Home / Romansa / Balada Asmara Biduan Dangdut / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Balada Asmara Biduan Dangdut: Chapter 111 - Chapter 120

146 Chapters

RENCANA SELANJUTNYA

Acara selesai. Mendadak suasana jadi sepi.Semua kru awak media pulang. Para fans telah berhasil mendapatkan foto-foto bersama artis kesayangan, kemudian mereka pulang. Tinggal beberapa orang tamu undangan yang masih bertahan di Markas Laskar cinta ini, juga beberapa artis Laskar Cinta masih duduk-duduk santai sambil berbincang.Kami duduk di salah satu sofa, menyantap Nasi Tumpeng dengan lahap. Yang kumaksud ‘kami’ adalah aku dan kang Bambang, sementara Dewik dan Inces tidak ikut makan.Dewik lebih suka menyandarkan kepalanya ke pundakku dengan mata yang lesu. Dia sangat payah, badannya lemah, dan mulutnya menguap terus akibat ngantuk. Sementara Inces menemui teman-teman artis yang lainnya, mengobrol di meja sana.“Kir, kamu nyangka nggak sih perjalanan kita bisa sampai di sini?” tanya Kang Bambang seraya menggigit paha ayam.“Nggak nyangka. Dulu saat pertama kali manggung aja, bisa dapat uang itu sesuatu yang Alhamdu
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more

ADEGAN DEWASA 18+

BAB BERISI ADEGAN RANJANG (18+) DAN BISA DILEWATI TANPA MENGURANGI PEMAHAMAN MENGENAI ALUR CERITA****Seketika markas ini menjadi ruangan privasi. Tidak boleh ada yang boleh masuk ke dalam markas kecuali hanya para artis Laskar Cinta dan juga tamu-tamu undangan. Penjaga dikerahkan di luar untuk mengawasi situasi, memastikan tidak ada awak media, polisi, atau orang lain yang masuk ke halaman markas.Pesta dimulai!Aku baru pertama kali mengikuti ‘Private Party’ seperti ini.Seluruh jendela dan pintu di ruangan ini ditutup. Keadaan jadi gelap seketika. Kemudian lampu-lampu tembak yang berwarna-warni dinyalakan. Diskotik dadakan!Yah, suasana ini mirip-mirip di sebuah club malam. Tapi yang berbeda, jika di club malam diisi oleh orang-orang umum, namun di  sini hanya diisi oleh para artis dan teman-teman akrab Ahmad Deddy. Mengesankan!“Yohooo!!! Are you ready??”Seorang DJ yang tidak lain adalah pemaw
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more

NGAMEN DI CLUB

Usai meladeni Jamilla bercinta, segera aku kembali ke hotel naik taksi. Dan rupanya Dewik sudah menungguku di depan pintu kamar, sambil melotot dan kedua tangannya berkacak pinggang.“Kenapa jam segini baru pulang, Mas?” semprotnya langsung.“Eh?” kulihat jam tangan, sudah menunjukkan pukul 20.00.“Mmm, tadi diajak ngobrol-ngobrol dulu sama Inces dan Om Ahmad Deddy. Jadinya ya lama.”“Ngobrol apa? Dari siang hari sampai malam begini?”“Iya. Mmm, ya ngobrolin banyak hal deh.”Dewik mendekati wajahku. Hidungnya mengendus-ngendus seperti anjing pelacak.“Terus, kenapa kok bau alkohol?”“Yah, namanya juga ngobrol santai. Jadi wajarlah kalau diselingi sama minum dikit-dikit. Biar anget. Hehehee.” Aku menggaruk kepala. “Udah ya, aku mau mandi dulu.”“Ihh, sebentar!” Dewik menarik tanganku. “Katanya ngobrol banyak?
last updateLast Updated : 2021-12-11
Read more

