Home / Romansa / Balada Asmara Biduan Dangdut / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Balada Asmara Biduan Dangdut: Chapter 91 - Chapter 100

146 Chapters

ULAH JURAGAN TURAH

Kupacu laju Vespa meninggalkan pelataran rumah dengan suara cemprengnya yang merobek hening malam. Kabut tebal turun malam ini memendekkan jarak  pandangku, namun itu tidak membuat Vespaku menurunkan kecepatannya sedikitpun. Dalam pikiran hanya ada satu tujuan yang ingin lekas kusambangi.Rumah Juragan Turah!Beberapa menit kemudian aku telah sampai, dan waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Rumah ini tampak sepi tidak ada gejala-gejala orang hidup di dalamnya, bahkan tidak ada penjaga sama sekali.“Aneh,” kataku, “biasanya ada penjaga yang bersiaga 24 jam di gerbang.”Kurogoh saku celana guna mengambil ponsel dan berniat menghubungi Dewik.Memanggil… (Nomor yang Anda tuju sedang tidak…)Memanggil… (Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif  atau…)Sial! Hampir saja kubanting ponselku lantaran emosi, tapi tidak jadi karena lima detik kemudian terdengar bunyi tingg!!
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more

ADEGAN DEWASA 18+

BERISI ADEGAN 18+ANDA BISA MELEWATI BAB INI DENGAN TANPA KEHILANGAN ALUR CERITATERIMA KASIH *** Menurut Dewik, siang itu setelah menemui aku di Warung Kopi Mbok Bariyah dia langsung pergi ke tempat Juragan Turah menumpang ojek pengkolan. Namun sesampai di rumah Sang Juragan, ternyata tuan rumah tidak ada. Menurut istri ketiganya, Juragan Turah sedang pergi ke Kantor Desa.“Untuk apa?” tanya Dewik kepada istri ketiga itu.“Entahlah, Mbak. Tapi yang jelas, Juragan pergi dengan raut wajah marah.”Mendengar itu Dewik merasa khawatir. Mungkin saja Sang Juragan gila itu sedang mengumpulkan lebih banyak masa dan akan menuntut balas kepadaku. Dia tentu saja tidak akan tinggal diam ketika tiga orang anak buahnya dihajar di Warung Mbok Bariyah.“Yasudah, saya permisi dulu,” ucap Dewik segera pamit dan pergi ke Kantor Desa.Masih menggunakan ojek yang sama, bergegas
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more

PENYERANGAN

Dewik menangis setelah bercerita panjang lebar. Bahunya berguncang dan napasnya tersengal satu-satu. Ada perasaan bersalah dari dalam hatinya, serta tentu saja  dia sangat takut jika aku menjadi murka terhadapnya. Betina itu segera memelukku dengan erat dan di belakang telingaku dia berkata, “Apa kamu marah terhadapku, Mas?” suaranya parau.Alih-alih bersungut, aku lepaskan pelukannya hingga tampak kedua bola matanya yang basah. Aku tersenyum. “Aku tidak marah. Aku tidak mungkin marah padamu atas hal yang tidak bisa kamu kendalikan. Semua ini bukan salahmu. Jadi untuk apa aku harus murka kepadamu? Bukankah itu tidak adil?”Dia sangat lega ketika aku mengatakannya. Bibirnya dipaksakan tersenyum, meski matanya terus berderai air mata.“Aku cinta kamu.”“Aku juga,” jawabku.Selanjutnya kubaringkan tubuhnya yang lemah itu agar dia tertidur.“Sebaiknya kamu istirahat. Sebentar lagi pasti
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

