Share

TERAPIS

Author: Haras
last update Last Updated: 2021-12-09 11:33:03

Setelah perempuan yang disebut Mami itu menjelaskan panjang lebar, akhirnya kami tahu jika ini adalah tempat pijat relfeksi, yang utamanya berfokus pada kaki.

“Di kaki itu terdapat saraf-saraf penting yang terhubung ke seluruh badan. Jadi, kalau kalian baru menempuh perjalan, paling cocok buat pijat di sini. Dijamin setelah itu semua pegal-pegal akan hilang, dan nanti malam tidur kalian pastilah nyenyak.”

Aku mengangguk-angguk.

Tapi, awalnya Dewik protes. Dia tidak mau jika aku akan dipijit oleh wanita-wanita cantik itu. Tentu saja betina itu cemburu.

“Aku ingin laki-laki dipijit laki-laki, dan perempuan juga dipijit oleh perempuan,” katanya langsung.

Mami tersenyum dan berkata, “Boleh saja, kebetulan kami juga punya terapis laki-laki dan juga perempuan.”

Kang Bambang langsung kecewa mendengarnya.

Seorang terapis perempuan datang setelah dipanggil oleh Mami. Kemudian dia ditugaskan oleh Mami untuk m

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   ADEGAN RANJANG 18+

    PERINGATAN!!!BAB BERISI ADEGAN DEWASA.BAB INI BISA DILEWATI TANPA KAMU AKAN KETINGGALAN JALAN CERITANYA.****Aku segera duduk di atas sofa dengan kaki menjulur, kemudian Ayu dengan sigap mengeluarkan minyak dan melumuri kakiku dengan itu.Aku meringis, sebab rupanya pijatan-pijatan kecil di telapak kaki itu terasa sakit, menimbulkan sensasi yang pernah kurasakan sebelumnya.“Aww!!”“Sakit, Kak?”Aku mengangguk. “Ya, tapi aku ketagihan. Ayo teruskan,” ucapku, dan itu membuat Ayu tersenyum manis.Dengan telaten wanita itu terus memijit telapak kakiku, menekan-nekan pada bagian tertentu, hingga sampai beberapa kali aku meringis kekakitan.“Apakah ini normal?” tanyaku pada Ayu.“Apa maksudnya?”“Apakah saat dipijit begini seseoang akan mengerang kesakitan sepertiku?”“Oh, ya. Itu normal. Se

    Last Updated : 2021-12-09
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   WANITA YANG MALANG

    Usai melakukan percintaan cukup seru dengan terapis itu, aku memakai baju dan keluar dari kamar terapis.Sudah ada Inces dan Mami rupanya di sana, duduk di depan bar lantai 2. Segera kunyalakan rokok dan duduk di sofa.“Gimana, Cukir? Apa service-nya memuaskan?” tanya Mami dengan nada menggoda. Inces di sampingnya juga ketawa-tawa.Kuacungkan jempolku kepada mereka. “Mantap, Mami. Pantes deh kalau aku kasih bintang lima.”Mami tertawa, lalu mendekati aku sambil membawakan asbak. “Ayu itu memang terapis kami yang berpengalaman. Jadi pasti service-nya nggak akan mengecewakan.”“Memang benar, Mami. Aku suka caranya memperlakukanku dari semua hal. Mulai dari cara bicranya, cara memijitnya, hingga cara bercintanya.”“Aww, syukurlah kalau kamu suka.” Mami mematikan rokoknya. “Eh, tapi ngomong-nomong, dimana Ayu? Kok, belum keluar-keluar juga?”Aku tersenyum. “Dia

    Last Updated : 2021-12-09
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KONDISI KEUANGAN PAILIT

    “Terima kasih,” ujar Raline ketika permainan panas kami telah selesai. Aku segera memakai pakaianku dan bergegas kembali ke kamar sebelum Dewik menyadari jikakekasihnya menghilang malam-malam.“Sama-sama, Raline. Aku harap kamu bisa menjadi wanita yang selalu bahagia, sebagaimana peranmu di sintreon itu,” ucapku.Raline yang masih menutupi dadanya dengan selimut putih itu membuka laci. Dia mengambil sebuah cincin dan menyerahkan kepadaku.“Apa ini?”“Untukkumu,” katanya tenang. “Ini adalah hadiah terbaik yang pernah aku punya. Cincin dengan mata berlian biru yang langka. Dibuat terbatas. Hanya ada beberapa di dunia.”“Untukku? Untuk apa?”“Aku tidak tahu. Tapi aku kamu ingin memilikinya sekarang.”Tentu saja aku menolak. Untuk apa aku memiliki barang semahal itu? Lagipula aku bukan seorang gigolo, kan?“Aku melakukan ini lantaran men

