Home / Romansa / Balada Asmara Biduan Dangdut / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Balada Asmara Biduan Dangdut: Chapter 61 - Chapter 70

146 Chapters

TELAT

Sehabis lelah bercinta aku dan Dewik segera mandi dan berdandan. Sebenarnya aku sangat lelah, Dewik pun juga begitu, namun karena siang ini kami harus manjalani test dari Ahmad Deddy, maka mau tidak mau kami harus lekas bersiap.Sambil merias wajahnya wanita itu terus melihat ke arah jam tangan. “Bahaya kalau sampai terlambat,” ujar Dewik tergesa, yang barangkali perkataan itu sudah kudengar sepuluh kali dari mulutnya.“Sudahlah, hal-hal semacam itu nggak usah terlalu dipikirkan. Sekarang kamu yang penting dandan dulu. Biar aku turun ke lobi buat nemuin yang lainnya.”“Oke.”“Aku tunggu tunggu di bawah, ya.”“Sip.” Dia menimpali dengan mata yang menghadap ke cermin. **** Lobi Hotel Rich selalu ramai terutama di musim liburan seperti ini. Karena hotel ini memiliki bintang lima, sehingga ada pegawai hotel yang bersiaga di meja reservasi 24 jam.
last updateLast Updated : 2021-12-02
Read more

ARTIS-ARTIS LASKAR CINTA

Kediaman Ahmad Deddy.Pria itu sedang duduk bersama istrinya di samping rumah ketika kami datang. Seperti kebiasaan orang-orang kota lainnya, pasangan itu tampak dingin, duduk dan saling menatap layar ponsel masing-masing.“Waah waah, akhirnya datang juga,” sambut Ahmad Deddy begitu melihat kami.Inces langsung menjelaskan masalahnya. Bencong itu mengarang cerita, bahwa tadi supir taksi sangat susah dihubungi dan ditambah jalanan Ibu Kota sedang macet-macetnya.“Jadi maaf, ye, kalau kami terlambat,” ujarnya dengan nada melambai.“Ya, ya, sudah, mau gimana lagi? Udah terlanjur juga kok. Yang terpenting sekarang kalian udah sampai di sini dengan selamat.” Jamilla menanggapi ramah.“Begitulah, Ciin. Terima kasih ya.”“Yawes yawes, kita langsung test aja deh sekarang. Semua kru sudah nunggu di studio rekaman. Kalian ke sana dulu, ya.”“Siap!” Serentak kami menj
last updateLast Updated : 2021-12-02
Read more

TES TAHAP PERTAMA

Selesai lagu pertama kami langsung mendapat tepuk tangan, bahkan salah satu di antara mereka merekues lagu.“Malam Terakhir,” begitu teriaknya! Rupanya orang itu adalah Jamila. Wanita blasteran itu segera maju ke panggung lalu mendekatiku. “Tapi, aku mau Cukir yang nyanyi berduet denganku.”“Eh? Aku nggak bisa nyanyi,” tolakku cepat.“Oh gitu ya? Bukannya sekarang ini kalian sedan tes skill individu, ya? Jadi tiap orang wajib bisa memegang alat musik yang lainnya.”Savila kuteguk. Waduh, gimana ini? Kutatap Kang Bambang, dia mengangguk. Kupandang Dewik, dia melengos. Sepertinya betina itu nggak suka dengan sikap Jamila yang sengaja memanfaatkan situasi ini.“Jadi gimana? Kamu terima tantanganku?” desak Jamilla sambil tersenyum. “Kalau nggak mau ya nggak apa-apa. Silakan aja…”“Aku mau!” jawabku cepat. Aku beranjak dari keyboard lalu meraih microphone d
last updateLast Updated : 2021-12-02
Read more