SHOPING

“Pak Gio, bisakah bapak jemput kami di hotel?”“Ya, ya, oke, kami  tunggu ya, Pak.”Kututup telepon. Hari ini kami akan pindah ke rumah kontrakan yang baru. Tapi sebelum itu, kami berencana untuk membeli beberapa keperluan seperti kasur, lemari pakaian, peralatan rumah tangga dan lain-lain.Kami berempat telah menunggu di depan pintu hotel dengan membawa koper besar-besar. Inces telah menyelesaikan pembayaran hotel dengan nilai fantastis. Namun itu tak masalah, sebab uang kami di rekening masih banyak.“Sudah berangkat ke sini Pak Gio?” tanya Inces padaku.“Iya, katanya udah di jalan. Sebentar lagi paling sampai.”“Cucok.”Tak lama kemudian mobil taksi Pak Gio datang. Pelayan hotel segera membantu kami memasukkan barang-barang ke dalam bagasi mobil, kemudian kami berangkat menuju Mall terlebih dahulu guna membeli barang-barang.“Selamat pagi,” sapa Pak
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

SAMBUTAN MERIAH

Sambutan meriah!Kabar mengenai kepindahan kami di Kampung Kembang sudah terdengar oleh seluruh warga. Segera mereka berkumpul di depan gang untuk menyambut kedatangan kami.Anak-anak berlarian membuntuti mobil taksi yang kami tumpangi. Semua sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut yang biasa kami bawakan.“Jangan heran ya kalian semua, warga di sini sudah saya beritahu jika kalian mau jadi orang sini. Jadi mereka antusias sekali, apalagi saat saya bilang kalau nanti sepekan sekali bakal ada latihan dangdut di kampung ini.” Pak Gio menerangkan. Kami semua merasa senang.“Terima kasih, Pak Gio. Kami merasa senang sekali dengan sambutan hangat ini,” ujar Kang Bambang di jok depan.“Ah, seharunya kami inilah yang berterima kasih. Di sini nggak pernah ada hiburan. Nah, kalau ada kalian nanti kan jadi ramai, warga pasti jadi lebih semangat setelah dengar lagu dangdut.”Kami tertawa kecil.Rupanya sambutan t
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

KASUS RALINE

Pesta rakyat malam ini telah berakhir, ditutup dengan meriah sebab salah seorang emak-emak yang mau eksis maju ke panggung seraya menyanyikan lagu-lagu dangdut. Yang bikin kacau, dia bahkan tidak malu melanggak-lenggok layaknya biduan dangdut profesional. Aku dan Kang Bambang sampai ngakak hingga tidak mampu melanjutkan memainkan alat musik.“Wah gila sih tadi emak-emak itu. PD-nya kelewatan,” ucap Kang Bambang sambil minum kopi di ruang tengah. Aku dan Inces cuma ketawa-ketawa aja.“Kalau tadi nggak Eike stop! Waduh, bisa sampai buka baju tadi dia. Emang dasar gila emak-emak itu!” Inces menimpali.“Aku jadi bayangin, apa mungkin besok kalau Dewik udah tua bakal kayak gitu kelakuannya?”“Hey, ember! Boleh jadi itu.”“Lho, kenapa jadi bawa-bawa aku?”Dewik keluar dari kamar mandi langsung protes. Rambutnya masih basah karena baru saja selesai mandi, bahkan dia masih hanya mengenakan
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

WAKTU MERAMBAT CEPAT

“Guntur Alam!” kataku.Mata mereka membelalak.“Ah, jangan nuduh sembarangan kamu. Eike kenal baik lho sama istrinya Om Guntur Alam!”“Betul itu, Mas. Jangan asal ngomong lho. Apa buktinya Mas Cukir tahu kalau pacar Raline adalah Om Guntur Alam?”Aku mengembuskan asap rokok melalui kedua lubang hidung. “Oke, buat saat ini aku memang belum ada bukti. Tapi aku pastikan jika aku beberapa kali pernah lihat mobil Om Guntur Alam parkir di Hotel Rich, lalu Raline pergi bersamanya.”“Apa kamu bisa membutikan omonganmu? Maksudnya dari foto atau bukti apaan lah gitu?” Inces mendesak.Aku menggeleng. “Aku nggak sempet ngambil gambar waktu itu. Namun, aku yakin semua kejahatan Om Guntur Alam pasti segera terungkap juga.”“Oke stop aja deh berarti ngomongin masalah ini. Soalnya kamu juga nggak punya bukti kuat. Lagipula sekarang, Eike mau ingetin kalian semua buat fokus
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