    Last Updated : 2021-12-09
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   CARI KONTRAKAN

    “Sial, tidak diangkat panggilanku,” kataku kesal.Inces bingung dengan apa yang aku perbuat, sehingga dia bertanya, “Telpon siapa kamu?”“Pak Gio,” jawabku cepat seraya mengulang kembali panggilanku.“Pak Gio? Si Supir Taksi yang kemarin malam itu?” Dewik memastikan.“Iya. Tepat sekali.”“Untuk apa Mas Cukir telpon dia?” tanyanya lagi.Kuletakkan ponsel yang masih mencoba menghubungi Pak Gio. “Dia kan kemarin bilang kalau di kampungnya grup musik kita udah terkenal. Jadi kupikir itulah tempat terbaik kita untuk menyewa rumah sekaligus menjadikannya markas. Seperti rumah Kang Bambang, kita bisa latihan di sana dengan bebas, sekalian menghibur para penduduk.”“Cerdas!” Kang Bambang tersenyum. Tentu saja dia setuju dengan ide brilianku.“Wait, wait!” Inces menyela. “Tapi, bagaimana kalau latihan kalian nanti malah meng

    Last Updated : 2021-12-10
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KAMPUNG KEMBANG

    Kampung ini terletak di pinggiran Ibu Kota. Meski begitu, jaraknya tidak terlampau jau untuk menjangkau di pusat kota.Setelah masuk gang bisa kulihat rumah-rumah yang berjajar cukup rapi dengan luas yang hampir sama, mirip-mirip perumahan. Lumayan. Tidak terlalu buruk buat tempat tinggal. Toh, kami juga sudah terbiasa tinggal di desa yang jauh lebih buruk daripada kampung sini.“Apa nama kampungnya, Pak?”“Kampung Kembang.”“Ohh…”Banyak anak-anak kecil berlarian di jalan kampung, serta ibu-ibu di depan rumah yang sedang menjemur baju sambil menggosip. Ini benar-benar menginatkanku dengan suasana di desa. Seketika hatiku merasa ‘sreg’ dengan Kampung Kembang ini. Penduduknya ramah, bahkan kami yang membuka jendela pun diberikan senyuman-senyuman kecil dari para penduduknya.“Gimana Mas Cukir? Ya begini inilah kampung saya. Biarpun kecil dan agak kotor, tapi saya selaku RT terus men

    Last Updated : 2021-12-10
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   MASUK TIVI

    “Apa sih, Inces?”“Ada kecoa!”Dasar bencong penakut! Kalau bukan menajerku aja, udah aku gebukin itu pasti. Huh!Dan akhirnya, kami semua melihat-lihat rumah tersebut. Inces yag tadinya takut sudah berubah agak sedikit tenang, terutama saat tahu jika rumah ini memiliki halaman cukup luas dan penuh tanaman hijau-hijau. Ada juga beberapa bunga di sana.Asri sekali suasana.“Nah, biar nggak jadi masalah nantinya, kamar yang katanya angker itu nggak usah diberitahukan kepada kami aja, Pak Gio,” ucap Dewik memberi usul. “Kalau kita sama-sama nggak tahu kamar yang mana, kan malah lebih aman.”“Baik, Mbak Dewik.” Pak Gio setuju.Lima belas menit berlalu, dan semua ruangan sudah kami jelajahi satu per satu. Kami merasa cocok, dan akhirnya Pak Gio menelpon si yang punya rumah. Hingga setelah berembuk cukup lama, akhirnya rumah dengan 2 kamar dan 1 ruang tengah serta 1 ruang tamu itu

    Last Updated : 2021-12-10
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   SEORANG WANITA MELEMPAR DIRI

