Home / Romansa / Khair dan Khaira / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Khair dan Khaira: Chapter 31 - Chapter 40

91 Chapters

Lagu Spesial

“Tidak semua hal yang tidak kita sukai itu buruk. Terkadang kita hanya tak tahu itu baik atau bernilai baik karena tertutupi oleh ketidaksukaan kita sendiri,” ucap Ahsan.Khair menatap Ustaz Ahsan penuh tanda tanya. Pemikiran dosennya itu ternyata di luar dugaannya.“Ketika kamu nanti mendalami fiqih, kamu pasti akan menemukan begitu banyak perbedaan pendapat terkait suatu persoalan. Penilaiannya tidak bisa didasarkan kepada rasa suka atau tidak suka semata. Nanti kamu juga bisa pelajari sendiri perbedaan pendapat para ulama terkait seni dan sastra, termasuk pandangan mereka tentang musik. Itu PR buat kamu, Khair!” Ahsan tersenyum penuh makna.“Kirain kalau sudah lulus sidang munaqasah sudah tidak ada tugas apa-apa lagi dosen pembimbing,” canda Khair. Cair juga ketegangan yang sesaat lalu mencengkeramnya. Maka, tak disia-siakannya seteguk capuccinno dengan buih susu bertekstur agak tebal itu untuk menghangatkan suasana hatinya
last updateLast Updated : 2021-07-07
Read more

Kampus Pilihan

“Sekarang, mari kita nikmati kopi dan lagu-lagu pilihan lainnya.” Suara Riang menggema kembali. Dia memutar beragam lagu hari itu. Ada nasyid kesukaan Khair sampai shalawat yang dipopulerkan grup musik kekinian, bahkan ada pula lagu barat dan lagu berbahasa lainnya yang bernafas islami. Khair sungguh dibuat takjub oleh gadis yang satu ini.“Saya senang melihat Riang merasa nyaman disini,” celetuk Ustaz Ahsan sambil memandang ke panggung tempat Riang berada.Khair mengernyitkan dahi. “Memangnya kenapa, Ustaz?”“Saya kenal dia dari cerita mama saya dan uminya Riang sendiri. Ustaz Rofiq juga sering cerita tentang dia. Dulu anak itu susah sekali diatur. Entah apa maunya. Disuruh kuliah tidak mau, disuruh kerja juga tidak mau. Hobinya kumpul-kumpul dengan beragam komunitas. Jiwanya bebas. Saya tidak sangka dia mau kerja di kedai kopi ini bahkan sambil kuliah pula,” tutur Ahsan.Khair membatin, “Jangan sampa
last updateLast Updated : 2021-07-11
Read more

Taman Ria

Akhir pekan yang cerah ditandai pagi yang indah. Cuaca sejuk dihiasi langit berawan. Mentari bahkan tak menyengat. Sinarnya menyemburat cantik diantara gumpalan awan bakkembang gula yang terserak di luasnya cakrawala. Khaira sudah menata rapi hijabnya di hadapan cermin yang menggantung di dinding kamar. Dia tidak punya meja rias karena tidak ada kosmetik atau alat make-up yang menuntutnya untuk memiliki benda itu. Terlebih, Khaira memang tidak mahir berdandan. Jangankan kosmetik mahal, bedak dan lipstik saja dia tidak pakai. Saat keluar kamar, Khair mengamati kakaknya itu dari ujung kaki hingga ujung kepala. “Tumben cakep. Teteh mau kemana?” tanya Khair kepo. Khaira mendelik. “Tumben cakep? Memang kemarin-kemarin enggak?” “Eh ….” Khair membekap mulutnya sendiri sambil cekikikan. “Maksud Khair, tumben Teh Khaira rapi, biasanya kan ….” Khaira mendelik lagi, “Biasanya apa?” “Hehe ….” Khair tidak berani meneruskan kalimatnya.
last updateLast Updated : 2021-07-12
Read more

