Home / Romansa / Balada Asmara Biduan Dangdut / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Balada Asmara Biduan Dangdut: Chapter 81 - Chapter 90

146 Chapters

PENDIAM

Semakin hari aku semakin sadar, jika ada banyak hal belum bisa aku mengerti dari kehidupan di Ibu Kota ini. Banyak orang miskin yang ingin menjadi kaya dengan menghalalkan segala cara. Banyak orang tak berada ingin mencari pengaruh dengan menghalalkan segala cara. Namun, ketika mereka sudah mendapatkan banyak harta, kaya, berpengaruh, mereka malah tidak bahagia.Apa yang salah sebenarnya dengan Ibu Kota? Penyihir mana yang telah mengutuk para penduduknya hingga sampai kerap kali melakukan perbuatan keji?Inilah pertanyaan terbesar dari  hidupku, yang merupakan seorang pendosa. **** Di kamar hotel, aku hanya berguling-guling tidak menentu, berusaha melupakan semuanya dan berusaha memejam mata.Tapi tidak bisa. Bayangan suara Dewik yang mendesah di telepon barusan bagiku sangatlah menganggu.Aku bukan seseorang yang egois. Aku bukan seseorang yang munafik. Aku mengakui jika aku juga pernah berselingkuh bahkan d
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

CAMBUK DAN BORGOL

Dia tidak segan menggandeng tanganku saat berada di Mall, dari lantai satu hingga sampai lantai tujuh.Di lantai satu lebih banyak diisi outlet-outlet makanan. Bau roti semerbak menyelinap di hidungku, wangi, dan terasa manis.“Kamu mau yang mana, Mas?”“Terserah kamu.”“Donat?”Aku mengangguk.“Roti-roti kering begini apakah Emak suka?”Aku mengangguk.“Roti tawar Emak suka juga?”Lagi-lagi aku hanya mengangguk.“Oh, ayolah, Mas? Kenapa kamu jadi pendiam begitu?”Aku tak menjawab. Dia lalu mengambil keranjang dan mengisinya dengan banyak roti yang dia pilih untuk Emak. Sepertinya dia tak begitu peduli, mengapa sikapku mendadak menjadi pendiam begini. Bahkan dari semalam dia tidak pernah menanyakan “mengapa kamu jadi pendiam begitu”, atau “apa ada yang salah dengangku”, atau pertanyaan lain semacam itu.Mu
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

ADEGAN RANJANG 18+

18+HANYA BERISI ADEGAN RANJANG!ANDA BISA MELEWATI BAB INI TANPA AKAN KEHILANGAN JALAN CERITANYA!TERIMA KASIH! **** Dewik segera menarik tanganku begitu kita turun dari taksi. Dia menyerahkan semua tas belanjaan kepada pelayan hotel untuk dibawakan ke kamarnya.Sesampai di kamar hotel, dan setelah pelayan hotel meletakkan semua barang belanjaan, Dewik memberinya tips dan menyuruhnya pergi. Sebelum menutup pintu betina itu menggantungkan tanda ‘Jangan Diganggu’ pada ganggang pintu di luar kamar kami.“Mandi dulu, Mas.” Dia mendorongku masuk ke kamar mandi, tanpa sebelumnya membawa handuk atau melepas baju. Wanita itu langsung menghidupkan shower begitu saja hingga membuat seluruh pakaian kami basah dibuatnya.“Kenapa kamu jadi pendiam, Mas?” tanyanya di antara suara kucuran air shower. Matanya menyempit-nyempit menerima guyuran air tersebut.“Jawab!&r
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