RUANG INTROGASI

Saat itu aku curiga, mengapa keributan di luar sana tetiba berhenti? Dan ternyata baru aku tahu jika inilah yang terjadi:Polisi datang ke rumah Juragan Turah dan segera menengahi keributan siang ini. Aku sengaja menggunkan kata ‘menengahi’, sebab anggota polisi yang datang jumlahnya tidak banyak, hanya 4 orang saja. Karena tentu saja, polisi di wilayah pedesaan seperti ini tidak ada wibawanya sama sekali, dan tidak punya kekuatan sebesar polisi yang berada di wilayah Ibu Kota. Di desa itu, keamanan tertinggi masih dipegang oleh kelompok preman-preman.Rombongan polisi itu muncul dari sebuah mobil sedan dengan cara yang dramatis, kemudian salah seorang polisi yang berkumis tebal itu segera melepaskan tembakan peringatan ke udara.Dorr!!“Berhenti kalian semuanya!”Kang Bambang yang melihat polisi tersebut segera menyuruh kelompoknya untuk berhenti. Begitu pula dengan kelompok anak buah Juragan Turah yang ikut membuang semua
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

AHLI WARIS

Selesai dengan urusan polisi, aku langsung kembali pulang. Sepanjang jalan aku melihat warga desa sudah geger akibat kabar meninggalnya sang kepala desa itu. Mereka mulai menerka-nerka atas apa yang terjadi.“Katanya Juragan Turah dibunuh sama perampok.”“Bukan, katanya dia mati karena sakit jantung.”“Mana mungkin sakit jantung bisa sampai lepas kepalanya?”“Ya nggak tahu saya, katanya emang begitu.”“Oh…”Aku cuma mendengarkan obrolan orang-orang itu di sepanjang jalan, dan merasa senang sebab tidak ada satupun yang menyebut namaku sebagai tersangka. Sepertinya polisi sudah menutup kasus ini. Dan tentu saja Kang Bambang sudah bekerja dengan baik sehingga bisa menutupi namaku dalam kasus pembunuhan ini.Tempat pertama yang aku tuju bukanlah rumah, melainkan pemakaman umum. Di sini ramai warga sudah berkumpul. Setelah tadi jenazah Juragan Turah dimandikan, lalu dishola
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

SAAT PRIA JATUH CINTA

Akhir-akhir ini Kang Bambang doyan melamun, terutma saat sedang berkumpul-kumpul seperti yang terjadi siang ini. Aku, Dewik, dan juga Mbok Bariyah sampai heran dengan tingkah lakunya, sebab laki-laki yang sudah berkepala empat itu seperti ABG saja kelakuannya.“Woi, Kang, kamu ini kenapa kok kopinya cuma dilihatin aja?” ucapku, tapi dia tak peduli.“Kang Bambang sehat, kan?” Dewik ikut menimpali, tapi laki-laki mantan preman itu tetap saja memaku matanya pada cangkir kopi dengan tatapan yang kosong.Mbok Bariyah yang ikut gemas pun akhirnya buka suara. “Dia itu kesurupan.”“Masak sih, Mbok?” Aku dan Dewik saling berbagi pandang.“Iya, aku udah berpengalaman ngadepin kayak gini.” Mbok Bariyah mendekati Kang Bambang dan mulai melihat-lihat matanya seperti seorang dokter yang tengah memeriksa pasiennya. Wanita tua itu mengangguk dan berkata, “Kesurupan penyakit paling mematikan di dunia
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

PAMIT

Tidak terasa sudah 1 minggu kami tinggal di desa. Maka sesuai perjanjian yang telah disepakati dengan Inces, kami semua harus kembali lagi ke Ibu Kota. Bekerja. Dan meniti karir untuk grup musik dangdut kami yang sebentar lagi akan bergabung dengan manajemen artis Laskar Cinta.Saat-saat yang seperti ini merupakan yang paling tidak kusukai, sebab aku harus pamit kepada orang-orang yang kucintai. Mulai dari Emak, Aisyah, Temu, Mbok Bariyah, dan tetangga-tetangga yang lainnya.Rasanya memang berat. Namun, sebagaimana roda kehidupan, setiap yang datang pasti akan pergi. Dan inilah daftar orang-orang yang kumintai pamit dan sekalian restu. **** AISYAH.Kepadanya aku pamit ketika hari masih pagi. Aku datang ke Ndalem dengan membawa bubur candil yang Emak buat sebelumnya.“Untuk apa ini, Mas?” ucap Aisyah senang.“Untuk kamu dan juga Abah Yai. Tadi pagi Emak yang bikin sendiri.”&ld
last updateLast Updated : 2021-12-08
Read more