    Hotel Rich di Jalan Merdeka gempar. Pasalnya baru saja terjadi, seorang wanita bunuh diri, melempar tubuhnya dari lantai atas dan badannya langsung hancur seketika begitu menabrak jalan.Yang paling membuatku tercengang adalah kejadian ini terjadi persis di depan mataku!Polisi dan ambulan segera berdatangan dan memasang garis kuning, sekaligus hendak membawa jasad tersebut untuk diautopsi. Orang-orang disuruh mundur. “Tidak ada yang boleh melewati garis kuning!” Polisi berteriak. Semuanya ingin menonton lebih dekat, begitu juga dengan aku.“Ya ampun, Mas, apa yang terjadi?” ucap Dewik menggenggam tanganku ketakutan.“Sudah, Wik, ayo masuk saja,” ucapku geram. “Ini bukan tontonan! Kematian seseorang tidak sepatutnya menjadi tontonan!” lanjutku.Wartawan berdatangan menodongkan kameranya, seketika membuat siaran langsung di televisi. Aku geram. Apalagi tak sedikit juga orang-orang mengeluarkan ponsel d

    Last Updated : 2021-12-10
  • Balada Asmara Biduan Dangdut   BUAYA DARAT

    Malam harinya, Inces mengirim pesan padaku. Bunyi pesannya begini:“Hai Anak-Anak, Eike malam ini mau bilang sama kalian, bahwa Eike izin dulu nggak bisa nginep di hotel malam ini. Eike takut! Pakai ada acara bunuh diri seperti itu segala! Tapi, besok pagi Eike datang ke hotel pukul 08.00. Pastikan kalian udah bersiap semuanya. Eike jemput kalian di Hotel pakai mobil Ahmad Deddy besok pagi, ya. Jangan sampai telat! Love you, cium tiga kali!”Kulihat jam, sudah pukul 21.30 malam, tapi Dewik belum juga pulang.Ah, kuputuskan saja untuk tidur terlebih dahulu.****Dini hari, aku terbangun sebab merasa di kantung seniku sudah deipenuhi air yang harus dibuang. Kulirik ranjang, kosong! Hanya ada aku sendirian. Kekasihku masih tidak terlihat batang hidungnya.Kemana dia? Kulihat jam, dan waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari.Ini bisa gawat. Kalau sampai Dewik nggak pulang, tentu saja acara besok pag

    Last Updated : 2021-12-10

Latest chapter

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   TAMAT + EKSTRA BAB

    Dua Tahun Kemudian.Kupandangi foto-foto pernikahan di dalam album. Lembar demi lembar kubuka perlahan, sesekali senyumku terbit. Hingga seketika ingatanku terseret kembali di hari pernikahan itu.Pagi itu, acara cukup meriah digelar di pelataran pondok. Tenda-tenda besar warna biru diberdirikan, lengkap dengan kursi dan meja dan tentunya pelaminan serba putih.Saat itu aku masih ingat, tamu udangan kebanyakan dihadiri oleh tamu dari Abah Yai, dan hanya sedikit sekali kawan-kawanku yang datang, paling-paling dari kawan-kawan Emak atau teman dari tetangga desa sebelah.Kang Bambang tentu saja tidak bisa pulang. Inces juga tidak hadir. Dan Dewik tentu saja tidak mungkin mendatangi acara tersebut. Meskipun ketiganya saat itu sudah kuberi undangan dan kabar, namun aku tahu jika mereka sedang sangat sibuk, mempersiapkan konser tour keliling Indonesia bersama Mbak Inul Daratista.Dan sekarang, 2 tahun sudah berlalu, tidak terasa.Pagi ini seperti

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   MELAMARMU

    Seminggu Berlalu...Langit pagi yang cerah, sebagaimana cerah hati dan perasaanku. Hari ini adalah momentum bersejarah, sebab pada akhirnya, aku akan melamar seorang gadis anak Kiai, Aisyah.Sejak habis subuh, aku sudah sibuk mandi dan berdandan sangat rapi. Meskipun jarak rumah kami hanyalah selemparan batu, tapi aku tidak mau menyepelekan, apalagi kalau nanti sampai telat!Emak pun sudah ikut berdandan seraya mempersiapkan semua keperluan. Kotak-kotak yang berisi barang-barang seserahan, seperti jajanan pasar, baju-baju gamis, alat-alat mandi, roti, seperangkat alat rias, semua sudah tertata rapi di teras rumah, dibungkus kotak mika transparan serta diberi ikatan pita berwarna biru.Dan di antara kotak-kota besar itu, ada sebuah kotak kecil yang berisi cincin bbermata berlian biru. Mengilap terkena cahaya matahari pagi.Duh... cantiknya.Orang-orang mulai berdatangan di pagi yang masih ranum itu. Mereka adalah Pak Erte, Pak Erwe, serta beb

