Home / Romansa / Balada Asmara Biduan Dangdut / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Balada Asmara Biduan Dangdut: Chapter 101 - Chapter 110

146 Chapters

ADEGAN RANJANG 18+

PERINGATAN!!!BAB BERISI ADEGAN DEWASA.BAB INI BISA DILEWATI TANPA KAMU AKAN KETINGGALAN JALAN CERITANYA. **** Aku segera duduk di atas sofa dengan kaki menjulur, kemudian Ayu dengan sigap mengeluarkan minyak dan melumuri kakiku dengan itu.Aku meringis, sebab rupanya pijatan-pijatan kecil di telapak kaki itu terasa sakit, menimbulkan sensasi yang pernah kurasakan sebelumnya.“Aww!!”“Sakit, Kak?”Aku mengangguk. “Ya, tapi aku ketagihan. Ayo teruskan,” ucapku, dan itu membuat Ayu tersenyum manis.Dengan telaten wanita itu terus memijit telapak kakiku, menekan-nekan pada bagian tertentu, hingga sampai beberapa kali aku meringis kekakitan.“Apakah ini normal?” tanyaku pada Ayu.“Apa maksudnya?”“Apakah saat dipijit begini seseoang akan mengerang kesakitan sepertiku?”“Oh, ya. Itu normal. Se
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

WANITA YANG MALANG

Usai melakukan percintaan cukup seru dengan terapis itu, aku memakai baju dan keluar dari kamar terapis.Sudah ada Inces dan Mami rupanya di sana, duduk di depan bar lantai 2. Segera kunyalakan rokok dan duduk di sofa.“Gimana, Cukir? Apa service-nya memuaskan?” tanya Mami dengan nada menggoda. Inces di sampingnya juga ketawa-tawa.Kuacungkan jempolku kepada mereka. “Mantap, Mami. Pantes deh kalau aku kasih bintang lima.”Mami tertawa, lalu mendekati aku sambil membawakan asbak. “Ayu itu memang terapis kami yang berpengalaman. Jadi pasti service-nya nggak akan mengecewakan.”“Memang benar, Mami. Aku suka caranya memperlakukanku dari semua hal. Mulai dari cara bicranya, cara memijitnya, hingga cara bercintanya.”“Aww, syukurlah kalau kamu suka.” Mami mematikan rokoknya. “Eh, tapi ngomong-nomong, dimana Ayu? Kok, belum keluar-keluar juga?”Aku tersenyum. “Dia
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

KONDISI KEUANGAN PAILIT

“Terima kasih,” ujar Raline ketika permainan panas kami telah selesai. Aku segera memakai  pakaianku dan bergegas kembali ke kamar sebelum Dewik menyadari jikakekasihnya menghilang malam-malam.“Sama-sama, Raline. Aku harap kamu bisa menjadi wanita yang selalu bahagia, sebagaimana peranmu di sintreon itu,” ucapku.Raline yang masih menutupi dadanya dengan selimut putih itu membuka laci. Dia mengambil sebuah cincin dan menyerahkan kepadaku.“Apa ini?”“Untukkumu,” katanya tenang. “Ini adalah hadiah terbaik yang pernah aku punya. Cincin dengan mata berlian biru yang langka. Dibuat terbatas. Hanya ada beberapa di dunia.”“Untukku? Untuk apa?”“Aku tidak tahu. Tapi aku kamu ingin memilikinya sekarang.”Tentu saja aku menolak. Untuk apa aku memiliki barang semahal itu? Lagipula aku bukan seorang gigolo, kan?“Aku melakukan ini lantaran men
last updateLast Updated : 2021-12-09
Read more