IRING-IRINGAN KEBERANGKATAN

Pagi ini kami berangkat. Seperti kemarin, kami telah menyewa travel yang akan mengantar kami sampai di stasiun, kemudian menyambung perjalanan menuju Ibu Kota naik kereta api.Meski hanya seminggu, namun banyak sekali yang sudah terjadi selama liburan kali ini. Dan lebih dari itu, aku bersyukur atas semua yang terjadi, dan sekarang saatnya pergi ke Ibu Kota untuk bekerja keras.Inces mengirim pesan agenda apa saja yang akan kami kerjakan begitu sampai di sana. Yang paling mengejutkan adalah kami tidak akan tinggal lagi di Hotel Rich Jalan Merdeka, namun sudah disewakan rumah kontrakan alias yang akan menjadi markas kami yang baru.Rasanya senang, sebab di markas yang baru kami bisa latihan dengan bebas. Namun ada sedikit perasaan kecewa juga, sebab itu artinya aku harus berpisah dengan wanita cantik yang kukagumi itu, yaitu Raline.Namun masih beruntung, sebab kata Inces, kepindahan kamike markas yang baru baru akan terjadi sekitar 3 hari lagi. Aku masih
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

SAMBUTAN IBU KOTA

Ibu Kota.Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 begitu kami turun dari kereta api. Seketika kami langsung disambut oleh suasana sangat berbeda dengan di desa. Pedagang asongan menawarkan rokok dan minuman. Calo tiket mengejar kami menawarkan tiket kereta. Dan banyak orang lalu-lalang sambil bertelepon.Semua orang berjalan dengan langkah-langkah cepat, seperti sedang diburu oleh waktu. Begitu pula dengan kami yang mengejar taksi untuk segera pergi menemui Inces di Hotel.“Selamat malam, Pak, Bu. Mau diantar kemana?” sapa ramah si supir taksi.“Hotel Rich di Jalan Merdeka.”“Baik.” Dinyalakan argo taksi kemudian kami melaju.Ibu Kota tak pernah tidur, meski malam semakin melarut. Bahkan di jam segini kami pun terjebak macet di beberapa jalan-jalan protokol.Kang Bambang yang duduk di sebelah sang supir membuka jendela dan menyalakan rokok.“Boleh saya merokok?”“Oh silakan
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

TERAPIS

Setelah perempuan yang disebut Mami itu menjelaskan panjang lebar, akhirnya kami tahu jika ini adalah tempat pijat relfeksi, yang utamanya berfokus pada kaki.“Di kaki itu terdapat saraf-saraf penting yang terhubung ke seluruh badan. Jadi, kalau kalian baru menempuh perjalan, paling cocok buat pijat di sini. Dijamin setelah itu semua pegal-pegal akan hilang, dan nanti malam tidur kalian pastilah nyenyak.”Aku mengangguk-angguk.Tapi, awalnya Dewik protes. Dia tidak mau jika aku akan dipijit oleh wanita-wanita cantik itu. Tentu saja betina itu cemburu.“Aku ingin laki-laki dipijit laki-laki, dan perempuan juga dipijit oleh perempuan,” katanya langsung.Mami tersenyum dan berkata, “Boleh saja, kebetulan kami juga punya terapis laki-laki dan juga perempuan.”Kang Bambang langsung kecewa mendengarnya.Seorang terapis perempuan datang setelah dipanggil oleh Mami. Kemudian dia ditugaskan oleh Mami untuk m
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status