Kabar yang Meresahkan

“Teh!” Khair menyodorkan kembang gula kapas berukuran besar, “Ibu selalu belikan ini untuk Khair dan Teh Khaira setiap ke taman hiburan.”Khaira yang sedang melepas lelah di sebuah kursi taman hanya menoleh sesaat. “Teteh enggak suka kembang gula.” Dia melepas pandang jauh ke cakrawala. Ekspresinya dingin seperti langit musim gugur yang segera berganti ke musim dingin.Awan di permukaan lazuardi tampak mengumpal serupa kapas kembang gula. Ingatan Khaira melayang ke sebuah momen di tengah pasar malam.Dia sangat iri kepada anak-anak kecil yang dengan riangnya menenteng kembang gula kapas sebesar bantal. Dia juga sangat menginginkan kembang gula kapas seperti punya mereka. Dia tertarik dengan warna dan bentuknya yang unik. Namun, nyatanya bukan itu yang menariklangkahnya mengikuti seorang anak pada malam itu.Khaira melihat anak itu dibelikan kembang gula kapas oleh orang tuanya. Anak itu tertawa gembira menyiratkan aura
last updateLast Updated : 2021-07-13
Read more

Belanja

“Khaira, Tante tungguin dari tadi siang? Mana sih kirimannya?” sentak Tante Inces lewat Voice note yang dikirim ke pesan WhatsApp Khaira.Gadis itu mendengarkannya setelah malam tiba, ketika Khair sudah terlelap tidur di kamar sebelah.Khaira: Khaira tidak punya nomor rekening, TanteTante Inces:  Ya ampun. Hari gini? Kamu tuh, ya, dari dulu enggak ada kemajuan.Khaira: Bagaimana keadaan nenek sekarang?Tante Inces: Kalau kamu perduli, kirim uangnya secepat mungkin!“Astaghfirullah ….” Gumam Khaira. Seperti ada tali yang tiba-tiba menjerat lehernya hingga sesak menderanya. Dia jadi tidak bisa berpikir jernih dalam kondisi tertekan seperti ini.Tiba-tiba ponselnya berbunyi menampilkan panggilan dari sebuah nama yang sangat tidak asing baginya, Riang.“Assalamualaikum, Teh Khaira. Sudah tidur belum?” sapa gadis itu.“Belum, Yang. Ada apa?”“Stok bahan
last updateLast Updated : 2021-07-14
Read more

Debar Khair dan Riang

Jantung Khair berdebar lebih kencang. Setelah berkeliling pasar dan tidak menemukan merek susu yang dicarinya, dia ditarik Riang ke sebuah tempat sejuk yang sayangnya malah membuat dadanya sesak. Riang membawanya ke sebuah super mall. “Biar belanjanya cepat, enggak muter-muter!” dalih Riang. Dia mengatakan sedang buru-buru karena sebentar lagi harus pergi ke kampus. Khair dengan patuh menurut, karena dia memang butuh. Dia bisa-bisa dijudesin Khaira jika tidak berhasil membawakan stok belanja pesanannya ke kedai. Meski demikian tetap saja Khair harus mengurut dada dan bersabar ketika Riang dengan santainya mencomot barang-barang dari rak display dan memasukkannya ke troli. “Hey, itu buat apa beli lotion sama face wash segala? Teh Khaira enggak pesen itu,” protes Khair. “Ini belanjaan aku dong,” sahut Riang cuek. “Kan biar kinclong di depan Khair. Eh …” Riang bermonolog dalam hati. “Terserah, deh, tapi jangan lupa stok buat kedai. Katanya mau ce
last updateLast Updated : 2021-07-15
Read more

Jebakan Pertama

Begitu dia sampai di kedai dan membawa masuk semua belanjaan, pemuda itu langsung mencari keberadaan kakaknya. Namun, gadis berhijab yang biasanya berada di dalam booth itu tidak tampak. Bi Ocih lah satu-satunya orang yang ada di sana. “Bi, Teh Khaira mana?” tanya Khair kepada Bi Ocih. “Pergi keluar.  Katanya ada urusan.” Khair gusar mendengarnya. Keningnya berkerut membuat alis yang lurus saling bertaut. “Pergi kemana, Bi?” “Neng Khaira enggak bilang.” “Sejak kapan perginya?” “Sudah agak lama sih. Setelah buka kedai, Neng Khaira dapat telepon terus pamit pergi,” tutur Bi Ocih. “Oh iya, dia titip ini!” Bi Ocih merogoh saku yang melekat di aprone-nya. “Buat bayar belanjaan Neng Riang. Kemana ya orangnya?” “Riang ke kampus dulu, nanti sore paling dia kesini.” Khair mengambil bangku untuk duduk. Lantas, dia mengeluarkan hape dari saku bajunya bermaksud menelepon ke nomor sang kakak. *** Di sebuah lobi hotel, h
last updateLast Updated : 2021-07-16
Read more