CARI KONTRAKAN

“Sial, tidak diangkat panggilanku,” kataku kesal.Inces bingung dengan apa yang aku perbuat, sehingga dia bertanya, “Telpon siapa kamu?”“Pak Gio,” jawabku cepat seraya mengulang kembali panggilanku.“Pak Gio? Si Supir Taksi yang kemarin malam itu?” Dewik memastikan.“Iya. Tepat sekali.”“Untuk apa Mas Cukir telpon dia?” tanyanya lagi.Kuletakkan ponsel yang masih mencoba menghubungi Pak Gio. “Dia kan kemarin bilang kalau di kampungnya grup musik kita udah terkenal. Jadi kupikir itulah tempat terbaik kita untuk menyewa rumah sekaligus menjadikannya markas. Seperti rumah Kang Bambang, kita bisa latihan di sana dengan bebas, sekalian menghibur para penduduk.”“Cerdas!” Kang Bambang tersenyum. Tentu saja dia setuju dengan ide brilianku.“Wait, wait!” Inces menyela. “Tapi, bagaimana kalau latihan kalian nanti malah meng
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

KAMPUNG KEMBANG

Kampung ini terletak di pinggiran Ibu Kota. Meski begitu, jaraknya tidak terlampau jau untuk menjangkau di pusat kota.Setelah masuk gang bisa kulihat rumah-rumah yang berjajar cukup rapi dengan luas yang hampir sama, mirip-mirip perumahan. Lumayan. Tidak terlalu buruk buat tempat tinggal. Toh, kami juga sudah terbiasa tinggal di desa yang jauh lebih buruk daripada kampung sini.“Apa nama kampungnya, Pak?”“Kampung Kembang.”“Ohh…”Banyak anak-anak kecil berlarian di jalan kampung, serta ibu-ibu di depan rumah yang sedang menjemur baju sambil menggosip. Ini benar-benar menginatkanku dengan suasana di desa. Seketika hatiku merasa ‘sreg’ dengan Kampung Kembang ini. Penduduknya ramah, bahkan kami yang membuka jendela pun diberikan senyuman-senyuman kecil dari para penduduknya.“Gimana Mas Cukir? Ya begini inilah kampung saya. Biarpun kecil dan agak kotor, tapi saya selaku RT terus men
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

MASUK TIVI

“Apa sih, Inces?”“Ada kecoa!”Dasar bencong penakut! Kalau bukan menajerku aja, udah aku gebukin itu pasti. Huh!Dan akhirnya, kami semua melihat-lihat rumah tersebut. Inces yag tadinya takut sudah berubah agak sedikit tenang, terutama saat tahu jika rumah ini memiliki halaman cukup luas dan penuh tanaman hijau-hijau. Ada juga beberapa bunga di sana.Asri sekali suasana.“Nah, biar nggak jadi masalah nantinya, kamar yang katanya angker itu nggak usah diberitahukan kepada kami aja, Pak Gio,” ucap Dewik memberi usul. “Kalau kita sama-sama nggak tahu kamar yang mana, kan malah lebih aman.”“Baik, Mbak Dewik.” Pak Gio setuju.Lima belas menit berlalu, dan semua ruangan sudah kami jelajahi satu per satu. Kami merasa cocok, dan akhirnya Pak Gio menelpon si yang punya rumah. Hingga setelah berembuk cukup lama, akhirnya rumah dengan 2 kamar dan 1 ruang tengah serta 1 ruang tamu itu
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

SEORANG WANITA MELEMPAR DIRI

Hotel Rich di Jalan Merdeka gempar. Pasalnya baru saja terjadi, seorang wanita bunuh diri, melempar tubuhnya dari lantai atas dan badannya langsung hancur seketika begitu menabrak jalan.Yang paling membuatku tercengang adalah kejadian ini terjadi persis di depan mataku!Polisi dan ambulan segera berdatangan dan memasang garis kuning, sekaligus hendak membawa jasad tersebut untuk diautopsi. Orang-orang disuruh mundur. “Tidak ada yang boleh melewati garis kuning!” Polisi berteriak. Semuanya ingin menonton lebih dekat, begitu juga dengan aku.“Ya ampun, Mas, apa yang terjadi?” ucap Dewik menggenggam tanganku ketakutan.“Sudah, Wik, ayo masuk saja,” ucapku geram. “Ini bukan tontonan! Kematian seseorang tidak sepatutnya menjadi tontonan!” lanjutku.Wartawan berdatangan menodongkan kameranya, seketika membuat siaran langsung di televisi. Aku geram. Apalagi tak sedikit juga orang-orang mengeluarkan ponsel d
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