PERJALANAN PULANG

Di Stasiun Kereta.Akhirnya kami di sini, menunggu kereta kami yang akan mengantar ke kampung halaman. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, aku akan pulang dengan Dewik untuk waktu hanya 3 hari.“Ingat! Jangan sampai lebih dari 3 hari atau kontrak kita akan batal semua!” ucap Inces hari lalu dengan sungguh-sungguh.Itu memang benar. Karena setelah pulang ke kampung halaman, kami harus cepat-cepat kembali ke Ibu Kota karena ada acara peresmian sebagai keluarga besar manajemen artis Laskar Cinta. Dan kabarnya, Ahmad Deddy akan banyak mengundang wartawan.“Mas, aku ke toilet dulu ya. Nitip barang-barangku.”“Oke siap, Boss!”“Nah, aku suka kamu udah kembali banyak omongnya gini. Nggak kayak kemarin. Serem di jalan, serem juga pas di ranjang.” Dewik tertawa dan berlalu menuju ke toilet.Baiklah, bagaimanapun aku harus berdamai dengan keadaan ini. Aku nggak bisa berlama-lama mendiamkan
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

RUMAH ADALAH SURGA

“Assalamualaikum,” ucapku pelan.Tapi tidak ada jawaban. Rumah begitu lengang dan sepi. Padahal biasanya ada suara siaran radio atau televisi, tapi tidak kali ini, aku melihat ke kanan-kiri dan tetap sepi. Aku mengucap salam sekali lagi dan tetap tidak ada sahutan dari dalam.Kemana Emak?Tok Tok Tok…Aneh.Apa mungkin Emak sedang di pondok? Kulirik jam tangan dan waktu menunjukkan pukul 17.30 petang. Ah, rasanya tidak mungkin Emak ke Pondok di waktu-waktu seperti ini.Kakiku melangkah hati-hati ke belakang rumah, karena siapa tahu Emak sedang ada di kamar mandi. Tapi tidak ada ternyata. Sehingga kuputuskan untuk masuk rumah lewat pintu belakang yang kebetulan tidak dikunci.“Assalamualaikum, Mak?”Aku menolah-noleh ke seisi rumah, tapi Emak tidak kelihatan. Dan barulah saat aku pergi ke kamar Emak, rupanya wanita tua itu sedang tidur terlelap di kasurnya.“Oh, ketiduran rupanya,&rdqu
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

LIBURAN DIPERPANJANG

Emak masih menunggu dengan penasaran. Aku tertawa, wajah Emak itu lucu sekali.“Mana, Kir? Katanya mau nunjukkin sesuatu?” ucap Emak tidak sabaran. “Kalau soal oleh-oleh baju, makanan, dan barang bawaanmu tadi mah Emak udah lihat.”“Bukan itu,” jawabku. “Ada lagi yang spesial.”“Ya mana cepetan?”Segera aku mengambil ponsel lalu menunjukkan sebuah foto padanya. Mata Emak seketika membelalak tidak percaya.“Raline?”Aku mengangguk. “Emak sering banget nonton sinetronnya, kan?” ucapku.“Ya ampuun, Kir, kamu ini kok bisa-bisanya minta foto sama dia? Emangnya dia mau ya diajakin foto-foto gitu?”“Ya jelas maulah, Mak. Anakmu ini kan laki-laki tampan yang mirip Reza Rahardian. Jadi siapa sih, yang bisa menolak foto bareng aku?”Muka Emak langsung berubah ilfil. “Sarap ya kamu!”“Hahahahaa!&rdquo
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

SELEB DESA

“Selamat pagi dunia,” ucapku pada diri sendiri. Kubuka jendela kamar dan seketika telingaku dipenuhi oleh  kicauan burung-burung kecil yang sedang begelayut pada dahan-dahan ranting. Daun-daun basah. Rumput-rumput basah. Udara pegunungan yang dingin ini segera menyiram ke dalam paru-paruku.Brakkk!!!Pintu kamarku dibuka paksa oleh seseorang. Perlahan kepalaku menengok ke arah belakang. Sudah bisa kutebak, Emak datang dengan mata merah yang membulat.“Cukiiirr!! Sholat subuh!!”Rumah kami bergetar seperti ada gempa. **** Usai shalat subuh aku gegas menuju ke teras. Emak sudah menungguku di sana, dengan secangkir kopi panas yang sudah dibuatnya. Emak memang sekali mengerti kesukaan anak tampannya ini. Hingga kami pun duduk di teras berdua.“Kir, Emak mau ngomong sama kamu,” katanya seraya memberiku secangkir kopi.Ah, harumnya… menggoda!Srrluuupp
last updateLast Updated : 2021-12-06
Read more