PERTANYAAN TES TAHAP DUA

“…Siapa di antara kalian yang paling jago bikin lirik lagu?”Kami kompak menunjuk Dewik. Namun dia segera menyangkal. Katanya, “Kami selalu diskusi soal lirik, aransemen lagu, dan pokoknya semua hal jika sedang bikin lagu. Jadi lagu kami kemarin itu hasil rembuk bersama. Malahan Kang Bambang-lah orangnya yang punya andil besar di lagu tersebut.”Aku tertegun dengan kerendahan hati betina itu.“Oh iya, ngomong-ngomong soal lagu, katanya kalian udah bikin lagu sendiri, kan? Coba deh terangkan, apa sih yang spesial dengan lagu tersebut?”Seketika Dewik menyerahkan micropone kepada Kang Bambang. “Kalau soal itu, kita tanya saja sama pembuatnya.”“Baik, silakan Kang Bambang.”Kang Bambang berdehem. “Ehemm! Jadi gini. Lagu tersebut saya buat tujuannya satu, ya cuma ingin menghibur orang-orang aja. Sebenarnya aku udah lama kok bikinnya, tapi baru-baru ini aja kami ulik bareng-
last updateLast Updated : 2021-12-02
Read more

EMPAT MATA SAJA

Malamnya, aku mengajak Inces untuk berbicara empat mata di Resto Hotel. Setelah memesan kopi kami pun meminta asbak, memilih tempat duduk di smoking area, lalu mulai berbicara.Awalnya aku berbicara ringan saja. Tapi kemudian kukatakan maksud yang sebenarnya.“Aku pengen pulang, Inces,” kataku sungguh-sungguh. “Aku udah janji sama Emak jika beberapa hari ke depan aku akan pulang. Aku nggak bisa ngingkarin janji ini. Tolonglah…”“Kamu mau keluar dari grup musik ini?” tanya Inces menyipitkan mata.Kugelengkan kepala. “Bukan gitu. Aku cuma pengen pulang sebentar, nengokin Emak dan terutama Temu.”“Temu? Siapa itu Temu?”“Bayi,” jawabku pendek. “Kami menemukannya di depan rumah waktu itu. Jadi aku dan Emak sudah janji akan membesarkannya bersama-sama.”“Ohh…”“Jadi gimana, Inces?”“Mmm, berapa hari
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

RALINE

“Nces.”“Iya, kenapa Kir?”“Aku ke atas dulu ya.”Inces tak peduli. Bencong itu masih menekuni sosial media dengan sesekali tertawa-tawa sendiri.“Yaudah sana. Tidurlah kalau capek. Eike lagi nunggin kabar dari Ahmad Deddy nih. Ntar kalau udah ada keputusan dari mereka, Eike pasti hubungin kalian segera. Moga aja deh ya kalian bisa lolos tes tahap 1 dan 2.”“Amiin. Eh, emang malam ini ya keputusannya?”Inces mengangguk. “Udah sana tidur. Kita bicara lagi besok pagi aja.”“Oke sip.”Selanjutnya aku meninggalkan Resto Hotel tersebut, berjalan ke arah lift sambil memegang kertas yang baru saja kuterima. Sempat kuedarkan pandangan mataku ke segala arah, mencari sosok Raline sebagai pengirim surat ini. Tapi tak ketemu.“Apa maksud ini semua?” batinku terus bertanya.Ketika pintu lift terbuka, aku masuk dan segera memencet to
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

ADEGAN RANJANG 18+

PERINGATAN!!! Seperti biasa, bab ini hanya akan berisi full adegan ranjang. Jika tidak berkenan, kalian bisa untuk tidak membacanya. Aku pastikan dengan tidak membaca bab ini, kalian akan tetap bisa mengikuti jalan cerita novel ini dengan utuh. Demikian. Terima kasih.   ****   Setelah mengatakan itu Raline menanggalkan baju piyamanya. Tampaknya otaknya sedang terpengaruh oleh alkohol, sehingga wanita itu tidak ragu sedikit pun saat melepasnya. Badannya ramping, dan kedua asetnya menggantung mungil. Meski ukurannya tak sebesar milik Dewik, namun itu tidak bisa memungkiri bahwa aku sangat berahi. Dia langsung mendekat dan menyerangku. Tanpa menunggu persetujuan dariku, wanita cantik itu lekas membenamkan bibirnya ke bibirku, dan badannya yang telanjang ditempelkan ke badanku. Aku kesulitan mengimbangi permainan bibirnya. Napasku tersengal-sengal. Aku mendorongnya, tapi itu tidak menyurutkan niatnya untuk  m
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