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   BERLIAN BIRU

    “Cincin siapa ini, Kir? Atau ini jangan-jangan mau diberikan ke Aisyah?” Emak berkata dengan masih menerawang cincin tersebut di bawah sinar matahari.Tampak berkilau dan terang, perhiasan itu jika ditilik sekilas memang sangat mahal.“Mmm, cincin itu sebenarnya punya Raline, Mak. Wanita itu yang memberikannya padaku. Dia bilang, suatau hari pasti akan berguna.”“Raline artis itu?”Aku mengangguk.Emak lanjut bicara dengan tertawa-tawa, “Woalah, ada-ada aja. Masak barang sebagus ini dikasihkan ke kamu?”“Memangnya itu bagus, Mak?”Emak mengendikkan kedua bahu. “Kalau pastinya ya Emak kurang tahu. Soalnya ini berlian. Tapi, Emak yakin harganya sangat mahal.”Tiba-tiba terbesit ide brilian. “Mak, pagi ini mau ke pasar nggak?”“Iya. Emak mau beli sayur buat masak.”“Yuk aku anterin, hehehehee. Sekalian manasin Vespa,

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   PENGAKUAN DOSA

    Awalnya aku tak ingin mengangkat. Lama telepon kubiarkan berdering. Tapi pada akhirya kuangkat juga panggilan tersebut.“Hallo?”“Mas...” suara Dewik serak, seperti baru saja menangis. “Kamu pulang tanpa pamit sama aku?”“Aku pikir kemarin kamu sedang sibuk.”“Tapi kalau sampai tidak pamit itu keterlaluan, Mas. Kita pergi ke Ibu Kota bersama, lalu sekarang kamu memutuskan untuk pulang dan menikai seorang gadis lain, aku terima! Tapi apakah berat mengucapkan pamit?”Sebentar aku diam. Suara seraknya semakin kentara.“Mas? Hallo?”“Aku tahu kamu sedang sibuk dengan seorang laki-laki muda pengusaha kaya raya. Sebab itulah aku sengaja tidak pamit. Aku taku ganggu.”“Astaga, Mas! Mas?”Telepon kututup. Singkat tapi padat, aku tak ingin bicara lagi dengan dia. Malam ini tidak tepat. Sebab aku ingin segera tidur, dan berharap m

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KESEPAKATAN

    Selepas shalat magrib aku langsung diajak Abah Yai menuju ke Ndalem. Memang benar ternyata, setelah shalat hatiku terasa lebih adem.Abah Yai mempersilakan aku duduk dan berkata, “Gimana? Sudah adem kan hatinya sekarang?”“Betul, Yai. Sudah enakan.”“Nah, makanya jangan pernah tinggalkan sholat, ya.”Aku hanya mengangguk.“Jadi gimana tadi, soal mau melamar Aisyah? Nak Cukir sudah janji sama Aisyah?”“Betul, Yai. Bahkan saya sekarang ini sudah tidak ikut ke grup dangdut lagi. Saya sudah keluar karena saya ingin melamar Aisyah.”Mendengarku bicara, Abah Yai membuang napas berat. Seperti ada penyesalan dalam dadanya.“Mmm, maaf, Nak Cukir. Aisyah sekarang sudah dilamar sama orang. Lebih tepatnya kemarin siang, rombongan teman Abah datang ke sini buat melamarkan putranya. Yah, sayang sekali. Padahal kalau Nak Cukir yang melamar duluan tentu saja Abah mau.”

