang wajar, kan?""Em ...." Felix bergumam sebentar sebelum menjawab pertanyaan Alva
Read more
PREV
1
...
34567
...
23
DMCA.com Protection Status