SHOOTING VIDEO KLIP

Kami senang. Sebab setelah melewati jalanan yang macet, tanjakan tajam, dan perjalanan yang melelahkan, akhirnya sampai juga di lokasi yang sangat asri.Begitu turun dari mobil, kami langsung mengirup udara segar yang masuk memenuhi rongga tenggorokan, turun ke paru-paru, dan berlabuh di sana.“Gimana, cucok kan di sini udaranya?” tanya Inces merasa telah memilih lokasi shooting yang tepat, dan segera dia mengenakan jaket tebalnya.“Iya iya, enak banget!” ucap Dewik cepat-cepat seraya memelukku erat.Mungkin dia kedinginan. Badannya menggigil, dan kaosnya yang tipis itu melekuk, membentuk tubuhnya yang mengangumkan. Sehingga dalam tertegun aku berkata, “Kamu dingin?”“Iya, Mas. Dan tugasmu sekarang adalah memelukku.”“Woe woe woe, no! Sekarang kalian harus cepat kemas-kemas ke lokasi shooting. Ahmad Deddy dan kru udah nungguin daritadi di sana.”“Yah, kenapa kita nggak
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

KAMERA, ROLL, ACTION

Wanita berdarah campuran itu menarik tanganku. Dibawanya aku ke sebuah ruang kecil di halaman belakang, dan aku menyangka jika itu adalah gudang.Ruangan ini penuhi barang-barang lawas. Seperti lukisan, pemutar musik kuno, dan juga buku-buku usang yang berdebu.“Kenapa kita ke sini? Bukankah aku harus segera shooting?” tanyaku heran, tapi Jamilla tak peduli. Wanita itu masih sibuk mengorek-orek tumpukkan buku usang dengan sesekali menghalau debunya menggunakan kibasan tangan.“Ketemu!” katanya senang. Dia mengambil sebuah kacamata hitam, lalu menyelipkan ke saku bajuku dengan perlahan. “Aku ingin kamu memakai ini untuk shooting nanti. Kacamata ini milik seorang musisi yang sangat kukagumi. Soal siapa dia, kamu tidak perlu tahu itu. Yang jelas, dia adalah musisi yang tampan, sama sepertimu.”“Eh?”Sebenarnya aku heran, tapi segera kubuang jauh-jauh perasaan heran itu dari batok kepalaku. Karena jujur s
last updateLast Updated : 2021-12-12
Read more

ADEGAN DEWASA 18+

(BAB INI HANYA BERISI ADEGAN DEWASA 18+)KALIAN BISA UNTUK TIDAK MEMBACANYA! ****“Aku kedinginan, apa kamu keberatan jika aku menghidupkan shower air hangatnya, Mas?” tanyanya.Mengeleng kepalaku.Selanjutnya dia menyalakan shower. Air hangat membanjuri tubuhnya, barangkali dia merasa nikmat saat kulit putihnya tersentuh oleh semprotan shower itu. Uap air segera memenuhi kamar mandi ini, dan mataku terpana, sebab melihat pemandangan yang begitu menarik.Mataku tak berkedip saat menjelajahi melihat tubuh Dewik dari belakang yang sedang menikmati percikan air hangat itu. Kulihat kepalanya mendongak ke arah sumber air, dan kedua tangannya mengusap-usap rambut yang basah.Mataku lanjut menjelajah, mendapati punggung yang melengkung sempurna, kemudian kuturunkan pandangan lagi hingga sampai melihat kedua bongkahan padat di atas paha. Kedua daging itu mulus tanpa cacat maupun bekas luka. Putih. Dan sempurna.Sampai
last updateLast Updated : 2021-12-13
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status