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KABAR MENGEJUTKAN

    Aku tiba di gang ujung desa saat hari hampir surup. Langit senja menguning keemasan, sebentar lagi pasti akan padam.Aku berjalan pelan dengan tangan membawa koper dan barang-barang serta sedikit oleh-oleh yang sengaja aku beli di stasiun tadi. Meski uangku telah habis, tapi membawa buah tangan adalah hal yang lumrah dan harus kulakukan.“Emak lagi apa, ya?” batinku girang merasa sudah rindu sekali dengan perempuan tua itu. Maka segera kakiku melangkah lebih melalui jalan desa yang becek, barangkali hujan baru saja reda.Begitu sampai di depan rumah, betapa aku kaget karena merasa asing dengan bangunan tersebut. Aku sampai mengucek-ngucek mata guna memastikan jika penglihatanku tidak keliru.“Apa benar ini rumahku?”Sebab rumah yang tadinya kurang layak pakai kini telah menjadi lantai dua. Emak pasti sudah memanggil tukang dan juga merehapnya. Semuanya di cat serba warna putih dan bahkan kami sekarang memiliki pagar da

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   KEPERGIAN

    Pagi yang cerah.Aku terbangun dengan mata masih berat, dan ternyata Kang Bambang tidur di sebelahku.Semalam dia ikut bantu-bantu mengemasi barang-barangku, dan sekarang, waktunya aku pulang ke desa untuk menemui Emak dan Aisyah.Ada perasaan sedih sebenarnya, mengingat bila selama ini perjalanan di Ibu Kota tidaklah mudah. Tapi, keputusanku sudah bulat sempurna, sehingga aku beranjak dari kasur kemudian mandi.Selesai mandi, aku menyisir rambutku agar rapi.“Kang, oi, bangun, Kang!” Badan Kang Bambang kugoyang-goyangkan, dan seketika matanya mengerjap.“Eh?”“Anterin aku ke stasiun, yuk!”“Kamu yakin mau pulang sekarang?” tanyanya sambil menguap.“Yakin lah.”“Nggak nunggu yang lainnya?”“Lainnya siapa?”“Dewik, Inces, atau Yudi Keling mungkin?”Kulihat di sekitar Markas. Sepi. Manusia-manusia yan

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   SEMUANYA HARTA RAIB

    “Tolong berhenti di minimarket depan itu, Pak.”“Baik.”Setelah taksi merapat di bahu jalan, segera aku keluar dan mengambil 2 botol minuman. Satu untuk aku, satunya lagi untuk si supir.Namun ketika sampai kasir dan kuberikan kartu ATM, lagi-lagi ini eror.“Maaf, Pak, kartunya nggak bisa dipakai.”“Apa? Kenapa bisa begitu?”“Saya kurang tahu. Sepertinya ada yang memblokir kartu bapak.”“Mana mungkin, Mbak? Aku nggak pernah merasa memblokirnya.”Si kasir menyerahkan kartu tersebut dan berkata, “Kalau ada orang lain yang punya semua identitas bapak, mungkin saja dia yang melaukannya.”“Pasti ini ulah Inces!”“Maaf, Pak?”“Oh, nggak apa-apa. Mmm, kalau begitu saya bayar pakai uang tunai saja.”“Baik, Pak.”Dengan perasaan kesal aku menuju ke taksi dan langsung pulan

  • Balada Asmara Biduan Dangdut   MATA-MATA

    “Kenapa? Ada apa di meja VIP nomor tujuh?” tanyaku penasaran.Lita dengan wajah yang serius berkata, “Ada Mbak Dewik, Mas.”“Dewik?”“Iya. Sepertinya dia sedang mabuk berat. Barusan aku menyapa, tapi Mbak Dewik hanya ketawa-tawa seperti tidak mengenalku. Dan yang jelas, dia sedang bersama laki-laki muda yang mesum itu, berduaan saja,” pungkas Lita kemudian dia mengelap meja bar.Sial. Apa yang mesti kulakukan sekarang? Apakah aku harus pergi ke meja VIP nomor tujuh kemudian membawanya pulang? Atau aku biarkan saja dia, toh sekarang kami punya kehidupan sendiri-sendiri? Bingung. Aku benar-benar bingung.Malam semakin ramai. Pengunjung makin banyak memadati club, dan satu per satu mereka memesan minuman. Ada yang datang berdua membawa pasangan. Namun kebanyakan mereka atang sendirian, dan nanti berharap sepulang dari sini mereka akan membawa pasangan dalam keadaan mabuk kemudian melakukan kencan satu ma

DMCA.com Protection Status