PEMBAHARUAN KESEPAKATAN

Juragan Turah datang bersama 3 pengawalnya. Semuanya berbadan tinggi besar dan memakai kaos serba hitam serta muka mereka semuanya bengis. Di hadapanku yang masih tercengang Sang Juragan itu lalu duduk.Semua orang segera  memilih pergi meninggalkan warung kopi, sebab Sang Juragan berkata jika dia hanya ingin bicara empat mata saja denganku. Karena tak ingin mencari masalah dengan si kepala desa, maka berhamburlah orang-orang semuanya.“Apa kabar, Cukir.” Dia menatapku. “Aku mendengar jika kamu sudah pulang ke kampung. Jadilah aku datang ke sini ingin menemuimu.” Sang juragan menjepit rokok cerutunya di bibir dan selanjutanya seorang pengawalnya dengan sikap menyalakan korek api.“Baik, Juragan,” jawabku yang merasa tidak nyaman dengan semua keadaan ini. ketiga pengawal itu berdiri di dekat pintu. Aku berusaha untuk tenang.“Juragan sendiri apa kabar?”“Oh ya, oh ya, aku selalu baik. Lihatl
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more

SATU LAWAN TIGA

Satu lawan tiga? Cih!Jika kamu mengira bahwa aku hanya hebat menghajar wanita di ranjang saja, maka kamu keliru! Sebab aku pasti sanggup menghajar tiga pria besar yang sekarang mereka sudah ingin melumatku. Bibir mereka tersenyum, seperti sedang meremehkanku.“Hei, Cukir! Tikus Kecil sepertimu jangan sok jadi jagoan di sini!”“Benar! Berani-beraninya kamu membentak Juragan Turah? Apa kamu mau cari mati?”“Hahahaa, lihatlah, sepertinya Cukir sudah mulai gentar sampai-sampai kencing di celana!”“Hahahahahaa!” Dan mereka tertawa.Sungguh berisik! Mereka bertiga itu hanyalah penjilat pantat Juragan Turah yang bisanya Cuma berisik. Yang paling aku muak adalah, cara mereka tertawa itu. Tidak alami. Dibuat-buat. Seolah-olah mereka adalah jagoan yang tidak terkalahkan, yang sedang ingin mengintimidasiku, menyiutkan nyaliku. Tapi, cih…Mungkin, bagi orang-orang awam mereka itu adalah pria
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more

TELEPON TENGAH MALAM

Segera Mbok Bariyah kembali ke dapur belakang. Bukan untuk membuatkan kopi, namun untuk mengambil ‘obat merah’ guna mengobati luka-lukaku. Setelah itu dia kembali menghampiriku, berkata, “Kir, ayok diobatin dulu. Atau mau Mbok antar ke puskesmas aja?”“Mbok, obatku cuma kopi. Tolong buatkan kopi lagi ya.” Aku tersenyum. Wanita tua itu menggeleng kepala, meski kemudian dia balik ke dapurnya dan merebus air panas membuatkan aku kopi.Di lantai ada dua orang yang masih terkapar tak sadarkan diri. Sementara satu orang lagi masih meringkuk saja di pojokan ketakutan. Padahal tadi dia yang bilang jika aku kencing di celana. Tapi nyatanya sekarang malah dia yang kencing di celana.Aku terbahak.“Heh, kamu! Cepat seret kedua temanmu itu pergi dari sini. Aku beri waktu 5 menit. Kalau kalian masih di sini, akan kupastikan pulang-pulang kalian tinggal nama.”Dia langsung bergidik, mengangguk-angguk, kemudian meny
last updateLast Updated : 2021-12-07
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status