DI KOLAM RENANG

Aku berjalan menjauhi kamar Raline sembari merenung, mengapa kehidupanku di Ibu Kota bisa menggila seperti ini? Kadang-kadang aku merasa bahwa apa yang telah aku lakukan bukanlah Cukir yang dulu.Cukir yang dulu bisa dibilang lugu. Dia laki-laki polos yang bahkan terhadap wanita tidak punya rasa percaya diri. Namun kini lihatlah sekarang! Pria polos ini telah banyak tidur dengan para wanita. Ada apa ini sebenarnya? Apakah Ibu Kota bisa menjadikan seorang manusia menjadi hewan belaka?Tiingg!!Bunyi pintu lift terbuka. Segera aku masuk dan kembali memikirkan itu semua. **** Di kamar, Dewik telah tertidur lelap. Jam dinding menunjukkan hampir tengah malam. Padahal aku tadi janji padanya untuk tidak pergi sampai larut. Aku bilang padanya, aku hanya ingin mengobrol dengan Inces empat mata, dan berjanji akan segera kembali ke kamar sebelum dia tidur.Tapi kini dia telah tidur. Lelap sekali tampaknya, mungkin dia kelela
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

JADWAL TES TAHAP TIGA

Inces dan Kang Kang Bambang menyusul kami ke kolam renang lantai atas hotel. Tak hanya datang membawa tangan kosong, mereka datang dengan membawa beberapa cemilan dan sebotol anggur merk mahal. Aku tengah berbaring di bangku panjang kolam renang. Barang-barang itu langsung diletakkan di sebuah meja kecil di dekatku.“Apa ini?” tanyaku.“Anggur,” sahut Kang Bambang.“Buat apa, Kang?”“Ya sebagai perayaan karena kita sudah berhasil lolos tes tahap 1 dan 2 lah, apa lagi?” Dia tampak bersemangat.Bersamaan dengan itu Dewik yang menyadari kedatangan mereka segera menyudahi berenangnya. Dia keluar dari kolam renang dengan badan yang masih basah. Air kolam menetes di setiap lekuk tubuhnya yang padat. Seksi sekali. Apalagi saat dia  mengibaskan rambutnya, bikin aku hampir lupa dunia. Dan terakhir dia mengambil 2 lembar handuk putih, lalu melilitkan ke rambut dan tubuhnya. Selesai itu dia duduk di samping
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more

MALAM MINGGU

Malam Minggu.Ibu Kota terasa lebih hidup, lebih bergairah.Di sepanjang jalan aku lihat muda-mudi berboncengan, berpelukan, berbicara entah apa seraya tersenyum dan tertawa. Si perempuan yang membonceng mencubit pinggang pacarnya, dan pacarnya menggeliat. Jari mereka menunjuk-nujuk bintang, menunjuk-nunjuk gedung, menunjuk-nujuk lampu jalanan, hingga pada waktu yang tepat kedua sejoli itu saling menunjuk-nujuk hidung.Tak berhenti sampai di situ, ketika mobil ini melewati sebuah taman, aku mendapati lebih banyak sejoli yang sedang bermesraan. Mereka duduk di bangku taman, si wanita menyandarkan kepalanya ke pacarnya, lalu mungkin pacarnya sedang berbicara mengenai rencana masa depan yang cerah, secerah matahari, hingga membuat si wanita kepayang.Aku menduga, setelah itu mereka pasti akan pergi menghabiskan malam berkeliling kota mengendarai sepeda motornya. Serta sesekali mereka akan berhenti membeli kacang rebus, es krim, atau makanan-makanan ringan, a
last updateLast Updated : 2021-12-03
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status