Dokter Huda

Dihempaskannya tangan sang Tante yang mencekal lengannya. Bola mata gadis itu tidak berkedip menatap tajam Tante Putri yang kini pucat pasi persis seperti maling yang kepergok warga saat sedang mencuri. “Kamu jangan salah paham dulu,” ucapnya kala mendapati murka di sorot mata keponakannya. “Tante akan jelaskan semuanya.” “Tante mau menjual Khaira kepada lelaki itu? Tante mau menumbalkan Khaira?” teriak gadis itu dalam hati. Ya, dia hanya mampu menyuarakan amarahnya itu di dalam hati. Toh, dia juga tidak tega berkata kasar atau meninggikan intonasi di depan wanita yang puluhan tahun dia hormati. Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Khaira. Namun, tatapan matanya meyuarakan semua isi hatinya yang kecewa, marah, sedih,  dan kesal. “Tante sedang ada masalah sekarang. Hanya kamu yang bisa menolong, Tante, Khaira!” Gadis itu menggelengkan kepala. Dia sungguh tak habis pikir, apa lagi yang diingingkan Tantenya? Uang sudah dia kirimkan. Namu
last updateLast Updated : 2021-07-17
Read more

Rahasia Riang

“Beritahu Khair kalau kamu mengalami kesulitan atau butuh bantuan apapun. Dia satu-satunya saudara kamu. Anak itu bisa diandalkan, ko. Dia juga sangat sayang sama kamu kan?” Kata-kata dokter Huda masih Khaira ingat.‘Haruskah menceritakan kejadian di hotel itu kepada Khair?’ pikir Khaira. ‘Bagaimana jika diamarah?’Kini dalam kepedihannya, Khaira juga dicekam ketakutan. Dia merasa telah salah bertindak karena mau saja dimanfaatkan Tante Putri untuk kesekian kalinya. Padahal, berkali-kali Khair selalu mengingatkan tentang ‘kebusukan’ keluarga neneknya itu.Di sisi lain, dia tidak bisa menepis rasa bahwa dia masih peduli kepada keluarga lamanya, terutama sang nenek.  ‘Salahkah itu?’ batin Khaira.Dia menarik nafas panjang setelah isak tangisnya usai. Teringat lagi satu hal. Masih ada kedai kopi yang butuh perhatian. Namun, hari sudah sore sekarang. Senja yang jingga sudah menampakan diri di ca
last updateLast Updated : 2021-07-18
Read more

Sensitif

“Hei, tunggu!” Khair mencegat Riang sebelum gadis itu keluar kampus. Dia sengaja menunggu gadis itu selesai kuliah Karen jika langsung di cegat di depan ruang dosen nanti bisa mengundang keributan di kampus. “Khair, ngapain masih di sini?” tanya dia, polos tanpa halu. “Enggak ke kedai?” “Aku mau bicara sama kamu.” Kalimat tersebut sontak mengundang halu di benak Riang. Mata gadis itu langsung berbinar-binar. ‘Serius? Secepat ini Khair mau bicara sama Riang?’ “Serius!” hardik Khair. Mendapati ekpresi dingin Khair yang terlihat sangat cool,  perasaan Riang jadi tidak karuan. Jantungnya berdebar kencang, tapi perutnya tidak bisa dikondisikan. “Duh, Riang mules, nih.” Khair sampai mendelik tak habis pikir. Bisa-bisanya gadis itu mules di saat seperti ini. “Jangan ngeles, deh!” “Aku ke toilet dulu, ya!” Riang langsung meluncur kembali ke area belakang kampus. Terpaksa Khair mengikutinya supaya tidak kabur. Setel
last updateLast Updated : 2021-07-19
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status