BUAYA DARAT

Malam harinya, Inces mengirim pesan padaku. Bunyi pesannya begini:“Hai Anak-Anak, Eike malam ini mau bilang sama kalian, bahwa Eike izin dulu nggak bisa nginep di hotel malam ini. Eike takut! Pakai ada acara bunuh diri seperti itu segala! Tapi, besok pagi Eike datang ke hotel pukul 08.00. Pastikan kalian udah bersiap semuanya. Eike jemput kalian di Hotel pakai mobil Ahmad Deddy besok pagi, ya. Jangan sampai telat! Love you, cium tiga kali!”Kulihat jam, sudah pukul 21.30 malam, tapi Dewik belum juga pulang.Ah, kuputuskan saja untuk tidur terlebih dahulu. **** Dini hari, aku terbangun sebab merasa di kantung seniku sudah deipenuhi air yang harus dibuang. Kulirik ranjang, kosong! Hanya ada aku sendirian. Kekasihku masih tidak terlihat batang hidungnya.Kemana dia? Kulihat jam, dan waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari.Ini bisa gawat. Kalau sampai Dewik nggak pulang, tentu saja acara besok pag
last updateLast Updated : 2021-12-10
Read more

HIBURAN DI TENGAH MACET

Pagi hari pukul 08.00 tepat kami semua sudah berkumpul di depan pintu utama hotel, menunggu Inces yang sebenatr lagi akan menjemput. Kami masih memakai baju biasa, sebab kata Inces, nanti kami akan berganti kostum khusus di lokasi, dengan make-up artis yang sudah disiapkan.Di depan pelataran hotel masih bisa kulihat garis kuning polisi yang melintang, serta beberapa petugas masih berada di sana untuk menngolah TKP kejadian hari lalu. Semua itu tentu saja melemparkan pikiranku kepada sosok Raline.Ah, malangnya wanita itu…“Eh, bentar ya, aku mau ambil kopi dulu,” ucap Kang Bambang menaruh tas di dekatku lalu pergi ke Resto Hotel.Sementara Dewik hanya berdiam diri saja. Dia terus meijit-mijit keingnya. Mungkin masih ada alkohol di batok kepalanya sekarang, dan itu membuatnya pusing. Sebenarnya aku ingin menegurnya, mengenai kejadian semalam yang membuatku cemburu sebab dia pergi dengan Om Guntur Alam Sang Buaya Darat itu. Tapi, aku tid
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more

AKU MASUK TIVI

Acara dimulai.Kami duduk di depan meja panjang, dan di depan kami banyak sekali sorotan lampu terang dengan moncong kamera serta jepretan potograper.Kami duduk berlima. Urutan dari pojok sebelah kiri adalah Inces, aku, Dewik, Kang Bambang dan terakhir di pojok sebelah kanan ada Ahmad Deddy. Seorang pembawa acara kondang langsung membuka acara siang hari ini.“Hallo, selamat datang di Markas Laskar Cinta yang super megah banget. Senang sekali rasanya saya bisa memandu acara pada siang hari ini. Tapi sebelum itu saya mau ucapkan terima kash kepada Manajemen Artis Laskar Cinta tentu saja sebagai tuan rumah, juga kepada musisi top Ibu Kota yaitu Om Ahmad Deddy, lalu kepada … dan, terakhir tentunya kasih tepuk tangan dong buat personil grup musik: Tak Usah Kau Risau Rumpu Tetangga Masih Hijau!”Gedung jadi riuh seketika. Selain dipenuhi awak media, ada juga para artis yang turut diundang serta orang-orang biasa yang tak lain adalah para fa
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status